Penurunan Traffic Web dan Opini Konsumen Jadi Sinyal Tutupnya JD.ID

JD.ID, nama yang acap kali terdengar sebagai satu diantara sekian banyak e-commerce di Indonesia. Sayangnya, per 15 Februari JD.ID berhenti beroperasi

Penurunan Traffic Web dan Opini Konsumen Jadi Sinyal Tutupnya JD.ID Ilustrasi JD.ID | JD.ID

Pada era digital, tak semua orang punya waktu dan tenaga untuk melakukan pemenuhan kebutuhan dengan berbelanja secara offline. Apalagi, tak semua keinginan bisa ditemukan di toko offline. Berbagai produk yang semakin terdiferensiasi menciptakan ruang dimana toko online dibutuhkan. Toko online atau yang kerap disebut e-commerce ini sudah bukan menjadi hal yang baru lagi di Indonesia. Bahkan, penyedia dan pengembang e-commerce tak hanya berasal dari luar negeri, namun juga dalam negeri. 

JD.ID adalah nama yang acap kali terdengar sebagai satu diantara sekian banyak e-commerce yang ada di Indonesia. Melalui laman situs resminya, pihak JD.ID secara berat hati mengumumkan bahwa JD.ID akan berhenti menerima pesanan para konsumen mulai tanggal 15 Februari mendatang. Sementara, untuk segala penyelesaian layanan akan dihentikan pada 31 Maret 2022. 

Seperti yang banyak diberitakan, pihak JD.ID awalnya memang sudah melakukan PHK besar-besaran sejak Mei 2022 lalu hingga akhirnya memutuskan untuk “tutup warung” pada 31 Maret mendatang. 

Menurut hasil riset Goodstats, sinyal “tutup warung” JD.ID sudah terendus di awal tahun 2020. Menurut data dari iPrice Group, traffic website JD.ID naik turun sejak kuartal 1 tahun 2018 dan cenderung naik turun hingga memuncak pada kuartal 4 tahun 2019. Sayangnya, traffic website JD.ID yang turun pasca melewati 2019 tak pernah naik hingga mencapai atau lebih dari 10 juta kunjungan per kuartalnya. 

Penurunan yang cukup konsisten terjadi sejak kuartal 3 tahun 2021 dengan total kunjungan website JD.ID yang berada di angka 3,82 juta namun terus turun hingga menyisakan hanya sebanyak 2,34 kunjungan website di kuartal 2 tahun 2022. 

Jika dibandingkan dengan traffic website dua e-commerce yang kini menjadi raksasa yakni Shopee dan Tokopedia, angka kunjungan website JD.ID cukup terpaut jauh. Meski sama-sama melandai dan cukup sulit untuk bangkit pada kuartal 3 tahun 2019 hingga kuartal 3 tahun 2020, kedua e-commerce raksasa ini mampu memulihkan kondisinya hingga kembali memiliki lebih dari 100 juta kunjungan website di tahun-tahun berikutnya.

Membandingkan traffic website JD.ID dengan Tokopedia dan Shopee memang terasa cukup timpang. Namun, jika dibandingkan dengan berbagai e-commerce lain, traffic website JD.ID tetap cukup terpaut jauh. Sebagai e-commerce dengan target pasar yang lebih general, traffic website JD.ID tetap kalah jika dibandingkan dengan Orami yang terlihat lebih menyasar para Ibu dengan segudang keperluan bayinya.

Di tahun 2018, Tech in Asia pernah merilis data hasil survei mengapa konsumen tidak menyukai JD.ID. Dari data tersebut, 30,8 persennya menganggap waktu kirim dari JD.ID menjadi alasan ketidaksukaannya. Sementara itu, 15,4 persennya menganggap tidak cocok dengan harga barang yang dibanderol di JD.ID. 

Penulis: Puja Pratama Ridwan
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Kereta Cepat Whoosh Telah Mengangkut 200 Ribu Penumpang Mancanegara

Ketertarikan internasional ini memperlihatkan bahwa Whoosh telah menjadi daya tarik tersendiri yang menawarkan pengalaman berkendara yang baru dan unik.

Daftar Sepeda Termahal di Dunia, Hampir Capai Rp8 Miliar!

Variasi harga ini mencerminkan kualitas dan fungsionalitas yang ditawarkan oleh setiap jenis sepeda, memberikan fleksibilitas bagi konsumen dalam memilih.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook