Di era digital seperti saat ini, internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari aktivitas kerja, pendidikan, hingga hiburan, hampir setiap aspek kehidupan modern terhubung dengan internet.
Dalam dunia bisnis, internet memudahkan komunikasi dan akses informasi secara cepat, sedangkan di sektor pendidikan, internet membuka pintu bagi pembelajaran daring yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja.
Tidak hanya itu, berbagai aplikasi dan platform berbasis internet telah mempermudah masyarakat dalam berbelanja, berkomunikasi, hingga menikmati hiburan.
Namun, di balik kecepatan teknologi yang terus berkembang, masih ada masyarakat di beberapa daerah tertinggal yang belum merasakan manfaat internet.
Mereka yang tinggal di wilayah terpencil atau minim infrastruktur teknologi masih menghadapi tantangan dalam mengakses internet. Keterbatasan akses ini membuat mereka tertinggal dalam hal informasi, pendidikan, dan peluang ekonomi yang kini lebih banyak diakses melalui dunia digital.
Situasi ini menyoroti kesenjangan digital yang masih menjadi tantangan di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil yang kurang mendapat perhatian dalam pengembangan infrastruktur telekomunikasi.
Walau demikian, golongan masyarakat yang berada di daerah tertinggal ini memiliki alasan masing-masing atas pilihan mereka untuk tidak memakai internet.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kemenkominfo, sekitar 82,6% penduduk di daerah tertinggal di Indonesia telah mendapatkan akses internet pada tahun 2024.
Dari total populasi sekitar 9,8 juta orang yang tinggal di daerah tertinggal, sekitar 8,1 juta orang telah terhubung dengan jaringan internet. Meski demikian, masih ada sekitar 17,4% atau sekitar 1,7 juta penduduk di wilayah tersebut yang belum merasakan akses internet.
Alasan utama mengapa sebagian masyarakat di daerah tertinggal belum menggunakan internet adalah karena tidak memiliki perangkat yang mendukung, dengan persentase mencapai 30,2%.
Ketiadaan perangkat seperti ponsel pintar atau komputer menjadi hambatan terbesar, diikuti oleh kurangnya ketersediaan sambungan internet di beberapa wilayah, yang menyumbang 26,4%. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur telekomunikasi masih perlu ditingkatkan di banyak daerah terpencil di Indonesia.
Selain itu, ketidaktahuan dalam menggunakan perangkat yang terhubung ke internet juga menjadi kendala bagi 21,1% masyarakat di daerah tertinggal. Kurangnya literasi digital membuat mereka sulit memanfaatkan teknologi yang ada, meskipun mungkin perangkat dan jaringan sudah tersedia.
Faktor ekonomi juga berperan, di mana 14,8% masyarakat merasa biaya kuota internet terlalu mahal, sehingga mengurangi minat dan kemampuan mereka untuk terhubung secara online.
Tidak hanya masalah teknis dan ekonomi, ada juga 5,7% masyarakat yang merasa tidak aman saat menggunakan internet. Kekhawatiran akan keamanan data pribadi dan risiko penipuan online menjadi salah satu alasan mereka enggan untuk menggunakan internet.
Sisanya, 1,8%, dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang lebih spesifik, seperti preferensi pribadi atau keterbatasan fisik yang menghambat penggunaan internet.
Semua alasan ini mencerminkan tantangan yang harus dihadapi dalam memperluas akses internet ke seluruh wilayah Indonesia, khususnya di daerah-daerah tertinggal.
Baca Juga: Hiburan Jadi Tujuan Utama Orang Indonesia Akses Internet
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor