Survei GoodStats: Bagaimana Rencana Mudik Publik Indonesia pada Ramadan 2025?

Tradisi mudik menjadi cerminan dinamika sosial yang unik di Indonesia, di mana kebersamaan dan silaturahmi tetap dapat terjalin meski dengan cara yang berbeda.

Survei GoodStats: Bagaimana Rencana Mudik Publik Indonesia pada Ramadan 2025? Ilustrasi Mudik | iStock

Mudik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia, terutama menjelang Hari Raya Idulfitri. Tradisi ini bukan sekadar perjalanan pulang ke kampung halaman, tetapi juga momentum untuk berkumpul bersama keluarga, merajut kembali silaturahmi, dan merayakan hari kemenangan dengan penuh kehangatan.

Setiap tahun, jutaan orang melakukan perjalanan jauh dari kota-kota besar menuju daerah asal mereka, menciptakan fenomena tahunan yang selalu menarik perhatian. Namun, tidak semua orang memiliki rencana mudik yang sama.

Ada yang memilih untuk pulang lebih awal guna menghindari kemacetan, sementara yang lain lebih suka menunggu hari libur tiba agar bisa berangkat bersama anggota keluarga.

Moda transportasi yang digunakan pun beragam, mulai dari kendaraan pribadi, bus, kereta api, hingga pesawat. Setiap individu atau keluarga memiliki pertimbangan masing-masing dalam menentukan cara dan waktu terbaik untuk mudik, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.

Di sisi lain, tidak semua masyarakat melakukan mudik. Sebagian orang tetap tinggal di kota karena alasan pekerjaan, keterbatasan biaya, atau memang sudah menetap secara permanen di perantauan. Ada pula yang justru mengambil kesempatan ini untuk menikmati suasana kota yang lebih lengang selama libur Lebaran.

Rencana Mudik Masyarakat Indonesia

Mayoritas masyarakat Indonesia berencana mudik di lebaran 2025 | GoodStats

Menurut survei GoodStats, mayoritas publik RI, yakni 54,2%, berencana untuk mudik pada Lebaran 2025. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat terhadap tradisi tahunan ini tetap tinggi, meskipun berbagai tantangan seperti biaya perjalanan dan kemacetan selalu menjadi bagian dari perjalanannya.

Di sisi lain, terdapat 26,2% responden yang memilih untuk tidak mudik. Keputusan ini bisa didasari oleh berbagai alasan, seperti tuntutan pekerjaan, kondisi finansial, atau kenyamanan dalam menghindari kepadatan arus mudik.

Selain itu, sebagian orang mungkin sudah menetap secara permanen di kota dan tidak memiliki kampung halaman untuk dikunjungi, sehingga perayaan Idulfitri dilakukan di tempat tinggal mereka saat ini.

Sementara itu, sebanyak 19,6% responden masih belum menentukan apakah mereka akan mudik atau tidak. Ketidakpastian ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti situasi pekerjaan yang belum pasti, biaya yang perlu dipersiapkan, atau menunggu perkembangan kebijakan transportasi menjelang Lebaran.

Moda Transportasi yang Digunakan untuk Mudik

Mudik menggunakan motor pribadi masih menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia | GoodStats

Berdasarkan survei GoodStats, mayoritas pemudik, yaitu 31,4%, memilih menggunakan motor pribadi sebagai moda transportasi utama. Keputusan ini kemungkinan didorong oleh fleksibilitas rute, efisiensi biaya, serta kemudahan dalam menembus kemacetan.

Selain motor, mobil pribadi juga menjadi pilihan favorit dengan persentase 22,3%. Moda transportasi ini menawarkan kenyamanan lebih baik dibandingkan motor, terutama bagi pemudik yang membawa anggota keluarga dalam jumlah lebih besar.

Sementara itu, bus atau travel masih menjadi opsi bagi 17% pemudik. Moda transportasi ini menawarkan harga yang relatif terjangkau dan aksesibilitas yang luas, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

Bagi pemudik yang menginginkan perjalanan lebih cepat, pesawat menjadi pilihan bagi 10% responden. Moda transportasi ini lebih banyak digunakan oleh mereka yang harus menempuh perjalanan antarpulau atau memiliki keterbatasan waktu.

Kereta api juga menjadi opsi transportasi yang cukup diminati, dengan 9,1% pemudik memilih moda ini. Selain lebih nyaman dibandingkan bus dan motor, perjalanan menggunakan kereta api juga lebih terjamin dari segi ketepatan waktu karena tidak terpengaruh kemacetan.

Selain itu, terdapat 5,2% pemudik yang memilih menyewa mobil sebagai alternatif perjalanan mereka. Opsi ini menjadi solusi bagi mereka yang ingin menikmati kenyamanan berkendara tanpa harus memiliki mobil sendiri.

Sementara itu, sebanyak 5% pemudik menggunakan moda transportasi lain, yang mungkin mencakup kapal laut, ojek online, atau kendaraan kombinasi sesuai dengan kebutuhan perjalanan masing-masing.

Waktu Mudik

Mayoritas masyarakat Indonesia memilih mudik sebelum lebaran | GoodStats

Berdasarkan survei GoodStats, mayoritas masyarakat memilih untuk berangkat pada rentang H-4 hingga H-7 Lebaran, dengan persentase 22,2%. Keputusan ini kemungkinan didorong oleh keinginan untuk menghindari puncak arus mudik yang biasanya terjadi lebih dekat ke hari Lebaran, serta memberi waktu lebih banyak untuk berkumpul dengan keluarga di kampung halaman.

Sementara itu, sebanyak 20,5% pemudik memilih berangkat pada H-3 Lebaran, disusul oleh 17,5% pada H-2, dan 15,5% pada H-1. Menariknya, ada 9,4% masyarakat yang justru melakukan perjalanan di hari Lebaran itu sendiri. Selain itu, terdapat 14,9% pemudik yang baru melakukan perjalanan setelah Lebaran (H+).

Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti ingin merayakan Idulfitri lebih dulu di kota domisili sebelum pulang ke kampung halaman, atau menunggu harga tiket dan kepadatan lalu lintas kembali normal.

Metode Survei

Survei Pola Perilaku Masyarakat Saat Ramadan dan Idulfitri 2025 oleh GoodStats dilakukan secara daring pada 17-28 Februari 2025 dengan 1.000 responden dari 34 provinsi. Mayoritas peserta berasal dari Gen Z (55,6%), diikuti Milenial (35,2%) dan Gen X (9,2%).

Dari sisi domisili, responden terbanyak berasal dari Jawa (42,9%), disusul Sumatra (17%) dan Jakarta (16,1%). Wilayah lain yang berpartisipasi mencakup Bali/Nusa Tenggara (8,1%), Kalimantan (6,8%), Sulawesi (3,1%), serta Papua dan daerah lainnya masing-masing 2%.

Baca Juga: Survei GoodStats: Bagaimana Publik Indonesia Rayakan Ramadan & Idulfitri 2025?

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Apa Betul Cari Kerja di Indonesia Susah?

Menurut BPS, jumlah lowongan kerja dan pencari kerja yang terdaftar di Indonesia belum seimbang, jumlah pencari kerja selalu lebih tinggi dibanding lowongan.

Meski Nilainya Rendah, Investasi Lokal Serap Lebih Banyak Pekerja dari Investasi Asing

Investasi lokal mampu serap lebih banyak pekerja dibanding investasi asing selama 5 tahun terakhir, meski nilai investasinya lebih rendah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook