Home Sweet Loan baru-baru ini menjadi populer dan ramai diperbincangkan oleh warganet di media sosial. Film garapan Visinema Pictures tersebut sudah tayang sejak 26 September 2024 lalu di bioskop dan hingga saat ini terus mengalami lonjakan penonton.
Film ini disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie yang sebelumnya juga pernah menjadi pengarah film-film populer, seperti Terlalu Tampan (2019) dan Noktah Merah Perkawinan (2022).
Satu hal menarik yang membuat film ini jadi pembicaraan banyak orang adalah alur ceritanya yang sangat dekat dengan kehidupan sebagian besar masyarakat di Indonesia. Film ini menceritakan mengenai perjuangan Kaluna, seorang pegawai kantoran sekaligus generasi sandwich dari keluarga menengah yang bermimpi untuk memiliki rumah, tetapi harus dihadapkan dengan situasi yang sulit.
Kaluna berada dalam permasalahan yang membuatnya harus memilih antara mengorbankan keluarganya atau impiannya memiliki rumah. Dengan pengemasan cerita yang menarik, film ini telah mampu mengumpulkan lebih dari satu juta penonton dalam dua minggu sejak perilisannya.
“Sejak penayangan perdana 26 September, sudah 1.000.000++ pejuang hidup merasakan film HSL. Banyak orang yang sudah membuktikan bahwa film HSL terasa dekat dengan kita semua,” tulis pihak studio seperti yang dikutip dari CNN Indonesia.
Lantas, bagaimana cerita dalam film tersebut mampu membuat sebagian masyarakat Indonesia merasa sangat dekat?
67% Masyarakat di Indonesia Adalah Generasi Sandwich
Generasi sandwich merujuk pada seseorang yang harus menanggung hidup orang lain selain dirinya sendiri, baik itu orang tua, saudara, ataupun anak-anaknya. Situasi ini dianalogikan seperti sebuah sandwich, di mana terdapat dua buah roti yang menghimpit isi-isian seperti daging dan sayuran. Roti atas ibarat orang tua, roti bawah ibarat anak, serta isi-isian tersebut ibarat diri sendiri.
Pada 9-11 agustus 2022, Litbang Kompas pernah melakukan pengumpulan jajak pendapat melalui telepon mengenai potret generasi sandwich di Indonesia. Survei dilakukan dengan melibatkan 504 responden berusia di atas 17 tahun yang tersebar ke dalam 34 provinsi. Adapun tingkat kepercayaan dari survei ini adalah 95% dengan margin of error 4,37%.
Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa sebanyak 67% responden mengaku bahwa mereka memberi bantuan ekonomi kepada keluarga, baik itu orang tua, mertua, maupun saudara, atau bisa disebut sebagai generasi sandwich. Sementara itu, 37% lainnya mengaku tidak memberi bantuan ekonomi kepada keluarganya.
Baca Juga: Persentase Lansia Makin Naik, Sandwich Generation di Indonesia Merebak?
Kelas Menengah Bawah dan Milenial Dominasi Generasi Sandwich
Dari 67% responden yang mengaku sebagai generasi sandwich tersebut, terdapat 44,8% masyarakat yang berasal dari golongan menengah ke bawah. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan masyarakat kelas bawah (36,2%), masyarakat kelas menengah atas (16,3%), serta masyarakat kelas atas (2,7%).
Selain berkaitan dengan status ekonomi, jika dikaitkan dengan kelompok usia, generasi sandwich paling banyak ditemui pada generasi Y atau milenial, yakni sebesar 43,6% dari total responden.
Selanjutnya, generasi X berada di peringkat kedua terbanyak dengan persentase sebesar 32,6% serta generasi Z menyusul di peringkat ketiga dengan besaran persentase 16,3%. Terakhir, terdapat 7,5% generasi baby boomers yang menjadi generasi sandwich.
Generasi Sandwich Tidak Merasa Terbebani
Dalam jajak pendapat yang sama, mayoritas responden mengaku tidak terbebani dengan tanggungan bantuan keuangan yang mereka berikan kepada orang tua, saudara, atau kerabat mereka.
Responden yang tidak terbebani dengan perannya sebagai generasi sandwich tersebut merata berasal dari semua kalangan, yakni kelas bawah (71,2%), kelas menengah ke bawah (65,2%), kelas menengah ke atas (70,4%), serta kelas atas (50%).
Selanjutnya, ada beberapa responden yang merasa biasa saja terhadap perannya sebagai generasi sandwich. Responden tersebut juga merata tersebar dari semua kalangan, yakni kelas bawah (26,3%), kelas menengah ke bawah (24,3%), kelas menengah ke atas (16,6%), serta kelas atas (50%).
Sementara itu, hanya sedikit responden yang mengaku terbebani dengan tanggungan bantuan yang mereka berikan kepada orang tua atau saudara mereka, yakni dari kelas bawah (2,5%), kelas menengah bawah (10,5%), serta kelas menengah atas (13%), Menariknya, tidak ada responden dari kelas atas yang merasa terbebani.
Penulis: Elvira Chandra Dewi Ari Nanda
Editor: Editor