Perundungan Anak di Tasikmalaya: Minimnya Ruang Aman Bagi Anak

Kasus perundungan di Tasikmalaya meninggalkan luka yang mendalam, sekaligus catatan besar bagi pemerintah untuk terus ciptakan ruang aman bagi anak.

Perundungan Anak di Tasikmalaya: Minimnya Ruang Aman Bagi Anak Ilustrasi Perundungan terhadap Anak | Shutterstock

Seorang anak sekaligus siswa berusia 11 tahun di salah satu SD di Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia diduga akibat menjadi korban perundungan teman sebayanya.

Sebelum meninggal, korban sempat dirawat di rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan medis, korban mengalami suspect depresim thypoid, dan ensefalopati atau peradangan otak.

Dilansir dari Kompas.com, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya, Adi Widodo juga menambahkan bahwa korban mengalami komplikasi.

"Karena komplikasi tifus juga ada suspect episode depresi atau gangguan ensefalopati kejiwaan,” jelasnya.

Menurut Adi, suspect thypoid, ensefalopati, dan suspect episode depresi disebabkan adanya tekanan psikologis korban sebelumnya. Terlebih menurut pengakuan keluarga, korban sempat menjadi target perundungan teman-temannya.

Menurut pengamatan Jasra Putra, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), setidaknya korban telah mengalami kekerasan fisik, seksual dan psikologis. Pernyataan Jasra tersebut didasarkan atas adanya video yang tersebar di media sosial.

10 Negara dengan Korban Perundungan Tertinggi 2018 | Goodstats

Jika melihat data menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) 2019, persentase murid yang mengalami perundungan di Indonesia mencapai 41,1 persen.

Riset tersebut menghasilkan bahwa Indonesia menempati posisi kelima dengan kuantitas murid korban perundungan tertinggi. Posisi pertama diduduki Filipina dengan persentase 64,9 persen, disusul Brunei Darussalam sebesar 50,1 persen dan Republik Dominika sebesar 43,9 persen.

Sementara itu jika melansir dari laporan profil anak Indonesia dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, data kekerasan yang menimpa anak di tahun 2021, justru didominasi oleh pelaku di tempat kejadian rumah tangga sebesar 48,68 persen. Sementara kekerasan dengan tempat kejadian sekolah mencapai 4,39 persen.

Adapun jenis kekerasan yang dialami korban anak mayoritas dengan tindakan kekerasan seksual sebesar 46,70 persen. Disusul dengan kekerasan fisik sebesar 19,40 persen dan psikis sebesar 18,31 persen.

Kasus kekerasan terhadap anak, baik itu kekerasan seksual, fisik dan psikis harus menjadi perhatian bagi pemerintah. Melansir dari laman Unicef, ada beberapa hal yang dapat dilakukan apabila seseorang menerima laporan perundungan atau pelecehan yang dialami oleh anak.

Pertama, harus menanggapinya dengan serius. Hargai dan sempatkan mengucapkan terima kasih karena korban telah percaya untuk melapor. Dengan penuh rasa empati, yakinkan kepada anak bahwa itu bukan salahnya serta mintai pendapatnya apa yang dapat dilakukan agar anak dapat merasa aman.

Temui secara bijak pihak yang terlibat dalam kejadian secara terpisah hingga pelaku menyadari bahwa tindakannya salah dan meminta maaf. Ambil tindakan kepada pelaku secara teratur, baik itu anak, orang tua, guru dan sekolah mengenai perkembangan kasusnya. Jika diperlukan, pendamping korban dapat meminta bantuan kepada pihak eksternal yang lebih memahami.

Kondisi ini tentu menjadi catatan besar bagi seluruh pihak, utamanya pemerintah, sekolah dan keluarga. Agar kasus serupa tidak terulang, perlu ada sinergi berbagai pihak untuk menciptakan ruang aman dan ramah bagi anak.

Penulis: Galih Ayu Palupi
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Wacana 44 Menteri di Kabinet Prabowo, Jumlah Kenyang Pasca Orde Baru

Prabowo dan Gibran terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029, wacana mengenai susunan kabinet mereka pun menjadi sorotan.

Telah Ditutup, Cek Hasil Final Instansi CPNS 2024 dengan Pelamar Terbanyak

Membludak, sebanyak 3,96 juta orang mendaftar CPNS 2024. 567,5 ribu di antaranya melamar di Kemenkumham. Pendaftaran saat ini telah ditutup.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook