Fenomena pinjaman macet semakin menjadi sorotan di 2024, terutama pada generasi muda. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi finansial dan kemudahan akses ke pinjaman online (pinjol), banyak anak muda terjebak dalam siklus utang.
Menurut Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda, pemicu utama masalah pinjaman macet ini adalah gaya hidup konsumtif generasi muda yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan yang signifikan.
“Kebanyakan dari mereka menggunakan dana untuk kebutuhan yang bersifat rekreasi, seperti menonton konser, bepergian, dan membeli barang elektronik baru, termasuk ponsel,” tutur Nailul, dikutip VOA Indonesia.
Berdasarkan laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada Juli 2024, generasi muda menyumbang 37,17% terhadap kredit macet atau tingkat wanprestasi (TWP) 90 pada fintech peer-to-peer (P2P).
“Dari data yang ada pada kami di Juli 2024, porsi wanprestasi 90 hari atau TPW 90 untuk gen Z dan milenial ini yang kami kategorikan di usia 19-34 tahun itu adalah 37,17%,” tutur Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) Agusman pada Antara.
Generasi Muda Mendominasi Pinjaman Macet 2024
Menurut data dari OJK, generasi muda khususnya kelompok usia 19-34 tahun terus mendominasi jumlah kasus pinjaman online macet sepanjang 2024. Hal ini sesuai dengan tren pertumbuhan volume pinjaman dan kredit macet turun yang meningkat.
Pada Januari 2024, tercatat 301.783 rekening dengan outstanding Rp729,62 miliar. Angka ini menurun di Februari menjadi 269.118 rekening dan Rp693,26 miliar. Namun, terjadi kenaikan pada Maret mencapai 281.962 rekening dan Rp726,63 miliar.
Kemudian pada bulan Mei, jumlah entitas meningkat menjadi 286.173 dengan nilai outstanding tertinggi sebesar Rp 733,00 miliar. Namun, angka tersebut turun menjadi sekitar 284.000 entitas dan outstanding sekitar Rp 652,73 miliar pada Juli.
Fenomena YOLO dan FOMO Jadi Gaya Hidup Generasi Muda
Prinsip hidup You Only Live Once (YOLO) dan Fear Of Missing Out (FOMO) menjadi bagian dari gaya hidup generasi muda, di mana Dr. Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Pelaku Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, memperingatkan generasi muda agar tidak terjebak pinjaman online akibat gaya hidup ini.
Generasi muda sering kali terseret pinjol ilegal serta investasi bodong karena kebiasaan mereka yang lebih banyak mengeluarkan uang untuk kesenangan daripada menabung.
Gaya hidup FOMO membuat orang merasa ketinggalan jika tidak mengikuti tren, sedangkan YOLO berhubungan dengan cara menikmati hidup dengan maksimal dan bebas.
CEO Zap Finance Prita Ghozie menambahkan bahwa generasi muda sangat paham dengan teknologi dan mudah mengakses pinjaman digital, termasuk fitur pinjol dan pinjaman lainnya.
“Memang generasi ini sangat melek teknologi, sehingga mereka memahami sekali berbagai teknologi pinjaman digital, seperti pinjol, pay later, dan lainnya. Apalagi ini sangat mudah mengajukannya, segala sesuatu yang mudah biasanya banyak sekali yang menggunakan,” ungkap Prita pada VOA Indonesia.
Prita menyarankan agar berpikir matang sebelum membeli sesuatu, terutama jika barang tersebut tidak diperlukan dan dapat merugikan kondisi keuangan. Tak hanya itu, ia juga menekankan pentingnya untuk memperhatikan tingkat suku bunga dan biaya tambahan yang nominalnya kadang melebihi pinjaman itu sendiri.
Baca Juga: Gen Z dan Milenial Paling Sering Terkena Kredit Macet Pinjol 2023
Penulis: Ucy Sugiarti
Editor: Editor