Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) pernah menerima penghargaan bergengsi dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Gedung Perpustakaan Tertinggi di Dunia.
Penghargaan ini diberikan pada tanggal 8 Januari 2024 oleh CEO MURI, Jaya Suparna, kepada Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz. Sebuah prestasi luar biasa bagi Indonesia, mengingat gedung perpustakaan ini kini memiliki tinggi sekitar 126,3 meter dengan 27 lantai, menjadikannya yang tertinggi di dunia.
Meski dinobatkan menjadi negara dengan gedung perpustakaan tertinggi di dunia, apakah minat membaca masyarakat indonesia sama tingginya dengan perolehan tersebut? Lewat survei yang dilakukan oleh GoodStats, diketahui bahwa minat baca Indonesia masih tergolong rendah, dari lima orang yang ada di sekitar kita, hanya satu yang suka membaca buku setiap hari.
Baca Juga: Survei GoodStats: Masih Gemarkah Publik Indonesia Baca Buku di Era Digital?
Keunggulan Fisik dan Koleksi yang Melimpah
Perpusnas, yang terletak di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, memang mengagumkan dari segi fisik. Gedung ini bukan hanya tinggi, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern yang memadai untuk meningkatkan pengalaman pengunjung. Tersedia ruang baca, ruang belajar, ruang diskusi, serta koleksi buku yang sangat beragam, mulai dari ensiklopedia, novel, biografi, hingga buku-buku yang mengulas kain tradisional Indonesia. Menariknya, Perpusnas juga menyimpan lebih dari empat juta koleksi buku, yang tidak hanya dalam bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa asing seperti Inggris, Prancis, Belanda, dan Jerman.
Tak cuma buku, Perpusnas juga menyimpan ribuan manuskrip dari berbagai penjuru Indonesia dan Asia. Bagi pengunjung yang tertarik dengan sejarah, terdapat koleksi buku dan majalah pra-Perang Dunia II, surat kabar yang diterbitkan di Batavia, jurnal, hingga peta dari abad ke-12.
Selain buku-buku berat, Perpusnas juga menyediakan koleksi buku untuk anak-anak. Gedung megah ini juga mengutamakan kenyamanan bagi pengunjung dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak, lansia, hingga penyandang disabilitas. Dengan adanya fasilitas seperti perangkat magnifying, text reader, dan digital books, Perpusnas memastikan bahwa layanan untuk penyandang tunanetra juga terpenuhi dengan baik.
Namun, Minat Baca Masyarakat Masih Rendah
Meski memiliki fasilitas dan koleksi yang luar biasa, minat baca masyarakat Indonesia tetap menjadi tantangan besar. Survei yang dilakukan oleh GoodStats pada Januari hingga Februari 2025 menunjukkan fakta mengejutkan. Hanya satu dari lima orang yang rutin membaca buku setiap hari, sementara 17% responden hanya membaca sesekali, dan 15,4% lainnya bahkan jarang membaca buku.
Minimnya minat baca ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya motivasi untuk membaca, minimnya akses ke bahan bacaan yang berkualitas, serta pengaruh budaya yang cenderung lebih mementingkan hiburan instan seperti media sosial atau televisi. Padahal, membaca adalah salah satu cara terbaik untuk memperkaya wawasan dan meningkatkan pengetahuan.
Jenis Buku yang Banyak Dibaca
Meskipun minat baca rendah, survei menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia cenderung memilih buku dengan genre yang lebih aplikatif, seperti buku pengembangan diri (65%), nonfiksi (60,1%), dan pendidikan (57,4%).
Di sisi lain, buku fiksi juga masih diminati, dengan 50,6% responden mengaku menyukai buku-buku bergenre fiksi, seperti novel, cerita pendek, dan fiksi ilmiah. Buku fiksi menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin melepas penat dan menikmati hiburan.
Perpusnas telah menjadi simbol kebanggaan Indonesia dengan prestasi sebagai perpustakaan tertinggi di dunia. Namun, untuk benar-benar menciptakan budaya baca yang kuat di Indonesia, dibutuhkan lebih dari sekadar fasilitas fisik yang megah. Perlu ada upaya bersama untuk meningkatkan minat baca melalui penyediaan bahan bacaan yang relevan, penguatan motivasi membaca sejak dini, serta pengembangan budaya literasi di berbagai kalangan masyarakat.
Baca Juga: Sinergi Meningkatnya Peringkat Literasi dan Pelanggaran HKI
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor