Menurut U.S. Geological Survey (USGS), batu bara merupakan endapan sedimen yang sebagian besar terdiri dari karbon dan mudah terbakar. Batu bara berwarna hitam atau hitam kecoklatan dan 70% volumenya merupakan karbon, terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang telah dipadatkan, dikeraskan, diubah secara kimia, dan bermetamorfosis oleh panas dan tekanan seiring waktu geologis.
Batu bara merupakan bahan bakar fosil yang menggerakkan Revolusi Industri pada abad ke-19. Batu bara masih banyak digunakan hingga saat ini dalam pembangkit listrik dan industri berat karena ketersediaannya dan biayanya yang rendah.
Selain itu, berdasarkan informasi dari USGS, jenis batu bara bitumen tertentu juga dapat digunakan dalam pembuatan baja. Batu bara memiliki banyak kegunaan lain, termasuk dalam produksi semen, serat karbon dan busa, obat-obatan, tar, bahan bakar berbasis minyak bumi sintetis, serta pemanas rumah dan komersial.
Dikutip dari Enerdata, China menjadi negara penghasil batu bara terbesar pada 2023 dengan memproduksi 4.705 metrik ton. Tempat kedua diisi oleh India dengan jumlah produksi yang jauh lebih sedikit yakni 1.045 metrik ton.
Indonesia sendiri ada di posisi ketiga dengan jumlah produksi sebesar 752 metrik ton, disusul Amerika Serikat dengan 528 metrik ton, Australia memproduksi sebanyak 439 metrik ton, dan Rusia sejumlah 429 metrik ton.
Di tempat ketujuh ada Afrika Selatan dengan produksi batu bara senilai 222 metrik ton. Selanjutnya, Kazakhstan dengan 109 metrik ton, disusul Jerman yang memiliki jumlah produksi sebesar 102 metrik ton, Polandia dengan 89 metrik ton, Turki sejumlah 66 metrik ton, dan Kolombia dengan total produksi 57 metrik ton.
Secara global, pertumbuhan produksi batu bara melambat 2,2% pada 2023 akibat rendahnya permintaan batu bara dan penurunan harga, meskipun masih lebih cepat dibandingkan periode 2010-2019. Walau lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pesat pada tahun 2022, produksi batu bara di Asia (74% dari produksi global) terus meningkat dengan kecepatan yang stabil (+5,5%), jauh lebih cepat dibandingkan periode tahun 2010-2019.
Di beberapa negara, produksi batu bara juga tercatat meningkat. Produksi batu bara naik sebesar 3,3% di China (52% dari total output dunia), sebesar 11% di India, dan sebesar 13% di Indonesia. Kenaikan ini didorong oleh permintaan industri dan sektor listrik di China serta India dan oleh kenaikan pasar ekspor Indonesia.
Meski begitu, produksi batu bara di beberapa negara tercatat menurun akibat rendahnya permintaan, Di Amerika Serikat, produksinya turun 2,1% dan di Eropa turun 19%, dengan penurunan sebesar 22% di Jerman dan Inggris, penurunan sebesar 31% di Turki, dan penurunan sebesar 18% di Polandia. Produksi batu bara juga turun sebesar 1% di Rusia dan Afrika Selatan, yang masih terkendala oleh masalah pasokan batu bara.
Baca Juga : China Jadi Tujuan Ekspor Rumput Laut Terbesar Indonesia
Penulis: Astika Wahyu F.
Editor: Editor