Penggunaan kendaraan pribadi di Indonesia masih lebih digemari ketimbang transportasi umum. Sebagai pendukung mobilitas penduduk, pemerintah telah menyiapkan sejumlah sarana transportasi umum yang dapat digunakan, seperti bus kota, angkutan umum, kereta api, dan masih banyak lagi.
Kendati demikian, alih-alih memanfaatkan fasilitas yang ada, mayoritas penduduk Indonesia lebih suka bepergian dengan menggunakan kendaraan pribadi, terutama motor. Hal ini tentu menambah beban volume kendaraan yang semakin lama semakin meningkat, berujung pada kemacetan parah di beberapa titik di jam-jam sibuk.
Menurut survei Jakpat, selama 6 bulan terakhir, mayoritas responden bepergian dengan menggunakan kendaraan pribadi, yakni motor.
Jakpat melakukan survei terhadap 2.999 responden pada 5-9 September 2024 secara daring dengan margin of error di bawah 5%. Hasilnya, 70% responden mengaku menggunakan motor pribadinya untuk bepergian selama 6 bulan terakhir. Mayoritas responden yang menjawab ini berasal dari Jawa, proporsinya mencapai 73%.
Selain motor pribadi, banyak pula responden yang memilih memesan transportasi online untuk mobilitasnya. Sebanyak 23% responden menyatakan menggunakan taksi motor online untuk bepergian.
Di samping itu, 18% responden mengaku menggunakan mobil pribadi, 13% menggunakan taksi mobil online, 13% menggunakan angkot, 8% menggunakan sepeda pribadi, dan hanya 8% yang menyatakan menggunakan bus kota.
Minimnya penggunaan transportasi umum di kalangan masyarakat harus menjadi perhatian pemerintah. Kemacetan yang terus meningkat di kota-kota besar salah satunya dapat diatasi dengan pemanfaatan transportasi umum secara maksimal, yang harus didukung oleh partisipasi dari masyarakat.
Hal itu mengemuka dalam seminar nasional dengan tema ”Kebijakan Publik Sistem Transportasi Perkotaan Berbasis Angkutan Umum Massal” yang digelar di Universitas Diponegoro, Kamis (10/10/2024).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebutkan bahwa pada tahun 2035, mobilitas masyarakat perkotaan diproyeksi akan naik menjadi 66%. Hal ini disampaikan pada seminar nasional “Kebijakan Publik Sistem Transportasi Perkotaan Berbasis Angkutan Umum Massal” di Universitas Diponegoro, Kamis (10/10/2024).
Meningkatnya mobilitas masyarakat ini tentunya harus dibarengi dengan penyediaan transportasi massal yang lebih memadai. Jika tidak, warga Indonesia harus belajar terbiasa hidup dalam kemacetan setiap saat.
Menurut survei yang sama, kekurangan dari transportasi umum di Indonesia saat ini adalah terlalu berdesak-desakan, berbahaya, rute yang terbatas, waktu tempuh yang terlalu lama, dan jam operasi yang masih terbatas.
Pembenahan hal-hal di atas dapat menjadi kunci yang mendorong pemakaian transportasi umum. Tidak hanya untuk mobilisasi, tentu kenyamanan menjadi faktor yang turut dipertimbangkan pengguna ketika bepergian. Karakteristik yang melekat pada transportasi umum di Indonesia saat ini adalah panas, terlalu ramai, dan banyak copet, yang tentu semakin mengurungkan minat warga dalam menggunakannya.
Dengan menciptakan kondisi sistem transportasi umum yang lebih aman, tertib, dan teratur, niscaya penggunaannya pun akan semakin maksimal dengan sendirinya.
Baca Juga: Masyarakat Puas dengan Sistem Transportasi Umum di Era Jokowi
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor