Indonesia adalah negara produsen batu bara nomor satu di dunia. Hal tersebut menjadi alasan yang tak terherankan jika melihat kondisi pasokan listrik negara yang hampir setengahnya dipasok oleh batu bara.
Menurut data Global Energy Monitor, yang dirilis atas kerjasama Greenpeace, Sierra Club dan Global Energy Monitor mencatat bahwa kapasitas tepasang pembangkit listrik dengan tenaga batu bara yakni PLTU terus meningkat sejak tahun 2018 hingga 2022. Di tahun 2018, kapasitas terpasang PLTU Batu Bara ada di angka 28.5 ribu megawatt, Sementara, angka tersebut kini telah naik hingga 40.1 megawatt di tahun 2022.
Dengan jumlah produksi yang masif, batu bara Indonesia tak hanya menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan. Namun, juga dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dan berbagai kebutuhan industri lainnya.
Menurut data proyeksi dari CountryWatch, negara dengan konsumsi batu bara tertinggi diduduki oleh Cina dengan jumlah yang tak main-main. Proyeksi konsumsi batu bara Cina diprediksi akan mencapai angka 4.42 juta short ton. Disusul India dan Amerika Serikat dengan proyeksi konsuimsi batu bara masing-masing di angka 976 dan 587 juta short ton.
Sementara konsumsi batu bara Indonesia diproyeksikan akan mencapai 152,24 juta short ton.
Aktivitas produksi tambang batu bara bisa menimbulkan tingginya emisi metana. Emisi metana atau CH4 digadang-gadang punya dampak 25 kali lebih besar dari emisi karbon terhadap pemanasan global. Global Energy Monitor juga mencatat bahwa emisi metana dari akitvitas tambang batu bara Indonesia cukup tinggi.Hal tersebut juga menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat 7 dalam produksi emisi metana tertinggi di dunia pada tahun 2022 lalu dengan total emisi metana di angka 63 juta ton.
Sementara itu top three negara dengan emisi metana dari tambang batu bara tertinggi di duduki oleh Cina, Amerika Serikat dan Rusia, dengan masing-masing emisi metana di angka 3488, 241 dan 195 juta ton.
Hal ini perlu dikonsentrasikan lebih lagi oleh pemerintah agar tak hanya fokus pada proses reduksi emisi karbon, namun juga emisi metana.
Penulis: Puja Pratama Ridwan
Editor: Iip M Aditiya