Plant based food atau pangan yang berbasis nabati mulai diminati oleh masyarakat semenjak pandemi. Isu kesehatan yang semakin berkembang dengan maraknya pola konsumsi modern mendorong masyarakat untuk lebih pintar dalam memilih apa yang dimakan demi kesehatan tubuh.
Manfaat Pangan Nabati untuk Kesehatan Jantung
Pangan nabati mengandung serat tinggi berperan penting terhadap kesehatan tubuh, khususnya jantung. Pentingnya kecukupan serat dalam diet disampaikan oleh Alif Rahmah, Amd Gz., ahli gizi dari Yayasan Jantung Indonesia. Seringkali kandungan serat diabaikan dalam pola makan modern.
“Serat membantu mengurangi kadar kolesterol jahat dalam darah dan menjaga tekanan darah tetap normal, yang keduanya kunci dalam mencegah penyakit jantung,” ujarnya (8/5/2024), mengutip RRI.
Hal serupa juga ditegaskan oleh Dokter PPDS Kardiovaskuler Universitas Brawijaya Malang, dr. Gleopatra Dorothy Molle. Makanan berserat akan menjaga tekanan darah tetap stabil dan mengurangi risiko pembentukan plak di arteri, sehingga mengurangi risiko serangan jantung atau stroke.
“Jangan meremehkan kekuatan makanan berserat. Mereka bukan hanya menyediakan nutrisi penting bagi tubuh, tetapi juga merupakan kunci untuk menjaga jantung kita tetap sehat dan kuat,” pesannya.
Tipe-Tipe Vegetarian dan Pilihan Makanannya
Mengutip Siloam Hospital, vegetarian dikelompokkan menjadi lacto-vegetarian, ovo-vegetarian, lacto-ovo vegetarian, pescatarian, dan flexitarian.
- Lacto-vegetarian adalah tipe vegetarian yang masih mengonsumsi produk susu, seperti yogurt, keju, dan lainnya.
- Ovo-vegetarian adalah tipe vegetarian yang menghindari daging dan produk susu, tetapi tetap mengonsumsi telur.
- Lacto-ovo vegetarian adalah vegetarian yang masih mengonsumsi telur dan produk susu, tetapi menghindari daging.
- Pescatarian adalah vegetarian yang menolak untuk mengonsumsi daging, telur, dan produk susu, tetapi masih mengonsumsi seafood.
- Flexitarian merupakan tipe vegetarian yang masih mengonsumsi produk berbasis hewani pada kondisi tertentu.
Walaupun restoran yang berbasis nabati atau menjual makanan vegetarian semakin menjamur, tetapi tidak jarang masyarakat sering kesulitan untuk mencari makanan vegetarian atau yang mengurangi pangan hewani.
Cara Konsumsi Pangan Nabati Masyarakat Vegetarian
Berdasarkan survei Jakpat pada tahun 2023, responden yang sedang mengurangi konsumsi makanan berbasis hewan atau yang merupakan vegetarian mayoritas lebih memilih untuk memasak di rumah.
Selain itu, kebanyakan memilih makanan yang bukan berbasis hewan di restoran (52%), diikuti menggunakan katering vegetarian (35%), dan terakhir adalah makan di restoran yang memang menyiapkan menu vegetarian (18%).
Pilihan memasak di rumah memberikan kebebasan bagi seorang vegetarian untuk memilih menu yang dibuat, memastikan makanan yang mereka konsumsi sehat dan terjaga keamanannya. Ini menjadi alternatif yang paling ideal karena lebih dapat dipastikan tidak menggunakan pangan hewani.
Meski masak sendiri adalah pilihan paling ideal, kepraktisan juga menjadi nilai yang dicari oleh masyarakat yang vegetarian atau mengurangi konsumsi hewan. Ini menjadi alasan memilih makanan yang tidak berbasis hewan di restoran menduduki peringkat kedua.
Perkembangan bisnis makanan dan minuman, terutama katering, juga menjadi alternatif pilihan bagi mereka yang tidak ingin ribet memasak ataupun mencari restoran yang berbasis nabati.
Terakhir, makan di restoran yang menyediakan menu vegetarian tentu menjadi alternatif selanjutnya. Sayangnya, masih belum banyak restoran yang menyediakan menu vegetarian.
Sumber Pangan Nabati yang Populer di Kalangan Vegetarian
Dalam survei yang sama, jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh para vegetarian atau yang sedang mengurangi konsumsi bahan hewani adalah tempe dan tahu (70%), diikuti dengan sayuran hijau (65%), buah-buahan (65%), sayuran non hijau (56%), umbi-umbian (44%), kacang-kacangan (28%), jamur (28%), nasi merah (26%), dan daging analog (21%).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa banyak bahan pangan yang bisa dijadikan sumber makanan untuk masyarakat yang sedang mengurangi konsumsi daging.
Pada dasarnya, tempe dan tahu merupakan protein nabati yang sangat identik oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, tempe dan tahu juga mudah untuk diolah menjadi makanan yang bahkan jauh lebih enak daripada daging.
Selain tempe dan tahu, terdapat inovasi pangan nabati yang menyerupai cita rasa daging, yaitu daging analog. Daging analog memiliki karakteristik yang menyerupai daging pada umumnya, dari segi visual hingga warna. Inovasi ini menawarkan alternatif pangan nabati yang mirip dengan daging, tetapi rendah kalori dan cocok dikonsumsi untuk flexiterian atau yang sedang mengurangi konsumsi daging.
Pangan nabati yang dimasak dengan tepat akan menjadi opsi yang lebih sehat daripada hewani. Angga Priatna, Head of Development PT Inti Prima Rasa yang bekerja sama dengan Green Rebel untuk mengembangkan pangan nabati, menegaskan takaran dan cara masak yang benar tidak akan mengubah cita rasa dari makanan.
“Dengan begitu, rasa makanan tetap terjaga dan menjadi lebih sehat karena komposisi nabati yang digunakan cenderung lebih rendah kalori dibandingkan komposisi hewani,” tuturnya, mengutip Times.
Pangan nabati bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan, tetapi juga menjadi tren konsumsi modern. Dengan berbagai jenis dan pilihan pola makan vegetarian, masyarakat dapat lebih mudah mengadopsi gaya hidup sehat berbasis nabati, baik melalui memasak sendiri, katering, maupun di restoran. Di masa yang akan datang, pilihan pangan nabati yang lebih beragam diharapkan semakin memudahkan masyarakat dalam menjaga kesehatan mereka melalui pola makan yang sehat.
Baca Juga: Ini Alasannya Dibalik Popularitas Plant Based Diet
Penulis: Ni Komang Yuli Trihandani
Editor: Editor