Baru-baru ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan adanya potensi cuaca ekstrem di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Februari 2024 mendatang. Adapun, cuaca ekstrem tersebut berpeluang menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi.
“Cuaca ekstrem ini dapat terjadi selama periode puncak musim hujan, yaitu di bulan Januari dan Februari. Potensi hujan lebat hingga sangat lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi masih memiliki peluang yang tinggi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dilansir dari laman resmi BMKG.
Meminjam definisi dari Peraturan BMKG RI Nomor 9 Tahun 2022, cuaca ekstrem adalah kejadian fenomena alam yang ditandai oleh kondisi curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembapan udara, dan jarak pandang yang dapat mengakibatkan kerugian, terutama keselamatan jiwa dan harta.
Dwikorita menerangkan, terdapat beberapa penyebab terjadinya cuaca ekstrem hingga Februari 2024, salah satunya adalah Monsun Asia yang menunjukkan aktifitas cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Dwikorita menyebut, kondisi ini berpotensi dapat disertai adanya fenomena seruakan dingin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa terdapat 94 bencana alam di Indonesia selama periode 1-17 Januari 2024. Dari jumlah tersebut, banjir menjadi bencana alam terbanyak di awal tahun ini dengan mencatatkan 66 kejadian.
Lalu, diikuti oleh cuaca ekstrem di posisi kedua dengan total 19 kejadian dan tanah longsor di posisi berikutnya dengan 7 kejadian. Adapun, BNPB mencatat bahwa tidak ada satu pun bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kekeringan, gelombang pasang/abrasi, dan tsunami pada periode awal tahun 2024.
Lebih lanjut, Dwikorita mewanti-wanti masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang hingga kurang lebih sepekan kedepan.
Ia juga meminta kepada masyarakat yang tinggal di daerah daratan tinggi atau wilayah rawan longsor dan banjir untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang.
“Sebaiknya, secara berkala atau sebelum beraktivitas, masyarakat memantau informasi cuaca yang dikeluarkan resmi oleh BMKG. Dengan begitu, dapat lebih antisipatif jika sewaktu-waktu terjadi cuaca ekstrem,” imbuhnya.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Editor