Menurut Our World In Data, lebih dari separuh populasi dunia kini tinggal di daerah perkotaan. Dan semakin banyak penduduk tinggal di kota-kota yang sangat padat. Di Indonesia sendiri contoh nyatanya adalah Jakarta.
Namun, tinggal di kondisi perkotaan merupakan fenomena yang relatif baru dalam sejarah manusia. Transisi ini telah mengubah cara kita hidup, bekerja dan bepergian.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Our World In Data tersebut, saat ini tidak ada definisi universal mengenai apa yang dimaksud dengan 'perkotaan'. PBB melaporkan angka-angka berdasarkan pembagian perkotaan yang ditetapkan secara nasional. Tiap negara mengadopsi definisi urbanisasi yang sangat berbeda.
Our World In Data juga menyebut tidak hanya ambang batas antara perkotaan dan pedesaan yang berbeda-beda, namun jenis metrik yang digunakan juga berbeda. Beberapa negara menggunakan ambang batas populasi minimum,namun juga ada yang menggunakan kepadatan penduduk atau hal lainnya.
Misalnya Argentina, yang mendefinisikan perkotaan sebagai daerah yang berpenduduk 2.000 jiwa atau lebih. Sedangkan Singapura, mendefinisikan keseluruhan penduduk sebagai kategori perkotaan.
Pertumbuhan penduduk perkotaan yang terus berlanjut menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap kehidupan masyarakat dan lingkungan. Urbanisasi terkadang dapat meningkatkan perekonomian dan pendidikan karena masyarakat pindah ke kota untuk mencari pekerjaan dengan pendapatan lebih tinggi dan pendidikan yang lebih baik.
Berdasarkan data dari ASEAN Statistics Division (ASEANstats), Singapura merupakan negara dengan tingkat urbanisasi tertinggi di ASEAN dengan persentase sebesar 100% masyarakatnya tinggal di daerah urban. Disusul dengan Brunei Darussalam sebesar 79,1% dan Malaysia dengan 78,7%.
Indonesia sendiri memiliki tingkat urbanisasi 58,6%. Berbeda tipis dengan Thailand yang memiliki persentase 53,6 %. Sementara negara lain memiliki persentase urbanisasi dibawah 50%. Seperti Filipina dengan 48,3% dan Kamboja sebesar 39,2%.
Sedangkan untuk Laos ada di angka 38,2% untuk tingkat urbanisasi penduduknya, Vietnam di 38,1% dan terakhir Myanmar pada 30,4%.
Menurut BBC, Meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan dapat menciptakan tenaga kerja terampil yang menarik perusahaan transnasional menciptakan lapangan kerja, misalnya di Singapura yang menjadi tempat favorit bagi banyak perusahaan multinasional untuk mendirikan kantor pusat di wilayah Asia Tenggara.
Hal ini dapat meningkatkan kekayaan negara, menciptakan efek pengganda dan juga membuat lapangan kerja baru bagi orang-orang yang kurang terampil. Peningkatan kekayaan digunakan untuk mengembangkan pendidikan menengah dan universitas, yang selanjutnya meningkatkan basis keterampilan di wilayah perkotaan. Namun, dibalik keuntungan dari urbanisasi terdapat juga sisi buruknya.
“Luas lahan perkotaan bisa meningkat tiga kali lipat antara tahun 2015 dan 2050. Secara global, perluasan lahan perkotaan merupakan salah satu penyebab utama hilangnya habitat dan keanekaragaman hayati.” ungkap Profesor di Pusat Migrasi, Kebijakan dan Masyarakat Universitas Oxford Michael Keith pada Financial Times.
Penulis: Astika Wahyu F.
Editor: Editor