Hasil survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Poltracking Indonesia menunjukkan dinamika elektabilitas para kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Pilkada Jakarta 2024.
Kedua lembaga survei ini mengeluarkan hasil yang berbeda mengenai pasangan calon (paslon) yang memimpin elektabilitas, yang memunculkan perdebatan dan tanggapan dari masing-masing tim kandidat. LSI menempatkan pasangan Pramono Anung-Rano Karno di puncak elektabilitas, sedangkan Poltracking mencatat pasangan Ridwan Kamil-Suswono sebagai unggulan.
Elektabilitas 3 Pasangan Calon Menurut LSI
Dalam hasil survei yang dirilis pada 23 Oktober 2024, LSI mencatat bahwa pasangan calon nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno, menempati posisi teratas dengan elektabilitas sebesar 41,6%. Pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono, berada di posisi kedua dengan 37,4%, sementara pasangan nomor urut 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, hanya meraih 6,6%.
Menurut Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan, perbedaan elektabilitas antara Pramono dan Ridwan Kamil berada di angka 4,2%, namun dengan margin of error sebesar 2,9%, secara statistik kedua paslon masih berada dalam persaingan ketat.
"Sementara margin of error survei ini kan 2,9%, jadi sebetulnya secara statistik kita tidak tahu siapa yang unggul. Jadi secara statistik Pramono dengan Ridwan Kamil ini sama kuat pada saat ini," jelas Djayadi seperti yang dikutip CNN.
LSI juga mencatat tren kenaikan elektabilitas Pramono-Rano, yang sebelumnya hanya mencatatkan 28,4% pada bulan September. Mayoritas dukungan untuk Pramono-Rano datang dari pemilih Anies Baswedan pada Pemilihan Presiden 2024, dengan 42,1% dari pemilih Anies menyatakan dukungan terhadap pasangan ini. Selain itu, 64,5% pemilih Ganjar Pranowo juga condong memilih Pramono-Rano di Pilkada Jakarta 2024.
Pramono Anung mengungkapkan rasa optimisme atas hasil survei ini, seraya menyatakan bahwa timnya akan terus bekerja keras untuk mencapai dukungan di atas 50% agar dapat memenangkan Pilkada dalam satu putaran. Pasangannya, Rano Karno, menyatakan bahwa angka elektabilitas saat ini memberi tantangan tersendiri untuk menggenjot suara di sisa masa kampanye, terutama dari pemilih yang belum menentukan pilihan (swing voters) yang mencapai 14,4% dalam survei LSI.
“Jika dihitung secara proporsional, elektabilitas mereka bisa mencapai 48%,” ujar Pramono seperti yang dikutip Rakyat Merdeka, di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2024).
Baca Juga: Elektabilitas Cagub DKI Jakarta: RK-Suswono dan Pramono-Rano Makin Kompetitif
Elektabilitas 3 Pasangan Calon Menurut Poltracking
Berbeda dengan LSI, hasil survei Poltracking Indonesia yang dirilis pada 24 Oktober 2024 menunjukkan unggulan pasangan Ridwan Kamil-Suswono dengan 51,6% dukungan elektabilitas, menjadikannya sebagai pasangan yang paling berpeluang menang dalam satu putaran. Pasangan Pramono Anung-Rano Karno berada di posisi kedua dengan 36,4%, dan pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardana meraih 3,9%.
Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yuda, menyebut bahwa pasangan Ridwan Kamil-Suswono mengalami peningkatan elektabilitas sebesar 4,1% sejak bulan September. Ia menambahkan bahwa meskipun angka 51,6% cukup untuk memenuhi ambang batas kemenangan, peluang dua putaran tetap terbuka karena angka tersebut sangat tipis dari margin of error sebesar 2,2%.
Melihat data di atas, Hanta menyampaikan lewat paparan hasil survei bahwa Ridwan Kamil berpeluang satu putaran meski elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono baru 51,6%. “Karena sangat mepet dengan angka margin of error, peluang 2 putaran masih tetap terbuka,” kata Hanta lewat Zoom pada Kamis (24/10/2024), melansir Rakyat Merdeka.
Poltracking juga mencatat tren elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono yang mendapatkan dukungan kuat dari pemilih Anies Baswedan. Sebanyak 51,1% pemilih Anies menyatakan dukungannya terhadap pasangan nomor urut 1 ini, disusul oleh 38,5% yang memilih Pramono-Rano.
"Jadi yang puas pada Anies, 71,4% itu ternyata lebih banyak memilih RK-Suswono 51,1%. Baru disusul Pramono-Rano 38,5%," tutur Hanta Yudha.
Berdasarkan survei di atas juga, Ridwan Kamil menanggapi bahwa hasil survei ini memotivasi timnya untuk terus bekerja sampai masa akhir kampanye Pilgub Jakarta 2024.
Tanggapan Pengamat terhadap Perbedaan Hasil Survei
Pengamat politik dari Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, menilai bahwa perbedaan hasil survei dari LSI dan Poltracking merupakan fenomena yang wajar dalam politik. Menurutnya, setiap lembaga survei memiliki metode dan populasi responden yang berbeda-beda, sehingga hasil yang dirilis sering kali bervariasi. Dedi juga menambahkan bahwa dalam situasi di mana hasil survei berbeda tipis, keduanya bisa dianggap valid karena margin of error dapat mempengaruhi peringkat elektabilitas secara keseluruhan.
“Publikasi survei tentu bukan persoalan apakah kemudian ketika terjadi perbedaan di antara dua lembaga itu salah satunya salah, bukan. Tetapi dua-duanya benar, hanya persoalan tafsir saja,” ulas Dedi saat dihubungi oleh Rakyat Merdeka.
Baca Juga: Cek Elektabilitas Terkini Paslon Pilkada DKI Jakarta 2024
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor