Populasi Muslim tumbuh lebih cepat dibandingkan populasi global. Diperkirakan populasi Muslim akan mencapai 2,3 Miliar pada tahun 2030, mewakili 27% dari populasi global. Hal ini tentu akan berdampak pada pertumbuhan industri perjalanan wisatawan Muslim secara global.
Kendati sempat mengalami keterpurukan akibat pandemi COVID-19, menurut data hasil laporan Indeks Perjalanan Muslim Global (Global Muslim Travel Index/GMTI) 2023 yang dikeluarkan oleh Mastercard dan CrescentRating, pada tahun 2022, kedatangan Muslim internasional mencapai 110 juta, setara dengan 68% dari jumlah kedatangan Muslim pada tahun 2019 sebelum pandemi. Hal ini menunjukkan adanya pemulihan yang kuat oleh wisatawan Muslim.
Tren pertumbuhan diperkirakan akan terus berlanjut dengan proyeksi pada tahun 2023 jumlah kedatangan akan mencapai 140 juta. Angka ini mewakili 87% dari angka tahun 2019, sehingga semakin memperkuat proses pemulihan. Pada tahun 2024, pemulihan total diperkirakan akan terjadi dengan angka setara pada tahun 2019.
“Kami memperkirakan bahwa kedatangan wisatawan muslim akan meningkat menjadi 140 juta pada 2023 dan pulih ke tingkat sebelum pandemi sebesar 160 juta pada 2024,” ujar Fazal Bahardeen selaku Pendiri dan CEO CrescenRating, dalam laporan.
Lebih lanjut, berdasarkan data Indeks Perjalanan Muslim Global tersebut, Indonesia dan Malaysia bersama-sama menduduki peringkat pertama sebagai negara destinasi ramah muslim di dunia pada 2023 dengan peraihan skor indeks mencapai 73 poin.
Indonesia kembali merebut posisi teratas setelah sebelumnya pernah menduduki peringkat yang sama pada tahun 2019 dan sempat menurun. Sementara itu, Malaysia tetap konsisten mempertahankan statusnya di barisan teratas sejak tahun 2015.
Indeks terhadap 138 negara tujuan wisata ramah muslim ini menilai destinasi berdasarkan empat kriteria utama, yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan pelayanan.
Indonesia sendiri menempatkan posisi pertama dalam kriteria komunikasi. Kategori ini berfokus pada penilaian upaya pemasaran destinasi yang menargetkan wisatawan Muslim dan mendidik pemangku kepentingan perjalanan di destinasi tersebut.
Maka dari itu, komunikasi yang efektif dan peningkatan kesadaran di antara pemangku kepentingan destinasi memainkan peran penting dalam mengembangkan infrastruktur yang diperlukan dan menciptakan lingkungan yang ramah bagi pengunjung Muslim.
Hal ini juga dibarengi dengan peringkat teratas Indonesia dalam kriteria pelayanan. Dalam kategori ini, Indonesia, Turki, dan Malaysia dinilai menonjol sebagai tiga destinasi teratas yang menunjukkan komitmen mereka dalam menyediakan layanan luar biasa yang disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan Muslim.
Sayangnya, Indonesia belum masuk dalam daftar 10 destinasi teratas terhadap kedua kriteria lainnya, yaitu akses dan lingkungan.
Menilik lebih jauh ke depan, pada tahun 2028, pasar perjalanan Muslim diperkirakan akan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu diperkirakan mencapai 230 juta orang dengan pengeluaran wisatawan Muslim mencapai USD 225 miliar.
Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pasar perjalanan Muslim bukan sekadar pemulihan, tapi juga ekspansi yang menggarisbawahi pentingnya segmen pasar wisatawan Muslim secara ekonomi dan potensinya untuk berkontribusi terhadap pemulihan dan pertumbuhan industri perjalanan global.
Penulis: Anissa Kinaya Maharani
Editor: Iip M Aditiya