Tren Deforestasi di Indonesia: Mengungkap Data Deforestasi Tahunan 2013-2022

Simak tren laju deforestasi di Indonesia pada tahun 2013-2022 serta perkembangannya di setiap provinsi di Indonesia.

Tren Deforestasi di Indonesia: Mengungkap Data Deforestasi Tahunan 2013-2022 Ilustrasi Deforestasi | Pixabay

Angka deforestasi Indonesia tercatat mengalami fluktuasi setiap tahunnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kebijakan pemerintah, aktivitas ekonomi, hingga faktor iklim. Memahami angka-angka ini memberikan gambaran jelas tentang seberapa besar hutan Indonesia yang hilang setiap tahunnya.

Secara umum, angka deforestasi cenderung lebih tinggi pada tahun-tahun dengan kebakaran hutan yang besar atau ketika kebijakan yang mendukung ekspansi perkebunan diperkenalkan.

Sebaliknya, angka deforestasi tercatat menurun di beberapa periode sebagai hasil dari program rehabilitasi hutan atau penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pembalakan liar. Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah merangkum angka tingkat deforestasi Indonesia selama tahun 2012-2022 sebagai berikut.

Tingkat Deforestasi Indonesia 2013-2022

Laju deforestasi Indonesia dari tahun ke tahun cenderung menurun | GoodStats
Laju deforestasi Indonesia dari tahun ke tahun cenderung menurun | GoodStats

Menurut penelitian Septri Widiono (2024) faktor-faktor yang memengaruhi deforestasi ini di antara lain adalah sebagai berikut.

  • Perkembangan komoditas kelapa sawit
  • Perkembangan komoditas hutan tanaman industri
  • Masyarakat yang memperluas pertaniannya
  • Kebutuhan tempat tinggal yang semakin tinggi

Hilangnya hutan Indonesia membawa dampak yang luas bagi lingkungan dan masyarakat lokal. Deforestasi mengakibatkan hilangnya habitat bagi satwa liar, yang banyak di antaranya adalah spesies yang terancam punah. Selain itu, deforestasi menyebabkan penurunan kualitas udara dan berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca, yang berdampak pada perubahan iklim global.

Jika dilihat berdasarkan wilayahnya, maka laju deforestasi tertinggi tercatat di wilayah-wilayah seperti Kalimantan dan Sumatra. Wilayah-wilayah ini mengalami tekanan deforestasi yang besar karena berbagai faktor, terutama terkait ekspansi perkebunan, pembalakan, dan kebakaran hutan.

Wilayah dengan laju deforestasi tertinggi | GoodStats
Wilayah dengan laju deforestasi tertinggi | GoodStats

Provinsi Riau di Pulau Sumatera adalah salah satu wilayah yang mengalami laju deforestasi tertinggi di Indonesia. Deforestasi di Riau sebagian besar dipicu oleh kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi, terutama di area gambut. Wilayah ini juga menjadi pusat industri pulp dan kertas serta kelapa sawit, yang menyebabkan pembukaan lahan besar-besaran.

Pulau Kalimantan, khususnya di bagian Indonesia, juga mengalami deforestasi yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Wilayah ini memiliki cadangan hutan tropis yang besar dan kekayaan alam yang tinggi, sehingga menarik perhatian investor dalam sektor pertambangan, perkebunan, dan kayu.

Sementara itu, deforestasi di Sumatra Utara kebanyakan dipicu oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit dan pertanian. Pengembangan industri kayu dan pembalakan liar juga menjadi kontributor besar dalam hilangnya tutupan hutan di Sumatra Utara.

Data deforestasi Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan adanya tantangan besar dalam upaya pelestarian hutan. Faktor ekonomi dan sosial memengaruhi laju hilangnya hutan, sementara dampaknya dirasakan baik oleh lingkungan maupun masyarakat. Melalui kesadaran dan tindakan nyata, diharapkan Indonesia dapat menjaga keindahan dan kekayaan hutan tropisnya untuk generasi mendatang.

Baca Juga: 10 Provinsi dengan Deforestasi Tertinggi di Indonesia pada Tahun 2022

Penulis: Siti Rahmah Mawarni
Editor: Editor

Konten Terkait

QS AUR 2025: Unair Jadi Top 2 Universitas di Indonesia, Kalahkan UGM dan ITB

Menurut penilaian terbaru QS AUR 2025, top 3 universitas di Indonesia diduduki oleh UI, Unair, dan UGM.

Stella Christie Kaji Ulang Beasiswa LPDP, Berikut Alokasi APBN dan Jumlah Penerima dari Tahun ke Tahun

Wamendiktisaintek, Stella Christie, menegaskan pentingnya evaluasi berbasis analisis cost-benefit untuk memastikan bahwa dana digunakan dengan optimal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook