10 Genosida yang Mencoreng Sejarah Kemanusiaan

Holocaust menjadi genosida dengan estimasi korban jiwa terbesar. Sementara, estimasi korban jiwa di Darfur dan Palestina diperkirakan masih terus bertambah.

10 Genosida yang Mencoreng Sejarah Kemanusiaan Demonstrasi Penolakan Genosida | Sumber: Freepik

Genosida merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang sangat menghancurkan dalam skala besar. Tidak hanya korban yang secara langsung merasakan kerugiannya, tetapi kejahatan ini juga meninggalkan ketakutan jangka panjang dalam masyarakat.

Secara bahasa, genosida sendiri merujuk pada tindakan terencana untuk memusnahkan suatu kelompok ras, etnis, agama, atau negara tertentu. Meski memang seluruh jenis penghancuran tidak ada yang dibenarkan, kejahatan genosida ini jelas merupakan suatu tindakan yang sangat keji. Semua orang dapat menjadi korban, bahkan anak kecil yang tidak mengerti persoalan dunia sekalipun.

Di dunia, kejahatan Genosida telah banyak terjadi dari waktu ke waktu. Berikut merupakan 10 tindak kejahatan genosida yang memiliki skala besar di dunia dan estimasi korban jiwa yang tercatat.

1. Holocaust

Sekumpulan anak di kamp penampungan holocaust
Sekumpulan anak di kamp penampungan holocaust.

Tahun: 1941-1945

Tempat: Eropa (terutama di wilayah yang diduduki Nazi)

Estimasi Korban Jiwa: 6 juta – 11 juta

Holocaust adalah genosida yang dilakukan oleh rezim Nazi Jerman di bawah Adolf Hitler selama Perang Dunia II. Nazi menargetkan orang Yahudi serta kelompok lain seperti Romani, orang cacat, homoseksual, hingga lawan politiknya. Orang-orang ini dibawa ke kamp-kamp tertentu dan kemudian dibunuh atau dipaksa bekerja hingga mati. Tragedi ini dianggap sebagai salah satu kejahatan kemanusiaan terburuk dalam sejarah.

2. Holodomor

Tugu anak perempuan di pintu masuk museum Holodomor untuk memperingati peristiwanya.
Tugu anak perempuan di pintu masuk museum Holodomor untuk memperingati peristiwanya.

Tahun: 1932-1933

Tempat: Ukraina

Estimasi Korban Jiwa: 3,5 juta – 7,5 juta

Holodomor adalah tragedi kelaparan massal yang dengan sengaja diciptakan oleh rezim Soviet di bawah kepemimpinan Joseph Stalin. Pemerintah Soviet menerbitkan kebijakan kolektivisasi pertanian yang memaksa petani independen untuk menggabungkan tanah dan hartanya sebagai pertanian negara.

Petani Ukraina pun melancarkan protes keras yang memicu kemarahan pemerintah Soviet hingga terjadi konfiskasi makanan (penjarahan sumber pangan oleh pemerintah). Tidak berhenti di sini, pemerintah Soviet juga membatasi pergerakan penduduk untuk mencegah penyebaran informasi tentang kelaparan dan menahan bantuan makanan kepada penduduk Ukraina.

Gabungan dari kebijakan ekonomi yang memaksa, hukuman politik, dan manipulasi sumber daya makanan menyebabkan kematian jutaan orang ini kemudian dikenal sebagai Holodomor.

3. Genosida Kamboja

Gambar korban dalam museum memorial di kamboja.
Foto korban dalam museum memorial di kamboja.

Tahun: 1975-1979

Tempat: Kamboja

Estimasi Korban Jiwa: 1,7 juta – 2,2 juta

Genosida ini terjadi di bawah rezim Khmer Merah Kamboja, dipimpin Pol Pot, dengan tujuan untuk menciptakan masyarakat agraris tanpa jejak modernitas, yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap revolusi.

Melalui pembersihan etnis, pembunuhan massal, kerja paksa, dan kelaparan yang disengaja, sekitar seperlima populasi Kamboja tewas. Genosida Kamboja menjadi simbol kekejaman rezim otoriter dan penindasan hak asasi manusia yang mengguncang dunia.

4. Revolusi Kebudayaan Mao Zedong

Gambaran demonstrasi di masa revolusi Mao Zedong
Gambaran demonstrasi di masa revolusi Mao Zedong.

Tahun: 1966-1976

Tempat: Tiongkok

Estimasi Korban Jiwa: 500.000 – 2 juta

Revolusi Mao Zedong adalah upaya terorganisir untuk menghapus unsur-unsur "kontrarevolusioner" dan memperkuat ideologi komunis radikal. Selama periode ini, jutaan orang mengalami penganiayaan, kerja paksa, penyiksaan, dan eksekusi tanpa proses hukum. Korban revolusi ini yakni para intelektual, pejabat pemerintah, serta siapa pun yang dianggap sebagai musuh politik atau ideologis.

Meski begitu, sebagai pendiri Republik Rakyat Tiongkok dan pemimpin Revolusi Komunis yang berhasil, Mao Zedong tetap dihormati oleh banyak orang di Tiongkok, meskipun warisannya sangat kontroversial.

Istilah "genosida" biasanya dikaitkan dengan pembunuhan massal berdasarkan ras, etnis, atau agama. Namun, dalam konteks Revolusi Kebudayaan ini istilahnya tepat untuk menggambarkan skala besar dari kebrutalan dan penganiayaan yang ditujukan untuk menghancurkan kelompok-kelompok sosial dan politik tertentu.

5. Genosida Armenia

Korban yang tergeletak di jalanan akibat kekejaman Genosida Armenia.
Korban yang tergeletak di jalanan akibat kekejaman Genosida Armenia.

Tahun: 1915-1917

Tempat: Kekaisaran Ottoman

Estimasi Korban Jiwa: 600.000 – 1,5 juta

Genosida Armenia merupakan kejadian pembantaian sistematis deportasi paksa, eksekusi massal, dan kelaparan yang disengaja, dengan tujuan untuk menghilangkan populasi Armenia dari wilayah Anatolia. Meskipun banyak negara mengakui peristiwa ini sebagai genosida, pemerintah Turki hingga saat ini masih menolak istilah tersebut, hal ini menyebabkan kontroversi dan ketegangan diplomatik yang berkelanjutan.

6. Genosida Rwanda

Penduduk Rwanda yang terpaksa mengungsi akibat tragedi genosida.
Penduduk Rwanda yang terpaksa mengungsi akibat tragedi genosida.

Tahun: 1994

Tempat: Rwanda

Estimasi Korban Jiwa: 800.000 - 1 juta

Genosida Rwanda hanya terjadi selama sekitar 100 hari tetapi kehancuran yang diciptakan kelompok ekstrimis Hutu menyebabkan kesengsaraan massal bagi etnis Tutsi. Kejadian ini dipicu oleh kematian Presiden Hutu Juvénal Habyarimana setelah pesawatnya ditembak jatuh. Milisi Hutu melakukan pembunuhan massal yang kejam, pemerkosaan, dan penghancuran properti.

Meskipun komunitas internasional mengetahui kekejaman ini, respons mereka lambat dan gagal dalam menghentikan pembantaian tersebut. Tragedi ini menyisakan luka mendalam dan menjadi contoh tragis dari kegagalan dunia dalam mencegah genosida.

7. Genosida Darfur

Genosida Darfur mengorbankan anak-anak dan perempuan.
Genosida Darfur mengorbankan anak-anak dan perempuan.

Tahun: 2003-sekarang

Tempat: Darfur, Sudan

Estimasi Korban Jiwa: 300.000 – 400.000

Konflik etnis antara kelompok Arab dan kelompok non-Arab menjadi pemicu utama Genosida di Darfur. Pemerintah Sudan diduga mendukung milisi Arab Janjaweed yang bertindak secara brutal, membunuh, memperkosa, dan mengusir kelompok non-Arab, terutama kelompok etnis Fur, Masalit, dan Zaghawa.

Meskipun komunitas internasional bereaksi dengan kecaman dan upaya bantuan kemanusiaan, genosida Darfur menunjukkan kompleksitas dalam menangani konflik etnis dan politik di masa modern ini.

8. Pembantaian Nanking

Monumen peringatan pembantaian Nangking.
Monumen peringatan pembantaian Nangking.

Tahun: 1937-1938

Tempat: Nanking, Tiongkok

Estimasi Korban Jiwa: 200.000 – 300.000

Genosida Nanking adalah salah satu tragedi paling mengerikan dalam sejarah modern. Selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua, kota Nanking sebagai ibu kota Tiongkok saat itu, diserbu oleh tentara Jepang. Selama beberapa bulan, pasukan tersebut melakukan sejumlah kejahatan perang yang mengerikan terhadap penduduk sipil dan militer Tiongkok di sana.

Ribuan warga sipil mengalami kekerasan seksual, penyiksaan, dan pembunuhan secara brutal. Kebrutalan pasukan Jepang terhadap penduduk Nanking menciptakan trauma yang dalam dan berkelanjutan dalam sejarah Tiongkok. Kejadian ini menjadi contoh nyata tentang kekejaman manusia dalam konteks perang.

9. Genosida Bosnia

Puing bangunan sisa kekejaman genosida Bosnia.
Puing bangunan sisa kekejaman genosida Bosnia.

Tahun: 1992-1995

Tempat: Bosnia dan Herzegovina

Estimasi Korban Jiwa: 100.000 – 200.000

Genosida Bosnia menjadi salah satu tragedi kemanusiaan paling mengerikan pasca-Perang Dunia ke-II. Konflik dimulai ketika Bosnia dan Herzegovina menyatakan kemerdekaannya dari Yugoslavia.

Pertempuran etnis pun dimulai dan mengakibatkan pecahnya perang sipil yang brutal. Milisi Serbia Bosnia melancarkan kampanye pembersihan etnis dengan tujuan membersihkan wilayah tersebut dari populasi Muslim Bosnia dan Kroasia.

Dalam genosida ini, terjadi pembunuhan massal, pemerkosaan, penahanan, dan pengusiran massal terhadap warga sipil. Melihat kekejian yang terjadi, konflik ini kemudian diakui sebagai tindakan genosida oleh Mahkamah Internasional (ICJ).

10. Genosida Palestina-Israel

Gambaran kehancuran setelah penyerangan Israel di Palestina.
Gambaran kehancuran setelah penyerangan Israel di Palestina.

Tahun: 1948 (Nakba)-sekarang

Tempat: Palestina

Estimasi Korban Jiwa: 30.000 – 40.000

Palestina dan Israel telah mengalami ketegangan dan konflik yang berlangsung selama beberapa dekade. Masalah inti dalam konflik ini melibatkan perebutan tanah, keamanan, hak asasi manusia, dan status Yerusalem.

Upaya-upaya untuk mencapai perdamaian antara kedua belah pihak telah dilakukan, termasuk melalui perjanjian-perjanjian damai seperti Perjanjian Oslo pada tahun 1993, namun hingga saat ini, konflik tersebut masih berlanjut.

Dilansir oleh BBC News, upaya perdamaian terbaru yaitu melalui pengajuan kasus ke Mahkamah Internasional (ICJ) oleh Afrika Selatan yang menyatakan bahwa serangan Israel ke kamp pengungsian Rafah pada Mei 2024 merupakan tindak Genosida dan harus segera ditindaklanjuti. Tetapi Israel menolak tudingan genosida yang dianggap berlebihan dan lagi-lagi upaya intervensi negara lain pun belum dapat memperlihatkan hasil damai.

Estimasi Korban Jiwa

Setelah menjelajahi 10 tragedi genosida yang terjadi sepanjang sejarah, sangatlah penting untuk memahami dampak yang mengerikan dari kejahatan ini. Estimasi korban jiwa dari genosida tersebut memberikan gambaran tentang skala kehancuran yang dialami oleh kelompok-kelompok yang menjadi korban. Di bawah ini merupakan estimasi jumlah korban jiwa dari setiap genosida yang telah dibahas.

Tragedi Holocaust memiliki estimasi korban jiwa terbesar. Sementara, estimasi korban jiwa di Darfur dan Palestina masih terus bertambah.
Tragedi Holocaust memiliki estimasi korban jiwa terbesar. Sementara, estimasi korban jiwa di Darfur dan Palestina masih terus bertambah | GoodStats

Perlu diingat bahwa estimasi akan korban jiwa suatu peristiwa genosida tidak pernah memiliki angka pasti. Hal ini karena kondisi lapangan yang tidak kondusif serta perhitungan korbannya yang dapat dipengaruhi oleh agenda politik tertentu. Terlepas dari itu, estimasi di atas tetap memberikan perspektif yang mendalam tentang tingkat kekejaman dan dampak genosida terhadap umat manusia.

Penulis: Afra Hanifah Prasastisiwi
Editor: Editor

Konten Terkait

Meski Diterpa Ransomware, Indonesia Masuk Negara Paling Siap Hadapi Ancaman Siber

Walau serangan siber PDN ungkap kelemahan keamanan digital Indonesia, Indonesia tergolong salah satu negara paling siap hadapi ancaman Siber di Asia Tenggara.

Ada Sensor Konten Palestina di Facebook dan Instagram?

Meta, perusahaan yang mengelola Instagram dan Facebook, ditemukan oleh Human Rights Watch (HRW) melakukan penyensoran terstruktur terhadap konten Palestina.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook