Badan Kepegawaian Negara (BKN) menyatakan, ada 1.967 CPNS 2024 mengundurkan diri. Hal ini terjadi setelah optimalisasi dilakukan pemerintah, untuk menutupi ribuan posisi yang masing kosong. Dari 16.167 posisi yang harus dioptimalisasi, 1.967 di antaranya kembali kosong karena CPNS terpilih justru mengundurkan diri.
“Yang banyak mengundurkan diri sesungguhnya adalah hasil optimalisasi. Optimalisasi adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk menghindarkan agar tidak terjadi formasi yang kosong. Nah, optimalisasi ini mudahnya adalah aslinya yang bersangkutan tidak lulus pada formasi yang dilamar,” jelas Kepala BKN, Zudan Arif Fakrulloh, dalam rapat bersama DPR, Selasa (22/4/2025).
Kebijakan optimalisasi ini dilakukan pada satu instansi. Oleh karena itu, apabila ada posisi kosong di suatu instansi dan posisi lainnya justru kelebihan pendaftar, maka pendaftar dapat dialihkan.
Dalam hal ini, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) menjadi instansi dengan jumlah CPNS mundur paling banyak.
Dalam data BKN, alasan mundur yang paling banyak ditemukan adalah lokasi unit penempatan yang jauh dari domisili. Terlebih, pada awalnya memang para CPNS tersebut tidak memilih posisi yang ditawarkan pada optimalisasi.
Distribusi CPNS Tidak Merata, Apa yang Jadi Masalah?
Instansi pendidikan menjadi yang paling banyak menerima pengunduran diri CPNS. Hal ini menunjukkan ada persoalan di daerah, yang sulit ditoleransi oleh CPNS.
Pengamat Pendidikan Edi Subkhan menilai mundurnya CPNS setelah optimalisasi justru dapat dimaklumi, sebab bukan posisi tersebut yang direncanakan dan disiapkan sejak awal. Tak hanya persoalan jauh dari keluarga, tapi kekhawatiran mengenai profesionalisme kerja.
"Kalau kemudian posisinya berubah, maka ada rasa kekhawatiran akan tidak profesional bekerja disitu. Ini jadi pertimbangan yang penting," ungkap Edi pada GoodStats (30/4).
Selain itu, menurut Edi, sejauh ini motivasi untuk bekerja di Pulau Jawa memang lebih tinggi dibandingkan motivasi kerja di daerah lain. Beberapa faktornya adalah infrastruktur yang lebih maju, serta keamanan yang lebih stabil.
"Yang sebenarnya (daerah-daerah tersebut) justru perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Perlu mendapatkan distribusi tenaga yang memang profesional betul, punya komitmen, bisa menggerakkan perubahan," tutur Edi.
Akan tetapi, pemerintah dinilai kurang memberikan kompensasi untuk mereka yang diharapkan menjadi motor penggerak, khususnya di daerah 3T. Belum tentu kompensasi yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan dengan infrastruktur yang tidak memadai. Dengan demikian, pengembangan infrastruktur yang belum merata juga jadi persoalan.
Menjadi motor penggerak juga merupakan sesuatu yang mahal, bagaimana caranya untuk bertahan, sembari terus memberikan inovasi. Untuk itu, peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dibutuhkan, sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan.
Pertimbangan lainnya, tidak ada jaminan keamanan bagi tenaga pendidik maupun pegawai instansi lain di daerah yang rawan konflik. Perlu ada komunikasi yang baik antara PNS dengan pemerintah pusat, agar keluhan di daerah dapat segera diatasi.
Melihat Ke Belakang, Instansi dengan Pelamar CPNS Paling Banyak 2024
Seleksi CPNS 2024 diikuti oleh 3,96 juta pelamar. Akan tetapi, hanya 3,57 juta pelamar yang menyelesaikan proses pendaftaran hingga tahap resume. Kemudian, dari jumlah tersebut, ada 599,5 ribu pelamar yang dinyatakan tidak memenuhi syarat. Alhasil, hanya 2,85 juta pelamar yang dapat melanjutkan proses seleksi.
Dari total jumlah pelamar yang melanjutkan proses seleksi, lebih dari 500 ribu orang memilih Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kementerian Kesehatan, Kemendikti Saintek (sebelumnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi), serta Kementerian Komunikasi dan Digital (sebelumnya Kementerian Komunikasi dan Informatika) menjadi tiga instansi dengan pelamar tertinggi, namun juga membutuhkan optimalisasi.
Pada akhirnya, banyak pula CPNS yang memilih mengundurkan diri dari tiga instansi ini.
Baca Juga: 14% Pekerja Indonesia adalah Female Breadwinners, Siapa Mereka?
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor