Beberapa pekan mendekati masa pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak ini, mayoritas warga RI tentu sering menemui berita-berita terkait baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Minat masyarakat terhadap jenis konten tentang isu politik yang bervariasi pun semakin meningkat untuk mendapatkan gambaran yang jelas sebelum menetapkan pilihannya.
Sehubungan dengan hal itu, Populix telah mengadakan penelitian pada 23-26 Mei 2024 yang melibatkan 962 responden dari kalangan Gen Z, Milenial, serta Gen X dan Boomers yang asalnya tersebar dari berbagai pulau besar di Indonesia.
Laporan bertajuk “Partisipasi dan Opini Publik Menjelang Pilkada 2024: Sumber Informasi Pilkada (Bagian 03)” yang dirilis pada 7 November 2024 tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mendorong partisipasi dari pemilih serta dampak dari media sosial dan media massa.
Dalam rilisan tersebut ditemukan bahwa mayoritas responden paling banyak memperoleh informasi tentang Pilkada dari media daring (media sosial: 77% dan portal berita online: 49%).
Dari grafik tersebut, seluruh responden baik itu dari Gen Z, Milenial maupun Gen X dan Boomers paling berminat mengonsumsi berita informasi terkait pemilihan kepala daerah dari konten video pendek atau video cuplikan seperti Instagram reels, dengan rata-rata persentase 81%.
Selanjutnya, kategori konten informatif dari situs web kumpulan informasi Pilkada seperti Bijak Memilih (bijakpilkada.id) paling banyak difavoritkan oleh responden dari kalangan Gen X dan Boomers dengan persentase 56%. Sementara itu, Milenial berjumlah 47% yang menyukai konten dari web tersebut dan Gen Z sebanyak 45%.
Lalu, jenis konten foto untuk memperoleh informasi Pilkada juga cenderung disukai oleh kalangan Gen X dan Boomers dengan persentase 37%, dibandingkan dari kalangan Milenial (33%) dan Gen Z (32%).
Sesudah itu, kategori konten podcast ini paling diutamakan oleh Milenial (38%) dalam mendapatkan informasi tentang Pilkada 2024. Sedangkan, Gen X dan Boomers yang menyukai podcast tentang Pilkada persentasenya 33%, serta Gen Z sejumlah 26%.
Kemudian, jenis konten infografis ini banyak disukai oleh responden dari kalangan Gen X dan Boomers dengan persentase 31%. Sedangkan, sebanyak 28% adalah Milenial yang menyukai konten infografis dan 25% adalah Gen Z.
Berikutnya adalah kategori konten video dokumenter yang lebih banyak digemari oleh Gen X dan Boomers (28%) serta Milenial (27%), dibandingkan dari kalangan Gen Z (21%).
Sebaliknya, kategori konten gambar kartun atau meme lebih banyak digandrungi kalangan Gen Z dan Milenial dengan persentase yang sama yaitu 20%, ketimbang Gen X dan Boomers (7%) dalam pembahasan Pilkada ini.
Kemudian, jenis konten siaran langsung (livestream) tentang Pilkada cenderung disukai kalangan Milenial (16%) dan Gen X dan Boomers (15%), daripada Gen Z (8%).
Terakhir, e-book atau buku elektronik menjadi jenis konten yang sangat kurang diminati oleh para pemilih dari semua generasi yang berpartisipasi dalam studi tersebut dengan rata-rata persentase 5% saja.
Baca Juga: Jadi Pilkada Terbesar Sepanjang Sejarah, Berapa Anggaran Pilkada Serentak 2024?
Akademisi dan Aktivis Menjadi Tokoh yang Berpengaruh dalam Pembahasan Politik
Dosen Ilmu Politik dari FISIP Universitas Airlangga, Kalimah Wasis Lestari menyampaikan pandangannya tentang fenomena kotak kosong dalam ajang Pilkada 2024. Menurutnya hal itu bisa menjadi alternatif untuk menilai kelayakan satu-satunya kandidat yang dicalonkan tersebut bagi rakyat, bukan untuk dilawan.
Kalimah beranggapan bahwa sesuatu yang sudah selayaknya ditentang itu justru individu yang tidak mau berperan serta (golput) dalam pesta demokrasi. “Yang perlu dilawan adalah tindakan orang yang enggan menggunakan hak pilihnya, karena dampaknya kandidat terpilih tidak dapat mencerminkan kehendak rakyat yang sesungguhnya,” tegasnya dalam Unair, Jumat (01/11/2024).
Lebih lanjut, Kalimah menyatakan bahwa fenomena kotak kosong tersebut merupakan hasil dari tidak terpenuhinya capaian ambang batas oleh partai politik dan koalisinya sehingga tidak dapat mengajukan paslon. “Dalam Pilkada 2024 kali ini yang menjadi persoalan adalah adanya kecenderungan partai politik berkumpul dalam satu koalisi besar. Akibatnya, kemunculan oposisi yang memiliki kekuatan berimbang sulit diwujudkan,” terangnya.
Lalu, salah satu aktivis muda dan mahasiswi, Afifah Fitriyani dari Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera juga mengungkapkan pendapatnya tentang pengalamannya dalam Pemilu 2024 silam ketika menemui disinformasi di media sosial.
“Di Twitter, aku notice kalau banyak bot dan buzzer yang sering nge-spam (topik politik) trending pakai tweet nggak jelas, mungkin untuk mengubur beritanya,” ujarnya, dikutip dari EngageMedia.
Afifah pun sempat bimbang saat hendak membagikan konten kritis untuk pemerintahan, namun dirinya tetap berusaha mencari cara yang sesuai dengan gayanya dalam menyebarkan informasi yang terpercaya untuk menumbuhkan antusiasme publik dalam pesta demokrasi.
“Aku sering repost story atau tweet yang sejalan sama aku buat nunjukin stance-ku. PR kita sekarang gimana menciptakan pendidikan politik yang substansial yang dapat menembus masyarakat umum, jadi mereka bisa milih berdasarkan informasi yang kredibel,” tambahnya.
Menurut Populix dalam rilisan yang sama, juga membahas daftar tokoh yang pandangan politiknya banyak diikuti rakyat Indonesia dalam pembahasan Pilkada 2024.
Dua tokoh paling utama yang berpengaruh bagi pola pikir publik menjelang Pilkada 2024 adalah akademisi (dosen/mahasiswa) dengan persentase 57%, serta aktivis dengan persentase 51%.
Kemudian, jenis tokoh yang pandangan politiknya juga diikuti oleh publik yakni politisi (41%) dan jurnalis (39%).
Lalu, hadir tokoh agama dan pejabat pemerintah yang memiliki jumlah persentase sama yaitu 33%.
Setelah itu, pandangan politik tokoh seperti konten kreator/influencer/artis/seleb medsos juga diikuti publik sebanyak 24%.
Terakhir ialah tokoh komedian/komika dengan persentase 20%, serta tokoh lainnya 1%.
Data di atas sama-sama dihimpun dari total responden studi Populix mengenai Pilkada series (bagian 03) sejumlah 962 orang.
Baca Juga: Tren Calon Tunggal Pilkada, Permainan Apik Para Elite Politik
Penulis: Laksita Indah Kirana
Editor: Editor