Mengenal Houthi, Kelompok yang Serang Kapal Israel di Laut Merah

Bagaimana asal-usul Houthi, kelompok yang telah membuat Laut Merah jadi porak-poranda?

Mengenal Houthi, Kelompok yang Serang Kapal Israel di Laut Merah Ilustrasi Kapal Kargo | Unsplash

Beberapa bulan belakangan, dunia tengah geger dengan krisis yang terjadi di Laut Merah. Krisis terjadi lantaran kelompok Houthi menyerang kapal-kapal kargo yang mereka klaim berasal dari Israel dan sekutunya. Penyerangan tersebut telah dilakukan semenjak November tahun lalu.

Lantas, siapa itu Houthi dan apa yang terjadi di Laut Merah?

Houthi, Kelompok yang Ingin Kudeta Pemerintahan Yaman

Ilustrasi Konflik | Unsplash

Houthi mempunyai sejarah yang panjang dengan pemerintah Yaman. Meskipun kelompok Houthi berasal dari Yaman, namun kedua pihak masih mengibarkan bendera permusuhan dan belum berdamai.

Houthi atau Hutsi merupakan kelompok politik dan agama yang berasal dari Yaman. Kelompok ini sudah ada sejak tahun 1990-an. Sebelumnya, kelompok ini dikenal dengan nama Ansar Allah. Namun kini berubah menjadi kelompok Houthi, nama yang diambil dari pendiri gerakan, Hussein al-Houthi. Saat ini, kelompok Houthi dipimpin oleh saudaranya, Abdul Malik al-Houthi.

Houthi sendiri mendeklarasikan diri mereka sebagai kelompok “perlawanan” yang dipimpin Iran terhadap Israel dan negara-negara Barat lainnya. Houthi kerap diasosiasikan dengan kelompok Hamas dan gerakan Hizbullah di Lebanon.

Tidak hanya berkonflik dengan negara lain, Houthi juga turut mengalami pertikaian dengan pemerintah negara asalnya, Yaman. Tercatat pada tahun 2000-an, Houthi melakukan serangkaian pemberontakan untuk menggulingkan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh.

Houthi menuduh sang presiden melakukan korupsi. Selain itu, Houthi memberontak akibat Arab Saudi dan Amerika Serikat yang membantu Yaman untuk menyerang kelompok tersebut.

Upaya kudeta tersebut dilakukan untuk memenangkan daerah kekuasaan yang lebih besar bagi kelompok Houthi utara Yaman.

Houthi bahkan sudah menguasai sebagian besar sistem pemerintahan Yaman. Kelompok ini menguasai Ibu kota Yaman, Sanaa dan barat laut Yaman. Daerah itu termasuk garis pantai Laut Merah.

Daerah Sanaa dan garis pantai Laut Merah merupakan tempat tinggal bagi sebagian besar penduduk Yaman. Di sanalah kelompok Houthi menjalankan pemerintahan de facto, hingga mencetak uang dan mengumpulkan pajak.

Meski perebutan kekuasaan telah berlangsung lama, hingga saat ini, belum ada upaya damai antara Houthi dengan pemerintah Yaman.

Houthi dan Pandangan Pro-Hamas

Ilustrasi Palestina | Unsplash

Seperti yang diketahui, mayoritas negara Arab mendukung Palestina untuk bisa merdeka dari cengkeraman Israel. Sebagian pihak menginginkan genosida di Gaza cepat berhenti dengan cara membantu secara politik, namun ada pula beberapa pihak yang terang-terangan mendukung Hamas secara militer untuk bisa kalahkan Israel.

Houthi menjadi salah satu pihak yang mendukung kemenangan Hamas dalam perang melawan Israel. Bersama dengan pemerintah Iran, keduanya menjadi pendukung terbesar Hamas untuk bisa melawan Israel.

Layaknya di negara-negara Arab lain, gerakan Houthi dinilai bertambah “radikal” semenjak invasi Amerika ke Irak pada tahun 2003. Beberapa media memberitakan peristiwa tersebut sebagai “titik balik”.

Dari situlah, kelompok Houthi semakin menaruh sentimen negatif terhadap Amerika Serikat beserta salah satu sekutunya, Israel. Houthi semakin gencar memerangi Israel dan negara Barat yang dianggap bersekutu dengan Israel, khususnya Amerika Serikat. Gerakan tersebut dinilai Houthi sebagai aksi solidaritas dalam mendukung Palestina.

Bisa dikatakan, itulah alasan kuat mengapa Houthi menyerang kapal kargo “Israel” beserta negara sekutu, seperti Amerika dan negara Barat lainnya di Laut Merah.

Penjelasan Krisis Laut Merah

Kapal Kargo | Unsplash

Sejak November 2023 lalu, kelompok Houthi gencar melakukan serangan pada kapal kargo yang mereka klaim milik Israel dan Amerika Serikat yang melintasi Laut Merah dan Terusan Suez. Tidak hanya itu, Houthi dikabarkan turut menjarah dan menyandera awak kapal. Houthi sengaja melakukan serangan sebagai bentuk protes genosida yang terjadi di Gaza, Palestina.

Pada 19 November, Houthi diwartakan membajak sebuah kapal kargo di Laut Merah. Semenjak itu, Hourthi menyerang lebih dari dua lusin kapal lainnya dengan drone, rudal, dan speed boat.

Kelompok asal Yaman tersebut mengatakan hanya menargetkan kapal milik Israel, kapal yang berbendera, dioperasikan atau menuju pelabuhan Israel. Namun, Houthi dikabarkan juga menyerang kapal-kapal yang tidak berhubungan dengan Israel.

Aksi serangan Houthi di Laut Merah tersebut tentu memporak-porandakan iklim perdagangan global. Pasalnya, Laut Merah yang menjadi jalur Terusan Suez menyokong sekitar 12% perdagangan global. The Guardian melaporkan adanya kenaikan biaya pengiriman yang cukup signifikan akibat krisis Laut Merah. Selain itu, durasi pengiriman barang akan semakin lama, mengingat banyak kapal kargo tidak bisa melewati Laut Merah karena tidak aman.

Menanggapi hal tersebut, Dewan Keamanan PBB segera membuat resolusi untuk menghentikan serangan Houthi di Laut Merah. Selain itu, Amerika Serikat dan Inggris juga mengerahkan pasukan militernya untuk mengamankan situasi di Laut Merah.

Penulis: Almas Taqiyya
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Indonesia Jadi Negara yang Paling Cemas Terhadap Korupsi

Tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya kebal terhadap bahaya korupsi. Masyarakat di seluruh dunia memiliki alasan kuat untuk waspada terhadap praktik ini.

Persebaran Kasus Cacar Monyet di Uni Afrika Hingga Tahun 2024

Cacar monyet menjadi perhatian utama bagi otoritas kesehatan di Afrika dalam usahanya untuk mengendalikan penyebaran dan melindungi masyarakat.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook