Korea Selatan memiliki kekuatan yang sangat besar dalam hal budaya yang disebut sebagai hallyu, sebuah istilah yang berasal dari Tiongkok, yang berarti Korean wave (gelombang Korea). Istilah ini merujuk pada pertumbuhan fenomenal budaya Korea yang terdiri dari banyak hal, mulai dari film, drama, kuliner, hingga musik mainstream yang disebut sebagai Korea Pop atau K-Pop.
Perkembangan K-Pop pada awalnya banyak dipengaruhi oleh berbagai jenis musik barat, khususnya budaya pop Amerika. Asal mula K-Pop modern sudah ada sejak tahun 1990-an, di mana saat itu terjadi perubahan politik di Korea Selatan yang menyebabkan demokratisasi di sana. Banyak musisi yang kemudian menggabungkan berbagai unsur musik rock, jazz, rap, dan lain sebagainya, dengan suara kontemporer musik Korea.
Grup K-Pop yang pertama kali mencuat pada 1992 kala itu adalah Seo Taiji and Boys. Grup tersebut berhasil menarik perhatian banyak penggemar hingga melahirkan budaya idol, sebuah istilah umum untuk menyebut fandom yang merupakan pengikut musik populer.
Setelah kesuksesan grup Seo Taiji and Boys tersebut, mulai bermunculan berbagai agensi hiburan di akhir tahun 90-an. Beberapa agensi tersebut, antara lain SM Entertainment yang berdiri pada tahun 1995, JYP Entertainment yang muncul pada 1997, serta YG Entertainment yang muncul pada tahun 1998.
Pada tahun 2000-an ke atas, budaya K-Pop terus berkembang dengan kemunculan berbagai grup idol, seperti Big Bang, SNSD, serta Bangtan Boys atau biasa disebut sebagai BTS. Bahkan, pada 2017, BTS menjadi grup K-Pop yang pertama kali tampil di acara American Music Awards. Hal ini tentu merupakan pencapaian yang besar dan sekaligus membuktikan kesuksesan budaya K-Pop di kancah internasional.
Popularitas K-Pop di Indonesia
Menurut survei yang dilakukan oleh The Korea Foundation, terdapat total 178 juta penggemar budaya Korea pada tahun 2022 dari seluruh dunia. Indonesia juga menjadi negara yang sangat terdampak dengan eksistensi budaya tersebut, di mana banyak masyarakat Indonesia yang merupakan penggemar K-Pop. Hal ini membuat banyak masyarakat Indonesia yang berpendapat bahwa Korea Selatan adalah negara dengan seni dan hiburan terbaik di dunia.
Baca Juga: Ini Sederet Alasan Orang Indonesia Menggemari K-pop
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia beberapa waktu lalu, Korea Selatan terpilih menjadi negara dengan seni dan hiburan terbaik dibandingkan dengan beberapa negara lain, seperti Jepang, Amerika Serikat, China, dan Australia.
Sebanyak 21,2% masyarakat percaya bahwa seni dan hiburan di Korea Selatan sangat bagus; 43,3% masyarakat mengatakan bagus; 22,5% masyarakat mengatakan biasa saja; 2% masyarakat mengatakan buruk; 0,5% masyarakat mengatakan sangat buruk; serta 10,5% lainnya tidak tahu/tidak menjawab.
Selanjutnya, negara peringkat kedua dengan seni dan hiburan terbaik setelah Korea Selatan menurut masyarakat adalah Jepang. Sebanyak 13,7% masyarakat mengakui bahwa seni dan hiburan di Jepang sangat bagus; 46,4% masyarakat mengatakan bagus; 26,5% masyarakat mengatakan biasa saja; 1,8% masyarakat mengatakan buruk; 0,4% masyarakat mengatakan sangat buruk; serta 11,2% lainnya tidak tahu/tidak menjawab.
Peringkat ketiga negara dengan seni dan hiburan terbaik diduduki oleh Amerika Serikat. Sebanyak 17,5% masyarakat mengatakan bahwa seni dan hiburan di Amerika sangat bagus; 41,4% masyarakat mengatakan bagus; 28,1% mengatakan biasa saja; 3,6% masyarakat mengatakan buruk; 0,2% masyarakat mengatakan sangat buruk; serta 9,3% lainnya tidak tahu/tidak menjawab.
Peringkat keempat negara dengan seni dan hiburan terbaik diduduki oleh China atau Tiongkok, dengan rincian 13,3% masyarakat menyatakan sangat bagus; 43,9% masyarakat menyatakan bagus; 29,7% masyarakat menyatakan biasa saja; 2,9% masyarakat menyatakan buruk; 0,4% masyarakat menyatakan sangat buruk; serta 9,8% lainnya tidak tahu/tidak menjawab.
Terakhir, negara peringkat kelima dengan seni dan hiburan terbaik diduduki oleh Australia, dengan rincian 6,7% masyarakat mengatakan sangat bagus; 30,3% masyarakat mengatakan bagus; 45,1% masyarakat mengatakan biasa saja; 4,5% masyarakat mengatakan buruk; 0,4% masyarakat mengatakan sangat buruk; serta 13% lainnya tidak tahu/tidak menjawab.
Adapun survei tersebut dilakukan dengan melibatkan 820 orang yang terdiri dari masyarakat umum atau publik serta elite. Survei kepada masyarakat umum dilakukan pada 2-7 Desember 2023, sedangkan survei kepada elite dilakukan pada 17 Januari-12 Juni 2024. Tingkat kepercayaan dari survei ini adalah 95% dengan margin of error kurang lebih sekitar 3,5%.
Budaya Jadi Kekuatan Soft Diplomacy bagi Korea
Jae Hyeok Shin, Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University, memaparkan bahwa perjalanan panjang telah ditempuh selama 20 tahun sebelum Korean wave berada di titik seperti sekarang ini. Menurutnya, budaya Jepang telah terlebih dahulu populer dan memiliki kekuatan hingga sekitar tahun 1999.
“Sepuluh tahun yang lalu, tidak ada orang Korea yang menyangka ini bisa terjadi,” ungkapnya ketika menjadi pembicara dalam sebuah workshop berjudul Building Bridges: Assessing the Past and Shaping the Future of Indonesia-Korea Relations pada Rabu (2/8/2023), mengutip CNBC Indonesia. Ia menambahkan bahwa Korea justru pada mulanya belajar dari Jepang yang sudah lebih maju dengan J-Pop nya.
Pemerintah Korea percaya bahwa budaya pop yang dimilikinya mampu menjadi “senjata” yang sangat kuat yang dapat menguntungkan ekspor negara sekaligus dapat meningkatkan diplomasi soft power bagi Korea.
Hal serupa mengenai kekuatan budaya Korea bagi diplomasi dan ekonomi Korea juga turut diungkapkan oleh Wakil Presiden Eksekutif The Korea Foundation, Rhee Jong Kook. Ia mengatakan bahwa popularitas K-Pop telah menjadikan sektor-sektor lain di Korea, seperti Korean foods, Korean medical, Korean Cosmetics, dan lain sebagainya, dapat tumbuh dengan positif.
Rhee memberikan contoh mengenai pengaruh grup BTS terhadap penjualan sebuah produk lokal, di mana saat itu terdapat salah satu anggota BTS yang meminum produk lokal buatan UMKM di sebuah acara. Momen tersebut secara tidak sengaja tersorot oleh kamera, yang kemudian menyebabkan stok teh yang diminum oleh anggota BTS tersebut ludes seketika ketika acara berakhir karena dibeli oleh banyak orang.
Tak hanya itu saja, pada kesempatan lain, seorang anggota BTS juga pernah makan ayam di kedai lokal secara tidak sengaja saat siaran langsung. Pada keesokan harinya, kedai ayam tersebut langsung diserbu oleh banyak pembeli hingga stok habis.
“Hal ini menunjukan bahwa perilaku bintang K-Pop, apa yang dia pakai, gunakan, hingga makanan/minuman yang mereka konsumsi, itu memiliki dampak terhadap ekonomi dan sosial. Mereka akan menjadikan apa yang mereka konsumsi dan pakai sebagai sebuah trend baru,” ungkap Rhee, melansir CNN Indonesia.
Baca Juga: Fenomena Musik Korea: Indonesia Tempati Posisi ke-3 Pasar K-Pop Dunia
Penulis: Elvira Chandra Dewi Ari Nanda
Editor: Editor