Indonesia mengalami perkembangan signifikan dalam upaya meningkatkan peringkat literasi di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan. Hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 menunjukkan bahwa peringkat literasi Indonesia mengalami perbaikan, naik ke posisi 70 dari 80 negara setelah sebelumnya berada di peringkat 74 pada PISA 2018.
Meskipun peningkatan ini merupakan kabar baik, skor literasi siswa Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan rata-rata global, menyoroti perlunya reformasi pendidikan yang lebih mendalam dan berkelanjutan.
Namun, di sisi lain, kemajuan literasi ini beriringan dengan tantangan serius dalam hal perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), khususnya terkait pembajakan buku.
Berdasarkan data Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), pada tahun 2023 terjadi peningkatan signifikan dalam pelanggaran HKI di sektor perbukuan, dengan lebih dari separuh penerbit melaporkan bahwa buku-buku mereka beredar secara ilegal di platform daring. Situasi ini menunjukkan adanya paradoks: ketika literasi meningkat, pembajakan buku juga terus menjadi ancaman besar bagi keberlanjutan industri penerbitan di Indonesia.
Peringkat Literasi Indonesia PISA
Indonesia telah berpartisipasi dalam PISA sejak tahun 2000, yang mengevaluasi kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam literasi membaca, matematika, dan sains. Data terbaru PISA 2022 menunjukkan peningkatan peringkat literasi Indonesia, yang naik ke posisi 70 dari 80 negara, setelah sebelumnya berada di peringkat 74 pada PISA 2018. Meskipun peringkat ini meningkat, pencapaian Indonesia dalam hal literasi masih jauh di bawah rata-rata global.
Sejak keikutsertaannya di PISA, Indonesia kerap berada di peringkat bawah. Pada awal partisipasinya di tahun 2000, Indonesia menduduki peringkat ke-39 dari 41 negara. Namun, dari periode 2003 hingga 2018, posisi Indonesia mengalami fluktuasi yang signifikan. Peningkatan pada PISA 2022 dianggap sebagai hasil dari upaya pemulihan pembelajaran pasca-pandemi dan penerapan kebijakan pendidikan yang lebih terfokus pada literasi dasar.
Meskipun demikian, hasil PISA juga mengungkap bahwa tingkat literasi membaca di Indonesia masih jauh dari harapan. Sebanyak 25% siswa Indonesia berada pada level kemampuan membaca dasar, sementara sebagian besar siswa di negara OECD telah mencapai level yang lebih tinggi. Kurangnya kemahiran dalam literasi, matematika, dan sains mengindikasikan perlunya reformasi yang lebih mendalam dalam pendidikan di Indonesia.
Baca Juga: 10 Provinsi dengan Tingkat Kegemaran Membaca Tertinggi pada 2023
Pembajakan Buku dalam Persentase Tahun 2023
Di tengah usaha meningkatkan literasi, Indonesia juga dihadapkan dengan masalah besar dalam industri perbukuan, yaitu pembajakan. Pada tahun 2023, IKAPI melaporkan tingginya angka pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di sektor penerbitan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh IKAPI, sebanyak 54,2% penerbit menemukan buku terbitan mereka beredar secara ilegal di lokapasar daring. Selain itu, 25% penerbit mengidentifikasi pelanggaran hak cipta dalam bentuk distribusi PDF ilegal, dan 20,8% penerbit melaporkan adanya penjualan buku dalam format digital bajakan di lokapasar daring.
Pembajakan buku di Indonesia terus menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan industri penerbitan. Praktik ini tidak hanya merugikan penulis dan penerbit dari sisi finansial, tetapi juga menciptakan ketidakpastian dalam investasi penerbitan dan pengembangan karya baru.
Upaya melawan pembajakan terus dilakukan oleh IKAPI dengan meluncurkan kampanye "Baca Buku Asli" serta berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mendukung karya orisinal dan menolak produk bajakan.
Dalam konteks ini, peningkatan literasi tanpa diiringi oleh penghargaan terhadap HKI bisa menciptakan paradoks: semakin banyak orang yang membaca, namun tanpa kepedulian terhadap legalitas buku yang dibaca, industri buku tetap mengalami kerugian besar. Hal ini mengakibatkan siklus ketergantungan pada konten ilegal yang bisa merusak ekosistem literasi dan industri perbukuan dalam jangka panjang.
Baca Juga: Amerika Serikat Jadi Negara yang Paling Banyak Membaca Buku
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor