Indeks Transisi Energi Indonesia Termasuk yang Tertinggi di ASEAN

Indeks transisi energi Indonesia jadi ketiga tertinggi di ASEAN, dengan skor mencapai 56,7.

Indeks Transisi Energi Indonesia Termasuk yang Tertinggi di ASEAN Ilustrasi Transisi Energi | Freepik

Menurut laporan World Economic Forum (WEF) pada 2024, Indonesia termasuk jajaran negara di Asia Tenggara dengan indeks transisi energi tertinggi. Adapun WEF menggunakan Energy Transition Index (ETI) sebagai indikator untuk membandingkan capaian setiap negara dalam transformasi sistem energinya, termasuk kesiapan untuk memanfaatkan energi terbarukan yang lebih aman, terjangkau, dan berkelanjutan.

Di tahun 2024, WEF melakukan penilaian terhadap 120 negara terkait kesiapan untuk transisi energi. Terdapat total 46 indikator yang dinilai yang dibagi ke dalam 2 dimensi utama, yakni performa sistem dan kesiapan transisi.

Performa sistem menilai penggunaan energi yang wajar, aman, dan berkelanjutan. Sedangkan kesiapan transisi menilai peraturan, investasi, dan faktor pendukung lain seperti infrastruktur, inovasi, edukasi, dan sumber daya manusia, yang menopang terjadinya transisi energi.

Skor dari kedua dimensi tersebut kemudian diberi bobot masing-masing untuk menghasilkan indeks transisi energi. Semakin besar skornya, maka semakin baik.

Hasilnya, Indonesia memperoleh indeks transisi energi sebesar 56,7, menempatkannya di posisi ketiga di antara negara ASEAN lain.

Indeks transisi energi Indonesia jadi ketiga tertinggi di ASEAN | GoodStats
Indeks transisi energi Indonesia jadi ketiga tertinggi di ASEAN | GoodStats

Indonesia mendapatkan 69,9 poin untuk dimensi performa sistem dan 36,9 poin untuk kesiapan transisi. Meski performa sistemnya sudah baik, kesiapan transisi energi Indonesia masih dinilai buruk, bahkan salah satu yang terendah di ASEAN. Indonesia pun berada di posisi ke-54 secara global.

Vietnam menduduki posisi pertama di ASEAN sekaligus ke-32 di dunia dengan skor 61. Dimensi performa sistem dari Vietnam memang lebih rendah dibanding Indonesia (61 poin), namun tingkat kesiapan transisinya jauh lebih tinggi (54,2). Malaysia menyusul di peringkat ketiga ASEAN dengan skor 60,1, menempatkannya di urutan ke-40 global. Malaysia unggul di skor performa sistem (69,8), namun lebih rendah di skor kesiapan transisi (45,6).

Secara global, Swedia menempati peringkat pertama dengan indeks transisi energi sebesar 78,4, disusul Denmark (75,2), Finlandia (74,5), Swiss (73,4), dan Prancis (71,1). Mayoritas negara di top 10 berasal dari Eropa Utara. Negara-negara ini memiliki ekonomi yang maju, bahkan kontribusinya terhadap emisi CO2 hanya sebesar 1% saja.

Terdapat 6 negara G20 yang masuk peringkat 20 besar, yakni Prancis, Jerman, Brasil, China, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Adapun rata-rata indeks transisi energi tahun ini meraih capaian tertinggi sepanjang sejarah yakni sebesar 56,5 poin, berhasil meningkat 6% sejak tahun 2015.

Rata-rata negara di wilayah Asia mencapai 53,9, mayoritas didominasi kenaikan dari negara-negara raksasa seperti India dan China, yang tercatat berhasil mengurangi intensitas penggunaan energi.

Selain itu, WEF juga mencatat bahwa negara-negara di Asia mulai mengeluarkan peraturan dan regulasi berkaitan dengan emisi karbon, namun transisi masih sulit dilakukan lantaran ketergantungan yang besar terhadap batu bara sebagai sumber energi.

Harga energi terbarukan yang cenderung mahal, tak hanya di Asia, melainkan juga di Indonesia, membuat batu bara masih menjadi alternatif sumber energi, yang menyebabkan transisi energi masih terhambat sampai sekarang.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pemerintah menargetkan komposisi Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET) sebesar 23% pada bauran energi dan 31% di 2050. Beberapa sumber energi dimanfaatkan untuk mencapai target ini, seperti pembangunan Green Industrial Park di Kalimantan Utara yang energinya bersumber dari Sungai Kayan. 

Selain itu, untuk mempercepat transisi energi ini, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Harapannya, target net zero emissions pada tahun 2060 dapat tercapai.

Baca Juga: Mengapa Kendaraan Listrik di Indonesia Belum Banyak Diminati?

Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor

Konten Terkait

Finlandia Jadi Negara yang Penduduknya Paling Banyak Tinggal Sendiri

Finlandia jadi negara dengan proporsi penduduk yang tinggal sendiri tertinggi di dunia, mencapai 32%.

Dominasi Bahan Bakar Fosil: Mengapa Dunia Masih Bergantung pada Sumber Energi Tak Terbarukan?

76,54% energi primer yang dikonsumsi oleh dunia secara global dihasilkan dari bahan bakar fosil, sumber energi tak terbarukan yang mencemari lingkungan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook