Pembacaan sumpah Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka telah dilaksanakan pada Minggu (20/10/2024) bertempat di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta. Prabowo-Gibran resmi menggantikan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin untuk memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan, yakni periode 2024-2029.
Beberapa saat setelah resmi ditetapkan sebagai presiden, Prabowo menyampaikan pidato perdananya di hadapan anggota parlemen. Salah satu isi pidato Prabowo yang menarik perhatian adalah terkait dengan kepeduliannya terhadap isu Palestina.
Seperti yang kita ketahui bahwa telah terjadi penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina sejak tahun 1948 akibat genosida yang dilakukan oleh negara Israel. Dalam kurun waktu 2023-2024 ini, isu tersebut kembali mencuat dan menyita perhatian masyarakat dalam skala internasional. Berbagai seruan pembelaan terhadap Palestina kemudian gencar dilakukan, seperti aksi bela massal di media sosial, hingga seruan aksi boikot produk yang diduga terafiliasi dengan Israel.
Prabowo Ajak Warga Dukung Kemerdekaan Palestina
Dalam pidato perdananya pasca ditetapkan sebagai Presiden RI ke-8 tersebut, Prabowo menegaskan akan terus mendukung kemerdekaan Palestina. Ia mengatakan bahwa Indonesia ingin menjadi sahabat bagi semua negara. Lebih lanjut, ia mengajak segenap masyarakat Indonesia untuk turut membela rakyat Palestina yang tertindas.
“Kita punya prinsip (bahwa) kita antipenjajahan karena kita pernah mengalami penjajahan. Kita antipenindasan karena kita pernah ditindas. Kita antirasialisme, kita antiapartheid, karena kita pernah mengalami apartheid. Waktu kita dijajah, kita bahkan digolongkan lebih rendah dari anjing,” ucap Prabowo dengan tegas dalam pidatonya tersebut.
Lebih lanjut, Prabowo menuturkan bahwa Pemerintah Presiden Jokowi telah melakukan pengiriman bantuan kepada rakyat Palestina, seperti tim medis yang bekerja di Gaza dan Rafah dengan risiko pekerjaan yang sangat tinggi.
“Kita pun siap mengirim bantuan yang lebih banyak. Kita siap untuk evakuasi mereka-mereka yang luka dan anak-anak yang trauma dan (menjadi) korban. Kita siapkan semua rumah sakit (dan) tentara untuk membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban perang yang tidak adil,” pungkas Prabowo.
Lantas, bagaimana pendapat masyarakat umum serta elite mengenai isu Palestina yang digencarkan Prabowo tersebut?
Mayoritas Masyarakat dan Elite Sepakat Bela Palestina
Indikator Politik Indonesia telah melakukan survei dengan tajuk “Persepsi Publik dan Pemuka Opini Indonesia tentang Pengaruh Kekuatan Global di Tingkat Regional dan Isu Geopolitik Terkini”. Survei dilaksanakan pada 2-7 Desember 2023 untuk mengumpulkan pendapat publik secara nasional, sedangkan untuk pemuka opini atau elite dilakukan pada 17 Januari-12 Juni 2024.
Survei melibatkan 820 orang yang berusia 17 tahun ke atas dan tersebar ke dalam 29 provinsi di Indonesia. Responden terpilih akan diwawancarai oleh pewawancara profesional yang telah dilatih. Adapun tingkat kepercayaan survei tersebut adalah 95% dengan margin of error 3,5%.
Berdasarkan hasil survei tersebut, dapat dilihat bahwa mayoritas responden, baik masyarakat umum maupun para elite sepakat membela Palestina, yakni dengan persentase 81,6% untuk publik dan 77,7% untuk elite. Sementara itu, hanya sedikit responden yang menyatakan membela Israel, yakni 0,9% publik serta 0% elite.
Selanjutnya, sebanyak 14,3% publik dan 18,4% elite mengaku tidak membela keduanya atau netral. Terakhir, hanya 3,3% publik dan 3,9% elite yang tidak tahu dan/atau tidak menjawab. Dengan demikian, pendapat publik serta elite tersebut sudah sejalan dengan apa yang disampaikan Prabowo mengenai isu Palestina dalam pidato perdananya sebagai presiden.
Gerakan Boikot Masif Dilakukan Masyarakat untuk Bela Palestina
Salah satu hal yang dapat dilakukan masyarakat untuk turut membela rakyat Palestina tersebut adalah dengan melakukan aksi boikot terhadap berbagai produk yang terafiliasi dengan Israel.
Menurut survei yang dilakukan oleh GoodStats dalam tajuk “Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel” yang melibatkan 1.000 responden, diketahui bahwa sebanyak 77,2% masyarakat mengaku turut memboikot produk-produk yang disinyalir terafiliasi dengan Israel. Sementara itu, hanya 21,8% lainnya yang mengaku tidak turut memboikot.
Terdapat ragam alasan masyarakat yang melakukan boikot terhadap produk-produk Israel tersebut, yakni sebagai berikut.
Berdasarkan infografik tersebut, terdapat beberapa alasan masyarakat memboikot produk yang terafiliasi dengan Israel. Alasan terbanyak adalah karena solidaritas mereka terhadap Palestina, yang dijawab oleh 68,1% responden.
Alasan-alasan lainnya adalah karena masyarakat ingin ikut memberi tekanan pada Israel (55,3%), karena keyakinan atau agama (30%), karena ikut-ikutan atau FOMO (4,2%), serta karena alasan lainnya (19,5%).
Masih mengutip survei sama yang dilakukan oleh GoodStats, terdapat ragam produk yang diboikot oleh masyarakat seperti yang tertuang dalam infografik berikut.
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa produk makanan dan minuman menjadi produk utama yang diboikot oleh 81,5% responden. Beberapa produk dengan merek terkenal yang diboikot ini di antaranya Pizza Hut, Burger King, dan Coca Cola.
Jenis produk lainnya yang diboikot antara lain adalah pakaian dan aksesoris (33,3%), produk kecantikan dan kesehatan (31,7%), teknologi dan elektronik (11,2%), dan produk lainnya (15%).
Gerakan boikot yang dilakukan masyarakat ini dipercaya dapat membantu melumpuhkan perekonomian Israel dalam jangka panjang. Harapannya, Israel dapat berhenti melakukan pendudukan pada Palestina.
Tantangan Masyarakat dalam Boikot Produk Israel
Walaupun sudah banyak masyarakat yang melakukan aksi boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel dalam rangka membela rakyat Palestina, nyatanya masih banyak tantangan yang dihadapi masyarakat ketika melakukan pemboikotan tersebut.
Menurut hasil Survei Jakpat yang dilakukan pada 19-20 Februari 2024 yang melibatkan 577 responden, diketahui bahwa terdapat beberapa tantangan yang dirasakan masyarakat Indonesia dalam memboikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel.
Beberapa tantangan tersebut, seperti produk yang sudah biasa digunakan (67%), telanjur memiliki produk yang diboikot (44%), terdapat diskon atau promo (39%), tidak memiliki alternatif produk lain (36%), dibicarakan orang karena menggunakan produk tersebut (19%), serta merek restoran atau toko berada sangat dekat dengan rumah (18%).
Dengan begitu, walaupun mayoritas publik dan elite sepakat melakukan pembelaan terhadap Palestina, nyatanya salah satu implementasi pembelaan yang dapat dilakukan, yakni boikot produk Israel, masih susah untuk dilakukan serta dihadapkan dengan berbagai tantangan.
Baca Juga: Melihat Seberapa Besar dan Padat Palestina dan Gaza
Penulis: Elvira Chandra Dewi Ari Nanda
Editor: Editor