Cek Fakta: Pramono Anung Sebut Kesejahteraan Guru Honorer Masih Rendah

Dalam debat Pilkada Jakarta 2024, calon gubernur nomor urut 3 Pramono Anung, menyoroti masalah kesejahteraan guru honorer yang dianggap masih sangat rendah.

Cek Fakta: Pramono Anung Sebut Kesejahteraan Guru Honorer Masih Rendah Ilustrasi Guru Honorer Memperjuangkan Haknya | Sekretaris Kabinet

Dalam debat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2024 yang bertema "Penguatan Sumber Daya Manusia dan Transformasi Jakarta menjadi Kota Global", Calon Gubernur nomor urut 3, Pramono Anung, menyoroti masalah kesejahteraan guru honorer yang dianggap masih sangat rendah.

Ia menyebutkan banyak guru honorer yang hanya menerima gaji sekitar Rp2 juta per bulan, bahkan ada yang terpaksa mencari pekerjaan sampingan atau terjerat pinjaman online demi memenuhi kebutuhan hidup. Pernyataan ini menuai perhatian lantaran menyoroti kondisi ekonomi tenaga pendidik yang krusial dalam sistem pendidikan nasional.

Pernyataan Pramono ini pun memicu pencarian lebih lanjut terkait fakta di lapangan mengenai gaji yang diterima oleh guru honorer, baik di wilayah Jakarta maupun di daerah-daerah lain di Indonesia.

Banyak pihak menyatakan keprihatinan atas kondisi ini, mengingat pentingnya peran guru dalam mencetak generasi penerus bangsa. Namun, bagaimana fakta sebenarnya terkait kesejahteraan guru honorer di Indonesia? Apakah benar kesejahteraan mereka sangat jauh tertinggal?

Gaji Guru Honorer vs Guru PNS

Gaji Masing-Masing Guru di Indonesia
Perbandingan gaji-gaji guru honorer dan PNS di Indonesia | GoodStats

Pramono Anung menyebut bahwa gaji guru honorer hanya sekitar Rp2 juta per bulan, dan kenyataannya, banyak guru honorer yang bahkan menerima upah jauh di bawah itu.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin, gaji guru honorer di DKI Jakarta berkisar antara Rp1 juta hingga Rp2 juta per bulan. Di daerah-daerah tertentu, bahkan ada guru honorer yang hanya menerima Rp300 ribu hingga Rp1 juta per bulan.

Jika dibandingkan dengan guru PNS yang menerima gaji pokok sesuai golongan yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2024, gaji guru honorer jelas jauh di bawah standar. Guru honorer juga tidak mendapat tunjangan yang diterima oleh guru PNS seperti tunjangan profesi, kesehatan, dan jaminan pensiun, membuatnya berada pada posisi yang sangat tidak sejahtera.

Sumber penghasilan guru honorer berasal dari anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sumber pendapatan tersebut bahkan masih dibatasi, gaji guru honorer hanya mendapat porsi maksimal 50% dari alokasi dana BOS.

Sebagai perbandingan, gaji guru PNS golongan terendah (Gol. I) di Indonesia berkisar antara Rp1,7 juta hingga Rp2,9 juta per bulan, dan untuk golongan tertinggi (Gol. IV), gajinya mencapai Rp3,3 juta hingga Rp6,4 juta per bulan. Jelas terlihat adanya kesenjangan yang signifikan antara gaji guru honorer dan guru PNS.

Baca Juga: Jawa Barat Jadi Provinsi dengan Jumlah Guru SD Terbanyak 2023

Perbandingan Gaji Guru di Dunia

Perbandingan Gaji-Gaji Guru di Dunia
Perbandingan gaji-gaji guru di dunia per tahun | GoodStats

Untuk memahami konteks pernyataan mengenai kesejahteraan guru honorer yang rendah, penting untuk melihat bagaimana gaji guru di Indonesia dibandingkan dengan gaji guru di berbagai negara lainnya. Grafik di atas merupakan data dari beberapa negara dengan upah tahunan tertinggi bagi guru tingkat menengah pertama (SMP) hingga menengah atas (SMA) pada tahun 2023.

Menurut laporan dari OECD, negara-negara dengan gaji guru tertinggi adalah Luksemburg, Jerman, Skotlandia, Denmark, dan Austria. Di negara-negara ini, gaji guru sangat kompetitif jika dibandingkan dengan pekerjaan lain yang memerlukan tingkat pendidikan yang sama.

Negara dengan Gaji Guru Tertinggi

  1. Luksemburg
    Luksemburg tercatat sebagai negara dengan gaji guru tertinggi di dunia. Pada tahun 2023, rata-rata gaji tahunan guru SMP hingga SMA di Luksemburg mencapai Rp1,43 miliar per tahun, angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain dan menjadi salah satu alasan mengapa profesi guru di Luksemburg sangat diminati. Gaji yang tinggi ini juga mencerminkan upaya negara untuk menarik tenaga pendidik berkualitas.

  2. Jerman
    Di Jerman, rata-rata gaji guru mencapai Rp1,33 miliar per tahun. Gaji ini mencakup semua tunjangan dan bonus yang diberikan kepada guru. Jerman dikenal memiliki sistem pendidikan yang solid, dan pemerintah setempat berinvestasi besar dalam sektor ini, salah satunya dengan memberikan kompensasi yang menarik bagi tenaga pendidik.

  3. Skotlandia
    Skotlandia berada di urutan ketiga dengan rata-rata gaji guru sekitar Rp1,19 miliar per tahun. Sama seperti di Jerman, gaji ini sudah termasuk bonus dan tunjangan. Di Eropa, profesi guru dihormati dan pemerintah seringkali menawarkan berbagai insentif, baik dalam bentuk bonus performa maupun tunjangan hari libur, guna memastikan guru tetap berada dalam profesi tersebut dalam jangka panjang.

  4. Denmark
    Denmark, dengan gaji tahunan guru mencapai Rp908,4 juta, menempati posisi keempat dalam daftar ini. Walaupun gaji di Denmark lebih rendah dibandingkan dengan Luksemburg atau Jerman, tetap saja, profesi guru di negara ini dianggap stabil dan menawarkan berbagai keuntungan lain, seperti keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta tunjangan kesehatan yang komprehensif.

  5. Austria
    Austria juga menawarkan gaji yang kompetitif bagi guru, dengan rata-rata mencapai Rp903,8 juta per tahun. Dalam sistem pendidikan Austria, guru tidak hanya menerima gaji pokok, tetapi juga berbagai tunjangan tambahan tergantung pada tanggung jawab dan kinerja mereka. Selain itu, Austria menyediakan pelatihan lanjutan bagi para guru guna meningkatkan profesionalisme mereka.

Perbedaan dengan Gaji Guru di Indonesia

Jika dibandingkan dengan Indonesia, terdapat jurang ketimpangan yang sangat besar. Gaji rata-rata guru honorer di Indonesia berada di bawah Rp2 juta per bulan, yang setara dengan sekitar Rp24 juta per tahun. Bahkan, dalam beberapa kasus, guru honorer di pedesaan menerima gaji yang jauh lebih rendah dari angka tersebut.

Hal ini mencerminkan ketimpangan yang signifikan antara gaji guru di Indonesia dan negara-negara dengan sistem pendidikan maju seperti yang telah disebutkan di atas.

Sebagai contoh, seorang guru di Luksemburg dapat menerima gaji lebih dari Rp1,4 miliar per tahun, yang jauh melampaui gaji guru honorer di Indonesia. Bahkan jika dibandingkan dengan negara seperti Denmark yang berada di urutan keempat, perbedaan ini tetap sangat besar.

Faktor yang Mempengaruhi Besar Gaji Guru

Beberapa faktor utama yang mempengaruhi tingginya gaji guru di negara-negara maju adalah sebagai berikut.

  1. Investasi Pemerintah dalam Pendidikan
    Negara-negara dengan gaji guru tinggi biasanya memiliki alokasi anggaran yang besar untuk sektor pendidikan. Mereka melihat pendidikan sebagai pilar penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial, sehingga bersedia menginvestasikan dana yang besar untuk menarik dan mempertahankan tenaga pendidik yang berkualitas.

  2. Kualifikasi Pendidikan Guru
    Di negara-negara seperti Jerman dan Austria, persyaratan untuk menjadi guru cukup tinggi, sering kali membutuhkan gelar magister atau kualifikasi pascasarjana lainnya. Gaji yang lebih tinggi diberikan sebagai kompensasi untuk persyaratan pendidikan yang lebih ketat ini.

  3. Tunjangan dan Bonus
    Di banyak negara maju, gaji pokok guru juga diimbangi dengan berbagai tunjangan tambahan. Ini termasuk bonus performa, tunjangan hari libur, dan tunjangan untuk tugas-tugas khusus seperti bimbingan atau pengawasan kegiatan ekstrakurikuler.

  4. Negosiasi Serikat Pekerja
    Serikat guru di banyak negara memiliki pengaruh besar dalam negosiasi upah dan kondisi kerja. Sebagai contoh, di negara-negara Eropa Barat, serikat pekerja sangat aktif dalam memperjuangkan hak-hak guru, termasuk kenaikan gaji yang adil dan tunjangan yang layak.

Baca Juga: Bagaimana Ekosistem Teknologi Kemendikbudristek Membantu Guru Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia?

Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor

Konten Terkait

Terbaru! Simak Elektabilitas Pilkada Jabar 2024 Versi Litbang Kompas

Jelang Pilkada Jawa Barat 2024, mayoritas masyarakat lebih banyak memilih pasangan Dedi-Erwan dibanding paslon lain, dengan persentase elektabilitas 65%.

Kesadaran Meningkat, 84% Warga Indonesia Sudah Gunakan Produk Eco-Friendly

Sebanyak 84% responden Indonesia mengaku pernah menggunakan produk berkelanjutan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook