“Gula itu manis, dan manis itu kamu,” demikian rayuan yang dulunya terdengar menggemaskan. Namun seiring berjalannya waktu, pengetahuan membuka wawasan kita bahwa gula itu jahat. Dalam pola hidup kekinian, gula masuk dalam daftar hitam pembunuh berdarah dingin.
Tak seindah rasa yang ditawarkannya, konsumsi gula yang menawarkan daya buai pada makanan atau minuman, bisa mengantarkan siapa pun pada ujung kesedihan. Gula tambahan meningkatkan risiko hadirnya sejumlah gangguan pada kesehatan.
Gula berlebih dapat memicu berbagai dampak buruk seperti memicu resistensi insulin, diabetes yang meningkat, mengalami hipertensi, kegemukan hingga obesitas, dislipidemia, gigi jadi berlubang, merusak kulit, memicu kanker, dan meningkatkan risiko depresi.
Mudah Berjerawat dan Kulit Menjadi Keriput
Dokter spesialis penyakit Andi Khomeini Takdir Haruni menuturkan, salah satu risiko mengonsumsi gula berlebihan memicu resistensi insulin.
“Timbul resistensi insulin. Insulin untuk mengubah gula menjadi energi ke jaringan tubuh,” tutur Andi kepada Kompas.
“Gula itu nantinya lama-kelamaan menyebabkan munculnya penyakit diabetes atau diabetes melitus,” ungkap Andi lebih jauh. Asupan gula yang terlalu tinggi, juga membuat seseorang mengalami gangguan tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Ahli gizi IPB Anna Vipta Resti Mauludyani menuturkan lebih jauh, konsumsi gula yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan kulit. Jerawat mudah berkembang dan kulit menjadi keriput.
“Karena insulin menyebabkan peradangan sehingga bisa merusak kulit,” jelas Anna.
Lebih jauh Anna menjelaskan, konsumsi asupan manis berlebihan yang memicu risiko kanker pada seseorang ditemukan lebih banyak terkait kanker payudara.
Tubuh Lebih Cepat Tua
Sejalan dengan bertambahnya usia, sel-sel tubuh manusia akan mengalami penuaan. Proses itu berlangsung kian cepat saat tubuh mengonsumsi gula yang berlebihan. Asupan kaya nutrisi tidak akan memberi dampak besar.
Proses penuaan tubuh berlangsung dari dalam ke luar, dari sel hingga tampilan luar tubuh. Menurut studi yang dipublikasikan di JAMA Network Open pada 29 Juli 2024, gula dapat mempercepat penuaan, berlangsung dalam tingkat seluler dalam tubuh manusia.
Penelitian yang melibatkan 342 perempuan itu mengungkapkan bahwa ukuran penuaan bukan didasarkan pada paras yang belia atau kulit yang kencang dan tanpa kerutan, namun pada keberadaan gugus metil di permukaan molekul asam deoksiribonukleat (DNA) yang jadi penanda kimia kemudaan sel.
"Kami tahu bahwa kadar gula tambahan yang tinggi dikaitkan dengan memburuknya metabolisme tubuh dan memicu sejumlah penyakit lebih dini. Namun, kini kami tahu bahwa penuaan epigenetik yang mempercepat penuaan tubuhlah yang mendasari kondisi tersebut,” kata Elissa Epel, profesor psikiatri yang terlibat dalam penelitian, mengutip Kompas.
Pola Konsumsi Gula Berlebihan
Dalam rilis lain, Litbang Kompas menyajikan hasil jajak pendapat melalui telepon pada 20-22 September 2022. Sebanyak 506 responden dari 34 provinsi berhasil diwawancarai. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah “Kapan Anda paling sering mengonsumsi minuman manis?”
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis yang paling sering dilakukan responden adalah pada saat senggang (35,1%). Disusul kemudian pada saat makan, baik sarapan, makan siang, ataupun makan malam (25,7%).
Diperoleh pula data lain dari para responden yang dipilih secara acak tersebut, sebanyak 6,5% orang menyatakan bahwa pada saat diwawancarai mereka tidak lagi mengonsumsi gula.
Membangun Kewaspadaan terhadap Asupan Gula Berlebih
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan imbauan untuk mengurangi asupan gula di kalangan orang dewasa dan anak-anak. WHO merekomendasikan agar mengurangi 10% dari total asupan energi sehari-hari, disusul pengurangan lebih lanjut hingga di bawah 5% atau sekitar 25 gram (6 sendok teh) per hari. Hal ini akan memberikan tambahan manfaat bagi kesehatan.
Sebagai gambaran, berikut kandungan gula rata-rata di sejumlah makanan/minuman yang kerap dijumpai dan dikonsumsi sebagai makanan/minuman “ringan”.
Masing-masing makanan/minuman ini dihitung per satuan, yakni roti tawar satu lembar, donat cokelat satu cincin, dan martabak manis satu potong.
Demikian pula dengan klepon ditakar dalam satuan satu biji, kue lapis legit satu potong, es krim vanila satu kerucut, teh/kopi kental manis satu cangkir, dan minuman soda satu kaleng.
Baca Juga: Mulai Sadar Kesehatan, Ini Tren Konsumsi Makanan dan Minuman Manis di Indonesia
Penulis: Ang Tek Khun
Editor: Editor