⁠Tren Fatherless Meningkat, Apakah Ibu Lebih Berjasa Dibanding Ayah?

Peran ibu mendominasi dibanding ayah jika dilihat dari lama waktu mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh anak. Bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi anak?

⁠Tren Fatherless Meningkat, Apakah Ibu Lebih Berjasa Dibanding Ayah? Ilustrasi Fatherless | Gaya Gaul

Saat ini, istilah fatherless tidak hanya digunakan untuk seseorang yang tidak memiliki ayah, tetapi juga digunakan untuk mereka yang tidak merasakan sosok ‘ayah’ dalam hidupnya.

Hampir sebagian besar kegiatan mengasuh dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga biasanya dilakukan oleh sosok ibu. Pada akhirnya, hal tersebut dapat mengganggu kondisi psikologis seorang anak ke depannya.

Apa itu Fatherless?

Fenomena fatherless kini menjadi tren yang semakin terlihat dalam masyarakat modern. Istilah fatherless diartikan sebagai kondisi ketika seorang anak tumbuh tanpa kehadiran ayah, baik secara fisik maupun psikologis. 

Menurut Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti, kondisi fatherless diartikan sebagai kondisi anak yang tumbuh dan berkembang tanpa kehadiran ayah, atau anak yang memiliki ayah namun tidak berperan maksimal dalam proses pertumbuhannya.

Fenomena fatherless dapat dialami oleh siapa pun, bukan hanya anak yatim, melainkan mereka yang memiliki ayah namun tidak merasakan perannya dalam kehidupannya. Hal ini lantas menimbulkan tanda tanya terkait peran ayah dalam keluarga. Benarkah ibu yang lebih berkontribusi dalam perkembangan anak?

Benarkah Ibu yang Lebih Banyak Berkontribusi?

Mengutip State of the World’s Fathers, hasil penelitian terkait pembagian cara mengasuh dan membesarkan anak menunjukkan bahwa ibu cenderung memiliki kontribusi yang lebih besar dibanding ayah. Namun sejatinya, merawat dan memastikan perkembangan holistik anak-anak seharusnya menjadi tugas bagi keduanya, bukan satu orang tua saja.

Kedua orang tua seharusnya saling bekerja sama dalam mengurus anak dan segala pekerjaan rumah tangga. Sayangnya, masih ada ketimpangan antara tanggung jawab ayah dan ibu dalam keluarga, baik dari sisi pekerjaan rumah tangga maupun ketika mengasuh buah hati.

Ibu cenderung menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengasuh dan mengerjakan pekerjaan rumah dibanding ayah | GoodStats

1. Merawat Anak Secara Fisik

Dalam merawat anak secara fisik, nyatanya ibu lebih banyak terlibat dibanding ayah. Hasil penelitian Nanit Lab menemukan bahwa ibu lebih sering mengambil cuti untuk merawat anak sakit dibanding ayah. Selain itu, meski 76% anak di dunia tercatat dirawat oleh kedua orang tua, masih terdapat 23% yang hanya dirawat oleh ibu tanpa kehadiran ayah. 

2. Merawat Anak Secara Emosional

Tidak hanya secara fisik, Ibu juga lebih dominan dalam memberikan perawatan emosional kepada anak dibanding ayah. Padahal keterlibatan emosional ini sangat penting bagi perkembangan psikologis anak, sehingga peran kedua orang tua harus berjalan beriringan.

Keberadaan ayah dapat memberikan stabilitas, perlindungan, dan rasa aman. Tidak hanya ibu, anak juga membutuhkan sosok ayah dalam tumbuh kembangnya.

3. Membersihkan Rumah

Dalam hal membersihkan rumah, peran ibu lagi-lagi mendominasi. Aktivitas bersih-bersih rumah ini mencakup kegiatan menyapu, mengepel, dan membersihkan kamar mandi. Ibu cenderung lebih lama membersihkan rumah karena biasanya merangkap tugas ini dengan kegiatan lain seperti merawat anak.

Survei dari Bloo Flowers menjelaskan bahwa sebagian besar ibu sangat peduli pada kebersihan rumah dan menginginkan rumah yang selalu bersih dan wangi. Maka itu, kehadiran tamu tak diundang bisa membuat mereka panik.

4. Menyiapkan Makanan

Dengan stereotipe tradisional bahwa hanya wanita yang bisa masuk dapur, lagi-lagi sosok ibu lebih sering terlibat dalam menyiapkan makanan bagi keluarga dibandingkan ayah. Waktu ini mencakup memasak, menyajikan makanan, dan membersihkan setelah makan. Namun sebenarnya, peran ibu dapat digantikan oleh ayah.

Anne Gracia sebagai praktisi neurosains terapan, menyarankan bahwa ayah dapat menggantikan peran ibu terkait nutrisi anak, seperti berbagi tugas dalam menyuapi anak. 

Dengan adanya kerja sama yang baik antar orang tua, pemenuhan nutrisi buah hati bisa lebih terjamin.

5. Menangani Perlengkapan Rumah Tangga

Dalam menangani perlengkapan rumah tangga, ibu masih berperan lebih aktif dibandingkan ayah. Aktivitas ini mencakup memperbaiki peralatan rumah tangga dan memastikan semua perlengkapan dalam kondisi baik. Meskipun waktunya lebih singkat dibanding aktivitas lainnya, ibu tetap menunjukkan keterlibatan yang lebih besar.

Menurut studi State of the World’s Fathers, sebagian besar ibu cenderung tidak bisa fokus merawat diri sendiri karena lebih sibuk mengurus kebutuhan anggota keluarga lainnya dan pekerjaan rumah tangga.

Baca Juga: 60% Gen Z Masih Bergantung pada Orang Tua, Kapan Bisa Mandiri Finansial?

Daddy Issues: Dampak dari Tren Fatherless

Hingga sekarang, para ibu masih lebih banyak terlibat dalam semua aspek tugas pengasuhan di rumah ketimbang ayah. Hal ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi para ayah untuk meningkatkan partisipasinya dalam mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Tanpa kehadiran ayah yang signifikan, seorang anak cenderung tumbuh dengan gangguan psikologis yang akan sangat memengaruhi masa depannya. Beberapa bahkan mengalami daddy issues dan memiliki pandangan buruk terhadap sosok ayah. 

Setiap anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah berisiko mengalami ketidakstabilan emosi, kesulitan mengelola perasaan, dan masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku.

Selain itu, tanpa adanya sosok ayah, proses pendidikan seorang anak akan menjadi terganggu, bahkan dapat menghambat perkembangan kecerdasan sosialnya. Hal ini berujung pada kemunculan berbagai gangguan psikologis lainnya, seperti kepercayaan diri yang rendah, kesulitan memahami norma sosial, hingga dapat terjebak dalam hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship.

Hentikan Tren Fatherless, Bangun Hubungan yang Harmonis

Setiap keluarga pasti memiliki dinamika yang berbeda-beda. Namun, apapun masalahnya, peran orang tua tidak boleh tergantikan dalam proses tumbuh dan kembang anak, baik ayah maupun ibu. Terlebih sosok ayah yang sering kali jarang dilihat, tetapi nyatanya memberikan dampak positif yang signifikan, baik dalam aspek emosional maupun sosial anak.

Jangan sampai tren fatherless ini malah dinormalisasikan ke depannya. Kedua orang tua harus saling melengkapi dalam membesarkan anak. Oleh karena itu, upaya untuk mendukung dan mendorong keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak sangatlah penting demi kesejahteraan dan perkembangan anak yang optimal. 

Baca Juga: 10 Negara dengan Lama Cuti Ayah Terpanjang di Dunia

Penulis: Zakiah machfir
Editor: Editor

Konten Terkait

9 Calon Gubernur Preferensi Warga Jakarta: Anies Masih Nomor 1

Terdapat 9 nama yang diisukan akan bersaing di Pilkada Jakarta 2024. Apa saja yang menjadi faktor nama tersebut dipilih oleh masyarakat?

Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel: Mengupasnya dari Perspektif Sosiologi & Branding

77,2% orang Indonesia saat ini melakukan boikot terhadap produk terafiliasi Israel. Bagaimana sosiolog dan praktisi branding memandang hal ini?

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook