Blue Bird Nordic atau BBN Airlines mulai beroperasi di Indonesia pada 27 September lalu. Sementara ini, baru ada 3 pesawat penumpang dan 3 pesawat kargo. Sebagai visinya, maskapai ini memasang target 40 pesawat dapat beroperasi di Indonesia pada 2027.
Tak hanya baru di Indonesia, maskapai yang berpusat di Irlandia ini baru resmi mengudara di langit dunia pada Agustus 2022. Berada di bawah Avia Solutions Group, BBN Airlines dipimpin oleh Gediminas Ziemelis seorang pengusaha asal Lithuania.
BBN Airline masih seumur jagung bila dibandingkan dengan maskapai tertua di Indonesia yang masih beroperasi hingga kini, yaitu Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia Airways berdiri pada 28 Desember 1949. Nama ini didapat setelah badan usaha maskapai diserahkan ke pemerintah Indonesia sesuai Konferensi Meja Bundar. Sebelumnya, maskapai ini beroperasi dengan nama dan kendali pemerintah Belanda.
Situs resmi Garuda Indonesia Airways menyebut, per September 2023 sudah ada 69 armada yang beroperasi.
Sementara itu, Pelita Air merupakan anak perusahaan Pertamina. Awal beroperasi, Pelita Air Service sempat disebut Pertamina Air Service. Tugasnya mendukung mobilitas pegawai Pertamina serta perusahaan minyak dan gas lain. Baru pada 2022, Pelita Air membuka perjalanan komersil bagi masyarakat sipil.
Maskapai tertua lainnya, Trigana Air, memulai perjalanannya pada awal 1991. Kala itu, klien pertamanya adalah PT Mapindo yang melakukan penerbangan untuk memotret dan memetakan hutan Indonesia.
Pada awalnya, Trigana Air banyak mengakomodasi kebutuhan perusahaan. Akan tetapi, kini perjalanan komersil untuk masyarakat sipil juga telah disediakan.
Menjadi yang Tertua, Apakah Garuda Indonesia Maskapai Pertama di Indonesia?
Faktanya, Garuda Indonesia bukanlah maskapai pertama di Indonesia. Sebelumnya, Indonesian Airways lebih dulu melayani perjalanan udara masyarakat sipil sejak Januari 1949. Akan tetapi, pengoperasian maskapai Indonesia ini dilakukan di Myanmar atau yang kala itu dikenal dengan sebutan Burma.
Indonesian Airways mengawali perjalanannya dengan pesawat Dakota DC-47 yang diberi nama RI-001 Seulawah. Istimewanya, pesawat ini berasal dari “patungan” masyarakat Aceh setelah meyakini pentingnya pertahanan udara Indonesia.
Seulawah berarti “Gunung Emas”, dalam konteks ini pesawat merupakan hadiah masyarakat Aceh untuk Indonesia. Pesawat ini pun sempat digunakan Wakil Presiden Mohammad Hatta ketika berkunjung ke Sumatra.
Pada 1948, Seulawah diterbangkan ke Kolkata, India, untuk perawatan. Sayangnya, Seulawah tidak bisa kembali ke tanah air akibat adanya agresi militer pada Desember 1948.
Baca Juga: Kenapa Harga Tiket Pesawat Domestik Mahal?
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor