Ramadan bukan sekadar bulan suci bagi umat Muslim, tetapi juga momen penuh tradisi dan budaya yang beragam di berbagai negara. Setiap wilayah memiliki cara unik dalam merayakan bulan penuh berkah ini, mulai dari sahur bersama, buka puasa dengan hidangan khas, hingga berbagai kegiatan ibadah dan sosial seperti tarawih, zakat, dan berbagi dengan sesama.
Di Indonesia, misalnya, ada tradisi ngabuburit atau berburu takjil, sementara di Timur Tengah, keluarga biasanya menyantap kurma dan teh sebelum menyantap hidangan utama saat berbuka. Perbedaan tradisi ini menunjukkan kekayaan budaya yang menyertai Ramadan di berbagai belahan dunia.
Budget Tambahan untuk Ramadan 2025
Di balik kehangatan tradisi Ramadan, ada konsekuensi finansial yang perlu diperhatikan. Beragamnya budaya dalam menyambut dan menjalani bulan puasa sering kali berujung pada peningkatan pengeluaran.
Dari hasil survei GoodStats, mayoritas responden (46,9%) menyiapkan tambahan anggaran sebesar Rp500.000 hingga Rp1.000.000. Ini menunjukkan bahwa banyak orang masih berusaha mengontrol pengeluaran mereka meskipun ada peningkatan kebutuhan selama Ramadan.
Di sisi lain, sebanyak 27% responden mengalokasikan dana tambahan sebesar Rp1.000.000 hingga Rp3.000.000. Kelompok ini kemungkinan mencerminkan mereka yang memiliki tanggungan lebih besar, seperti keluarga dengan lebih banyak anggota atau mereka yang ingin berpartisipasi dalam berbagai tradisi Ramadan, seperti berbagi takjil atau memberikan santunan.
Menariknya, hanya 9,1% responden yang menyiapkan budget antara Rp3.000.000 hingga Rp5.000.000, dan 8% yang mengalokasikan lebih dari Rp5.000.000. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun ada yang siap mengeluarkan anggaran lebih besar, walaupun jumlahnya relatif lebih kecil dibanding kelompok lainnya.
Penggunaan Budget Tambahan
Peningkatan anggaran Ramadan juga mencakup berbagai aspek lain, mulai dari kebutuhan pangan yang meningkat karena adanya kebiasaan menyajikan makanan istimewa saat sahur dan berbuka, hingga biaya sosial seperti berbagi makanan dengan keluarga besar atau tetangga.
Hasil survei GoodStats menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengalokasikan budget tambahan selama Ramadan untuk kebutuhan konsumsi, khususnya buka bersama atau makan, dengan persentase mencapai 50,7%.
Hal ini mencerminkan budaya berbuka puasa yang tidak hanya menjadi momen mengisi energi setelah seharian berpuasa, tetapi juga sebagai ajang silaturahmi dengan keluarga, teman, atau rekan kerja. Tradisi ini semakin populer dengan adanya berbagai pilihan restoran dan paket berbuka yang menarik, sehingga mendorong peningkatan pengeluaran di sektor ini.
Selain kebutuhan konsumsi, pengeluaran juga banyak dialokasikan untuk infaq dan sedekah, yang mencakup 25,8% dari total budget tambahan. Ini mencerminkan semangat berbagi yang meningkat selama Ramadan, sejalan dengan ajaran agama yang mendorong umat Muslim untuk memperbanyak amal kebaikan, termasuk membantu mereka yang kurang mampu.
Pengeluaran untuk pakaian dan alas kaki juga cukup signifikan, mencapai 13,5%. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan masyarakat yang ingin tampil lebih rapi dan baru saat menyambut Idulfitri.
Selain itu, ada juga alokasi untuk hadiah (5,4%) dan kategori lainnya (4,6%), yang bisa mencakup berbagai keperluan tambahan seperti dekorasi rumah atau perlengkapan ibadah.
Metode Survei
Survei Pola Perilaku Masyarakat Saat Ramadan dan Idulfitri 2025 oleh GoodStats dilakukan secara daring pada 17-28 Februari 2025 dengan 1.000 responden dari 34 provinsi. Mayoritas peserta berasal dari Gen Z (55,6%), diikuti Milenial (35,2%) dan Gen X (9,2%).
Dari sisi domisili, responden terbanyak berasal dari Jawa (42,9%), disusul Sumatra (17%) dan Jakarta (16,1%). Wilayah lain yang berpartisipasi mencakup Bali/Nusa Tenggara (8,1%), Kalimantan (6,8%), Sulawesi (3,1%), serta Papua dan daerah lainnya masing-masing 2%.
Baca Juga: Survei GoodStats: Apa Saja yang Disiapkan Masyarakat untuk Sambut Idulfitri 2025?
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor