Masih Tertinggal, Ketentraman Perempuan Indonesia Jadi PR Besar

Cukup tertinggal dari negara Kawasan Asia Tenggara lainnya, Indonesia memiliki PR besar meningkatkan kesejahteraan perempuan, termasuk di bidang kesehatan.

Masih Tertinggal, Ketentraman Perempuan Indonesia Jadi PR Besar Ilustrasi perempuan. Sumber: Getty Images

Debat Pilpres 2024 telah berakhir dengan lima sesi. Pada debat terakhir yang digelar 4 Februari lalu, tema yang dibawakan adalah kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi. Di dalamnya juga menyinggung mengenai pemberdayaan dan perlindungan terhadap perempuan. 

Georgetown Institute for Women Peace and Security dalam laporan Women Peace and Security Index 2023/24 menunjukkan posisi perempuan melalui empat aspek, yaitu akses terhadap keadilan, angka kematian ibu, kekerasan politik yang menargetkan perempuan, dan kedekatan dengan konflik. 

Dengan struktur penilaian tersebut, Indonesia menempati posisi ke-82 dari 177 negara, dengan skor 0,700. Skor ini sama dengan yang diperoleh Bhutan dan China. Di Kawasan Asia Tenggara, Indonesia berada di peringkat ke-6 dari 10 negara yang terdaftar.

Salah satu aspek penilaian Women Peace and Security 2023/24 adalah tingkat kematian ibu. Dalam Hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 Kementerian Kesehatan RI, kematian ibu dikategorikan sebagai kematian perempuan saat hamil atau dalam kurun waktu 42 hari setelah terminasi kehamilan.

Kematian ini difaktori oleh kehamilan maupun proses pengelolaannya, bukan karena faktor eksternal lain. Merujuk dari World Health Organization, 75 persen kematian ibu di dunia disebabkan karena pendarahan hebat dan infeksi setelah melahirkan, tekanan darah tinggi saat hamil, komplikasi saat persalinan, dan aborsi yang tidak aman. 

Di sebagian besar negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas, 99 persen ibu mendapatkan akses kesehatan yang baik. Akan tetapi, hanya 78 persen ibu di negara dengan pendapatan menengah ke bawah yang mendapatkan akses tersebut. Lebih lagi, hanya 68 persen ibu di negara berpendapatan rendah yang mendapat fasilitas kesehatan dengan baik. 

Keterbatasan ini diantaranya disebabkan oleh gagalnya sistem kesehatan sehingga berimbas pada buruknya pelayanan, tenaga medis yang kurang mumpuni, akuntabilitas sistem kesehatan yang buruk, dan kurangnya pasokan alat medis. Faktor lainnya muncul dari aspek sosial, seperti rendahnya pendapatan masyarakat, terbatasnya akses pendidikan, diskriminasi ras dan etnis, atau ketidaksetaraan gender. Di luar itu, kondisi iklim dan konflik kemanusiaan juga dapat mempengaruhi. 

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI pada Sensus Penduduk 2020, Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 189 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini memang kian menurun dari 2010 yang mencapai 346 kasus per 100.000 kelahiran hidup, dan pada 2015 dengan jumlah 305 kasus per 100.000 kelahiran hidup.

Meskipun demikian, angka ini masih jauh dari target SDGs poin 3 yaitu,menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Pada 2030, SDGs menargetkan penurunan rasio AKI kurang dari 70 kasus per 100.000 kelahiran hidup.

Saat ini, Provinsi DKI Jakarta mencapai nilai paling rendah, yaitu 48 kasus per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Provinsi Papua menjadi yang tertinggi dengan AKI mencapai 565 kasus per 100.000 kelahiran hidup.

Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Jawab Apa Jika Ditanya “Kapan Menikah?”

Semakin banyak alasan yang membuat kaum muda mempertimbangkan ulang untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Dobrak Stereotip 'Kurang Literasi', Begini Ketertarikan Generasi Muda Indonesia dalam Membaca Buku

Mayoritas generasi muda Indonesia mengaku gemar membaca buku pada sore atau malam hari setelah beraktivitas.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook