Salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto, pembangunan 3 juta unit rumah dalam setahun, menuai sejumlah kontroversi dari berbagai pihak, terutama terkait pembiayaan. Program ini rencananya akan dimulai pada awal 2025 mendatang. Sebanyak 2 juta rumah akan dibangun di desa dan 1 juta lagi di daerah perkotaan.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait berencana untuk menggandeng pihak swasta untuk mendukung program masif ini. Tidak hanya itu, pihaknya juga akan membentuk 2 direktur jenderal khusus, 1 untuk mengurus program di wilayah perdesaan dan 1 lagi di perkotaan.
Nyatanya, kritik terkait pembiayaan ini juga diutarakan oleh Maruarar Sirait sendiri. Ia merasa berat untuk bisa mencapai target pembangunan rumah 3 juta unit di masa kepemimpinannya, apalagi dengan anggaran sebesar Rp5,07 triliun yang dicanangkan untuk 2025.
“(Tahun) 2025 (dari) Rp14 triliun menjadi Rp5 triliun, mesti bangun 3 juta rumah. Tolong juga kritisi apakah betul anggaran ini. Karena mungkin sebagai Bapak Ibu yang membuat anggaran ini, bersama kementerian yang sebelum saya. Apakah anggaran ini layak untuk membangun 3 juta rumah?” tuturnya, mengutip CNBC.
Libatkan Crazy Rich Indonesia
Demi menjamin keberlangsungan program ini, Maruarar Sirait menyatakan telah melibatkan sejumlah pengusaha raksasa di tanah air. Beberapa di antaranya adalah Bos Agung Sedayu Group Sugianto Kusuma, Pendiri Barito Pacific Prajogo Pangestu, Bos Sinar Mas Franky Widjaja, hingga Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk Garibaldi Thohir.
“Dari Grup Barito, Pak Prajogo, dari Grup Adaro Pak Boy Thohir, dari Sinar Mas Pak Franky, dan dari Pak Aguan Agung Sedayu, semua komit untuk membangun, membantu rumah buat rakyat Indonesia,” ungkapnya melalui diskusi “Sosialisasi Program 3 Juta Rumah di Kementerian PKP” pada Senin (28/10).
Sebagai informasi, Prajogo Pangestu merupakan orang terkaya di Indonesia. Predikat ini sudah dipertahankan sejak awal tahun 2024.
Adapun groundbreaking pertama proyek ini akan dimulai di Tangerang pada 10 November 2024. Tanah yang digunakan seluas 2,5 hektare dan pembangunan akan dilakukan oleh Agung Sedayu.
“Ini enggak menggunakan uang negara, tanahnya dari swasta, yang bangun swasta, nanti kita lihat bagaimana diserahkan kepada rakyat,” lanjutnya.
Ragam Skema Program 3 Juta Rumah
Lebih lanjut, Maruarar menjelaskan bahwa skema pembangunan 3 juta rumah ini bisa beraneka ragam. BIsa saja tanahnya berasal dari pihak swasta dan dibangun sepenuhnya oleh swasta layaknya groundbreaking di November mendatang. Namun bisa pula tanah berasal dari tanah sitaan atau tanah negara.
“Modelnya beda-beda. Jadi bisa tanahnya itu dari tanah sitaan, bisa tanah dari milik negara. Ya, itu kita akan bicarakan. Nanti masuknya ke dirjen kekayaan dulu,” ungkap Maruarar lagi.
Tidak hanya itu, Maruarar juga dilaporkan turut menyumbang tanah untuk program ini. Tanah pada groundbreaking di bulan November merupakan tanah sumbangannya. Ia berharap bahwa pihak swasta lain bisa turut mengikuti langkahnya dan membantu menyukseskan program ini untuk kesejahteraan rakyat.
“Anggaran negara enggak mungkin cukup. Jadi kita akan juga mengajak teman-teman semua swasta untuk kepedulian sosial dan kita kan mulai, itu akan menjadi model,” tegasnya.
Baca Juga: Program Sejuta Rumah Sukses Bangun 9,8 Juta Rumah per 2024
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor