Papua Menjadi Daerah dengan Konstruksi Termahal di Indonesia

Dibutuhkan perencanaan yang cermat agar proyek pembangunan di setiap wilayah dapat berjalan dengan efisien tanpa beban keuangan yang berlebihan.

Papua Menjadi Daerah dengan Konstruksi Termahal di Indonesia Ilustrasi Pembangunan PLBN Terpadu Yetetkun di Provinsi Papua | Kementerian PUPR

Konstruksi merupakan salah satu sektor krusial dalam pembangunan ekonomi, yang mencakup infrastruktur seperti jalan, jembatan, gedung, dan fasilitas publik lainnya. Namun, biaya konstruksi sering kali bervariasi secara signifikan di berbagai wilayah.

Salah satu faktor utama yang memengaruhi biaya konstruksi adalah ketersediaan bahan baku. Beberapa daerah memiliki akses yang lebih mudah dan dekat terhadap sumber daya material, sementara daerah lain harus mengimpor bahan baku dari wilayah yang jauh, yang meningkatkan biaya transportasi dan logistik.

Selain itu, kondisi geografis yang menantang, seperti wilayah pegunungan atau daerah terpencil, juga dapat memperumit proses pengiriman material dan memperpanjang waktu pengerjaan proyek.

Faktor lain yang berperan besar adalah biaya tenaga kerja. Ketersediaan tenaga kerja terampil dan upah minimum yang berbeda di setiap wilayah turut memengaruhi biaya keseluruhan proyek konstruksi.

Secara keseluruhan, biaya konstruksi yang bervariasi antara provinsi disebabkan oleh kombinasi faktor alamiah, ekonomi, dan kebijakan yang berbeda-beda.

Papua Pegunungan memiliki indeks kemahalan konstruksi tertinggi d Indonesia yaitu sebesar 249,12 | GoodStats

Provinsi Papua Pegunungan memiliki Indeks Kemahalan Konstruksi tertinggi di Indonesia, dengan angka 249,12. Tingginya indeks ini dipengaruhi oleh kondisi geografis yang sangat menantang, seperti pegunungan terjal dan infrastruktur jalan yang terbatas.

Akses ke wilayah ini sangat sulit, sehingga distribusi material konstruksi memerlukan biaya transportasi yang sangat tinggi, terutama melalui udara. Selain itu, ketersediaan tenaga kerja terampil juga terbatas, sehingga menambah beban biaya proyek konstruksi.

Papua Tengah dengan indeks 209,28 juga menghadapi tantangan serupa. Meskipun tidak sewilayah dengan Papua Pegunungan, akses transportasi yang terbatas tetap menjadi faktor utama tingginya biaya konstruksi di provinsi tersebut.

Papua Selatan dengan indeks 142,98 menunjukkan bahwa meskipun wilayah ini berada di dataran rendah dibandingkan Papua Pegunungan, kendala infrastruktur masih signifikan. 

Kurangnya infrastruktur dasar seperti jalan yang memadai membuat biaya transportasi dan distribusi material tetap tinggi, meski sedikit lebih rendah dibandingkan wilayah pegunungan.

Sementara itu, provinsi Papua dengan indeks 134,96 mencerminkan tantangan serupa di berbagai daerahnya. Meski beberapa wilayah memiliki akses yang lebih baik ke laut, biaya transportasi tetap tinggi karena jarak yang jauh dari pusat distribusi nasional, dan terbatasnya infrastruktur lokal.

Papua Barat dengan indeks 124,71 serta Papua Barat Daya dengan skor 122,21 menghadapi tantangan logistik yang serupa. Akses ke wilayah ini lebih mudah karena berada lebih dekat dengan pantai, tetapi distribusi material masih memerlukan biaya transportasi laut yang cukup tinggi, terutama ke daerah-daerah pedalaman.

Provinsi Kalimantan Timur dengan indeks 118,3 menunjukkan bahwa meskipun berada di pulau yang lebih terhubung, biaya konstruksi masih dipengaruhi oleh faktor geografis dan akses material. 

Daerah ini juga menjadi pusat kegiatan industri, termasuk pertambangan, yang berpotensi menaikkan permintaan tenaga kerja dan material konstruksi, sehingga berpengaruh pada biaya.

DKI Jakarta dengan indeks 114,79 memiliki tantangan berbeda. Sebagai ibu kota, Jakarta adalah pusat ekonomi dengan infrastruktur yang cukup maju. Namun, tingginya biaya konstruksi di wilayah ini disebabkan oleh mahalnya harga lahan dan upah tenaga kerja, serta regulasi ketat terkait pembangunan di kawasan perkotaan padat.

Maluku Utara dengan indeks 114,09 memiliki biaya konstruksi yang tinggi akibat lokasinya yang relatif terpencil dan distribusi material yang bergantung pada transportasi laut. Infrastruktur di wilayah ini masih dalam tahap pengembangan, sehingga biaya logistik dan tenaga kerja tetap tinggi.

Kepulauan Riau, dengan indeks 111,94, memiliki biaya konstruksi yang tinggi terutama karena wilayahnya terdiri dari banyak pulau kecil. Transportasi material antara pulau-pulau memerlukan biaya tambahan, dan upah tenaga kerja di sektor konstruksi juga relatif tinggi, mengingat pentingnya pengembangan infrastruktur di wilayah perbatasan ini. 

Secara keseluruhan, provinsi-provinsi ini mencerminkan bagaimana faktor geografis, akses logistik, ketersediaan tenaga kerja, dan kondisi infrastruktur memengaruhi tingginya Indeks Kemahalan Konstruksi di Indonesia.

Baca Juga: Bukan Jakarta, Harga Konstruksi Tertinggi Ternyata Ada di Daerah Ini

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Terbaru! Simak Elektabilitas Pilkada Jabar 2024 Versi Litbang Kompas

Jelang Pilkada Jawa Barat 2024, mayoritas masyarakat lebih banyak memilih pasangan Dedi-Erwan dibanding paslon lain, dengan persentase elektabilitas 65%.

Elektabilitas Pramono-Rano Melambung di Survei SMRC

Dua minggu menjelang pemilihan Gubernur Jakarta, survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan pasangan Pramono-Rano unggul.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook