Menilik Tingkat Depresi dan Kecemasan Masyarakat di Benua Asia

Tingkat depresi dan kecemasan warga di benua Asia cenderung lebih rendah. Akan tetapi, benarkah demikian?

Menilik Tingkat Depresi dan Kecemasan Masyarakat di Benua Asia Tulisan kesehatan mental | Totalshape/Unsplash

Kesehatan mental memiliki peran yang penting dalam menjaga produktivitas seseorang. Seseorang dapat melakukan aktivitas dengan baik serta bersosialisasi dengan baik ketika berada dalam kondisi yang stabil. Kondisi kesehatan mental seseorang berbeda tergantung dari beberapa faktor, salah satunya negara yang ditinggali.

Situs Ourworldindata.org melakukan sebuah riset mengenai depresi dan kecemasan yang dialami masyarakat dari tiap negara di tahun 2020. Berikut adalah hasil surveinya di benua Asia.

Sebagai benua terbesar di dunia, kondisi mental masyarakat di tiap negara  yang ada di benua Asia berbeda. Di Asia Utara, rata-rata orang yang mengalami depresi dan kecemasan sebesar 19.93 persen. Di Asia Tenggara, rata-rata orang yang mengalami depresi dan kecemasan berada di rentang 15-20 persen, kecuali di Vietnam sebesar 31 persen. Di Asia Timur, 12,8 persen orang mengalami depresi dan kecemasan. Di Asia Selatan, angka depresi dan kecemasan mencapai 20 persen.

Menurut jurnal World Psychiatry yang diterbitkan Deva Meshvara, kondisi mental masyarakat yang berbeda dipengaruhi dengan kondisi sosial, kultural, sejarah, dan politik di negara tersebut.

Di Asia Selatan, konflik antar negara mempengaruhi kondisi depresi dan kecemasan yang dialami masyarakat di negara tersebut, contohnya konflik antara Iran dan Irak. Sejarah penjajahan juga mempengaruhi tingkat depresi dan kecemasan masyarakat di Asia.

Namun, angka yang kecil belum tentu pula menunjukkan masyarakat di negara tersebut memiliki kondisi mental yang tidak mengalami gangguan. Menurut Psikiater Andreas Kurniawan, masyarakat Indonesia masih memiliki stigma yang kuat mengenai kesehatan mental. Beliau juga menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia masih perlu dilatih mengenai cara menanggapi orang yang mengalami depresi dan keinginan untuk bunuh diri.

Di Jepang, tercatat angka masyarakat yang mengalami depresi dan kecemasan sebesar 10 persen. Namun, angka bunuh diri di Jepang meningkat pesat menjadi 20.919 orang di tahun 2021. Artinya, kesadaran akan kesehatan mental di Jepang belum benar-benar besar, tetapi tekanan yang besar menyebabkan meningkatnya angka bunuh diri di Jepang.

Karena kondisi mental yang beragam, maka fasilitas kesehatan mental di tiap negara bervariasi. Kebutuhan fasilitas kesehatan mental disesuaikan dengan kondisi masyarakat di negara tersebut.

Selain fasilitas kesehatan mental di institusi, perlu juga peningkatan kesadaran akan kesehatan mental di lingkungan masyarakat. Dengan begitu, orang dengan masalah mental tidak merasa sendiri serta lebih semangat dalam mengatasi masalahnya.

Penulis: Kristina Jessica
Editor: Editor

Konten Terkait

Intip Suku Bunga Student Loans di 5 Negara, Apa yang Bisa Dipelajari Indonesia?

Kenaikan UKT berujung wacana student loans. Berapa tambahan bunga yang harus dibayar mahasiswa di luar negeri?

Ribuan Tenaga Honorer Gagal Diangkat Menjadi ASN PPPK Tahun 2024

2,3 juta honorer diproyeksikan akan diangkat menjadi PPPK, namun hanya 1,7 juta orang yang terdata BKN dan formasi untuk PPPK hanya sebanyak 1,01 juta orang.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook