Pola makan adalah salah satu aspek penting dalam kesejahteraan masyarakat. Di era yang semakin modern, pola makan dapat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan penduduk sebuah negara. Hal ini juga semestinya terjadi di Indonesia.
Dengan populasi yang besar dan beragam, Indonesia memiliki sumber protein yang beraneka ragam. Pemahaman terhadap pola pangan penduduk Indonesia menjadi hal yang sangat penting, karena dapat memberikan pandangan tentang status gizi, kesehatan, dan potensi ekonomi negara ini.
Oleh karena itu, data terkait pangan di Indonesia memiliki peran yang cukup besar dalam merencanakan kebijakan pangan dalam rangka pembangunan nasional secara menyeluruh.
Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia
Dalam upaya memahami pola konsumsi protein di Indonesia, melalui buku Peta Jalan Indonesia Emas 2045 yang diterbitkan oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) kita dapat melihat data statistik mengenai konsumsi protein per kapita Indonesia dibanding negara lainnya. Data ini memberikan gambaran tentang berapa banyak protein yang dikonsumsi oleh rata-rata penduduk Indonesia, serta wilayah lainnya.
Indonesia, dengan rata-rata masyarakatnya hanya mengonsumsi 62 gram protein per orang, terlihat lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia (159 gram), Thailand (141 gram), dan Filipina (93 gram). Ini menunjukkan bahwa orang Indonesia pada umumnya tidak makan protein sebanyak negara-negara tetangga itu.
Jika dibandingkan dengan negara di luar ASEAN, perbedaan konsumsi protein di Indonesia semakin mencolok. Misalnya, di Amerika Serikat, orang rata-rata makan protein sebanyak 267 gram per orang, sementara di Inggris Raya, konsumsi protein per orang mencapai 192 gram.
Salah satu hal yang menarik untuk diperhatikan adalah perbandingan antara tingkat konsumsi protein dan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Meskipun Indonesia memiliki PDB yang lebih tinggi daripada Filipina, namun tingkat konsumsi protein per kapita di Indonesia jauh lebih rendah.
Ketahanan Pangan RI di Tingkat ASEAN
Namun secara umum ketahanan pangan di tanah air terbilang cukup baik. Hal ini terlihat dari data Global Food Security Index EIU yang diolah dalam buku Peta Jalan Indonesia Emas 2045. Data ini memberikan gambaran tentang seberapa baik negara-negara di ASEAN menjaga ketersediaan makanan untuk warganya.
Indonesia berada di peringkat 4 ASEAN. Di ruang lingkup dunia, Indonesia menduduki peringkat 63. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh pihak di Indonesia, dalam memastikan keamanan pangan di seluruh wilayah yang terdiri dari banyak pulau.
Singapura memimpin dalam indeks ini dengan peringkat pertama di antara negara-negara ASEAN, berada di peringkat 28 secara global. Ini menunjukkan bahwa Singapura memiliki sistem pangan yang sangat baik, terbantu oleh infrastruktur yang efisien dan lokasinya yang strategis.
Malaysia menyusul di peringkat 41, menunjukkan keamanan pangan yang kuat dibanding Indonesia. Vietnam, dengan peringkat 46, juga memiliki keamanan pangan yang tak kalah baik. Di bawahnya, terdapat Thailand (peringkat 64), Filipina (peringkat 67), Myanmar (peringkat 72), Kamboja (peringkat 78), dan Laos (peringkat 81).
Meskipun Indonesia masih menghadapi tantangan melalui rendahnya konsumsi protein per kapita, kemampuan Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan tetaplah mengesankan. Dalam konteks ASEAN, Indonesia tetap menempati peringkat keempat dalam Global Food Security Index, yang menunjukkan komitmen kuat untuk memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat tanah air.
Dalam rangka mencapai visi Indonesia Emas 2045, di mana Indonesia berambisi untuk menjadi negara maju, kesejahteraan penduduk dan pemenuhan gizi yang memadai adalah aspek krusial yang tidak boleh diabaikan. Membangun pemahaman yang lebih baik tentang pola konsumsi protein masyarakat Indonesia adalah langkah awal yang penting dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih baik.
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Iip M Aditiya