Membaca buku masih sering dikaitkan sebagai aktivitas yang menjenuhkan dan hanya untuk orang terpelajar saja. Padahal, buku sebagai jendela dunia menyimpan wawasan luas yang kadang sukar ditemukan di sumber informasi lain, memperkaya pengetahuan dan memperbanyak pandangan. Stigma yang kurang baik terkait buku masih beredar di kalangan masyarakat, membuat minat baca menurun.
Apalagi memasuki era digital, di mana informasi bisa diakses melalui satu sentuhan jari saja. Apakah publik Indonesia masih gemar membaca buku di era serba mudah dan instan seperti sekarang? Bagaimana kemajuan teknologi ini memengaruhi kebiasaan dan preferensi publik dalam membaca?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, GoodStats mengadakan survei bertajuk Preferensi Membaca Buku di Era Digital Tahun 2025. Survei ini menyoroti pola perilaku publik Indonesia terkait aktivitas membaca, mencari, dan membeli buku, serta pengaruh teknologi digital terhadap kegiatan tersebut.
Publik RI Mulai Rutin Baca Buku
Menurut survei GoodStats, hanya 1 dari 5 responden yang rutin membaca buku setiap hari. Bahkan, 17% responden mengaku hanya sesekali membaca buku dan 15,4% responden tercatat jarang.
Managing Editor GoodStats, Iip M. Aditya, menyebutkan masih ada PR yang perlu diselesaikan terkait frekuensi membaca di kalangan masyarakat.
“Hanya 20,7% yang rutin membaca buku setiap hari, 22,3% responden rutin setiap minggu, dan 24,6% rutin tiap bulan. Angka ini masih harus ditingkatkan, lewat kerja sama berbagai pihak, karena membaca buku itu penting buat menambah wawasan,” tutur Iip pada Senin (3/3/2025).
Kurangnya motivasi untuk membaca, minimnya akses terhadap buku-buku berkualitas, hingga pengaruh budaya yang kurang menekankan pentingnya membaca, menjadi hal-hal yang dapat mengurangi minat baca warga Indonesia.
Menyangkut genre, mayoritas responden lebih suka membaca buku pengembangan diri, disusul oleh buku nonfiksi, pendidikan, dan fiksi. Preferensi yang menyasar ke tema seputar pendidikan ini menunjukkan motivasi publik Indonesia dalam membaca didorong oleh keinginan untuk menambah informasi.
Sementara itu, buku fiksi dengan tema yang beragam, mulai dari romance, horror, science-fiction, hingga komedi, menjadi pilihan bagi warga Indonesia untuk melepas lelah sehabis aktivitas panjang.
Buku Cetak Masih Digemari di Era Digital
Meski digitalisasi telah menghadirkan ragam format baru dalam membaca buku, nyatanya buku cetak dalam bentuk fisik masih jauh digemari responden Indonesia.
“Buku fisik masih jadi favorit, walau udah hadir banyak format lain seperti e-book dan audio book. Banyak responden yang mendambakan pengalaman membaca, seperti dari sentuhan dan aroma buku fisik, yang gak bisa diberikan format lain,” lanjut Iip.
Sementara itu, e-book banyak dibaca oleh 43,1% responden dan audio book oleh 7,1% responden. Kedua format ini menawarkan kemudahan dalam mobilitas dan lebih ramah lingkungan, sehingga semakin lama semakin menjadi pilihan dalam mengakses bacaan.
Prospek masa depan buku cetak juga masih cerah, dengan 81,5% responden menyatakan keinginannya untuk tetap membaca buku cetak walau format digital lain akan semakin populer. Daya tarik tersendiri dari buku fisik yang tidak dapat dirasakan dari format lain membuatnya masih menjadi primadona.
Lantas, Bagaimana Peran Digitalisasi dalam Kegiatan Baca Buku?
Penggunaan media sosial semakin terasa di era digital ini, termasuk dalam hal mencari informasi seputar buku. Survei GoodStats menyebutkan kalau 62,5% responden banyak menggunakan media sosial dalam mencari informasi seputar buku baru, sedangkan 11,3% sisanya memanfaatkan platform buku daring.
“Dari sini, bisa terlihat kalau soal penyebarluasan informasi seputar buku, media sosial dan laman daring jadi pilihan. Hanya 10,7% responden yang cari informasi seputar buku di toko buku langsung dan 5,4% dari rekomendasi sesama,” tutur Iip.
Sejalan dengan itu, kini marketplace online menjadi pilihan utama bagi publik Indonesia untuk membeli buku, disusul toko buku fisik yang berada tipis di urutan kedua.
Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun marketplace online menawarkan kemudahan dari segi waktu hingga biaya, banyak responden yang memilih untuk pergi ke toko buku langsung dan melihat jajaran buku yang dijual di etalase, memberi pengalaman membeli yang berbeda ketimbang hanya melihat di balik layar.
Lebih lanjut, keputusan pembelian buku di Indonesia didominasi oleh rekomendasi dan ulasan, konten, dan kemudian harga. Tingginya responden yang memilih rekomendasi dan ulasan (39%) sebagai faktor utama yang menentukan keputusan pembelian buku menunjukkan besarnya peran review yang banyak ditemukan melalui media sosial maupun blog.
Sebanyak 77,9% responden menyebutkan bahwa ulasan dan rekomendasi daring menjadi pendorong utama dalam keputusan membaca maupun membeli buku. Pengaruh signifikan dari rekomendasi dan ulasan daring kin banyak juga dimanfaatkan oleh pelaku usaha dalam menjalankan bisnis. Banyak toko buku yang kini mulai menyertakan ulasan dari setiap buku yang dijualnya untuk menarik lebih banyak pelanggan.
“Preferensi ini mencerminkan kalau keputusan membaca dan membeli buku banyak dipengaruhi oleh opini pihak ketiga, yang sekarang bisa diakses dengan mudah dalam ragam format,” ungkap Iip.
Pemasaran Digital
Memilih strategi pemasaran yang tepat menjadi penting, terutama di era digital saat ini. Survei GoodStats menyebutkan bahwa 33,3% responden tercatat menginginkan konten menarik di media sosial sebagai strategi pemasaran penerbit.
“Materi promosi yang kreatif, informatif, dan menghibur di media sosial dinilai bisa meningkatkan pengalaman baca warga Indonesia,” ujar Iip.
Selain itu, rekomendasi buku yang dipersonalisasi (24,1%) dan diskon atau promosi eksklusif (22,6%) turut menjadi pilihan utama.
Pada akhirnya, meski memasuki era digital, preferensi masyarakat terhadap bahan bacaan berupa buku fisik masih tidak berubah. Dalam hal ini, penerbit dapat memanfaatkan digitalisasi dalam strategi pemasaran, dengan menyediakan fitur-fitur rekomendasi dan ulasan yang dikemas dalam format yang menarik untuk menjangkau lebih luas pelanggan.
Metodologi Survei
Survei GoodStats bertajuk Preferensi Membaca Buku di Era Digital Tahun 2025 ini dilaksanakan secara daring melibatkan 1.000 responden tersegmentasi di seluruh Indonesia pada 20 Januari hingga 10 Februari 2025. Data diperkuat dengan focus group discussion secara kualitatif terhadap perwakilan sampel.
Responden didominasi anak muda berusia 18-25 tahun (40,2%), diikuti kelompok usia 26-35 tahun (29,2%), tersebar di seluruh pulau di Indonesia, mulai dari Jawa (64%), Sumatra (15%), Bali/Nusa Tenggara (7,2%), Kalimantan (5%), Sulawesi (3,8%), Papua (3%), dan lainnya (2%).
Survei selengkapnya bisa diakses di sini.
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor