70% Publik Indonesia Pilih Beli Baju Baru Buat Lebaran, Apa Alasannya?

Survei menunjukkan bahwa 70% responden lebih memilih membeli pakaian baru untuk Hari Raya. Simak alasan di balik tren ini dan alternatif lainnya!

70% Publik Indonesia Pilih Beli Baju Baru Buat Lebaran, Apa Alasannya? Ilustrasi Baju Lebaran | Canva

Hari Raya Idulfitri bukan hanya momen untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat, tetapi juga menjadi waktu yang dinantikan untuk tampil istimewa. Berdasarkan data yang dirilis oleh Jakpat, 70% responden memilih untuk membeli baju Lebaran baru, sementara 3% lainnya berencana menjahit pakaian khusus dan 27% responden lebih memilih mengenakan pakaian yang sudah ada.

Mengapa Baju Lebaran Baru Jadi Pilihan Favorit?

Dalam budaya Islam, Idulfitri melambangkan kesucian setelah sebulan penuh berpuasa. Mengenakan baju baru menjadi simbol lahirnya kembali seseorang dalam keadaan bersih, baik secara fisik maupun spiritual. Oleh karena itu, banyak orang merasa bahwa mengenakan pakaian baru saat Lebaran adalah bagian dari perayaan yang penuh makna.

Tidak hanya itu, membeli baju Lebaran sudah menjadi tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sejak zaman dahulu, orang tua kerap membelikan anak-anak mereka baju baru sebagai hadiah Hari Raya. Tradisi ini tetap lestari hingga sekarang, dan bahkan semakin berkembang dengan berbagai pilihan model dan merek yang tersedia di pasaran.

Media sosial juga memainkan peran besar dalam membentuk tren baju Lebaran. Banyak influencer dan selebriti yang memamerkan koleksi baju Lebaran terbaru, menginspirasi masyarakat untuk membeli pakaian yang serupa. Tak hanya itu, merek fashion pun semakin gencar menawarkan diskon dan promo spesial menjelang Idulfitri, sehingga semakin banyak orang tergoda untuk membeli pakaian baru.

Baju Lebaran Tidak Harus Selalu Baru

Meskipun mayoritas orang memilih membeli baju baru, ada juga yang memilih alternatif lain. Sebanyak 27% orang lebih memilih memakai pakaian yang sudah ada, sementara 3% menjahit pakaian khusus untuk Idulfitri. Pilihan ini tidak hanya lebih hemat, tetapi juga memiliki nilai tersendiri.

Mayoritas responden masih berencana beli baju baru buat Lebaran | GoodStats
Mayoritas responden masih berencana beli baju baru buat Lebaran | GoodStats

Menjahit Baju Lebaran: Lebih Unik dan Personal

Bagi sebagian orang, menjahit baju Lebaran adalah pilihan yang lebih menarik. Dengan menjahit sendiri, mereka dapat menyesuaikan desain, warna, dan bahan sesuai dengan selera dan kebutuhan mereka.

Selain itu, pakaian yang dibuat khusus juga lebih eksklusif dan tidak pasaran. Namun, menjahit baju memerlukan waktu dan biaya tambahan, sehingga hanya sebagian kecil orang yang memilih opsi ini.

Memakai Pakaian yang Sudah Ada: Hemat dan Tetap Elegan

Tidak semua orang merasa perlu membeli baju baru setiap Lebaran. Sebanyak 27% responden lebih memilih mengenakan pakaian yang sudah mereka miliki. Dengan sedikit kreativitas dalam mix and match atau menggunakan aksesori yang berbeda, pakaian lama pun bisa terlihat seperti baru. Pilihan ini juga lebih ramah lingkungan karena mengurangi limbah tekstil akibat konsumsi fashion yang berlebihan.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan dari Tren Baju Lebaran

Tren membeli baju Lebaran tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi juga pada industri fashion dan ekonomi secara keseluruhan. Menjelang Idulfitri, penjualan pakaian meningkat drastis. Dikutip dari Portal Informasi Indonesia, Asosiasi Pertekstilan Indonesia memprediksi kenaikan permintaan pada Ramadan hingga sekitar 30%. Banyak toko dan pusat perbelanjaan yang menawarkan diskon besar-besaran untuk menarik pelanggan. Hal ini memberikan keuntungan besar bagi pelaku usaha di bidang fashion, baik di skala besar maupun kecil.

Selain merek besar, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga mendapatkan manfaat dari tren ini. Banyak orang yang mencari pakaian khas atau berbahan premium yang diproduksi oleh pengrajin lokal.

Menurut penelitian IBEC FEB UI, industri fashion berkontribusi dalam peningkatan emisi karbon sebesar 10% dari emisi karbon tahunan, atau senilai 1,2 miliar ton. Hal ini disebabkan karena industri fashion harus terus berganti model produk untuk menyesuaikan permintaan pasar. Pakaian yang sudah tidak sesuai tren seringkali dibuang, tidak digunakan, tidak didonasikan dan tidak didaur ulang. Hal ini meningkatkan limbah yang menyebabkan polusi air, tanah, dan udara yang dapat merusak lingkungan.

Baca Juga: Survei GoodStats: Bagaimana Publik Indonesia Rayakan Ramadan & Idulfitri 2025?

Penulis: Sofarul Wildan Akhmad
Editor: Editor

Konten Terkait

Produk Elektronik Jadi yang Paling Banyak Dicari di Pencarian Belanja Google 2024

Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pembelian konsumen kini semakin dipengaruhi oleh eksposur digital, ulasan online, serta strategi pemasaran digital.

Mayoritas Usaha E-Commerce Jualan Lewat Aplikasi Pesan Instan

Sebanyak 95% dari usaha e-commerce di Indonesia berjualan melalui aplikasi pesan instan (WhatsApp, Line, Telegram, dan lain-lain).

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook