Membaca buku merupakan kegiatan yang tidak hanya bermanfaat bagi pengembangan diri, tetapi juga menyenangkan bagi banyak orang. Meskipun digitalisasi telah menghadirkan berbagai alternatif format buku seperti e-book dan audiobook, buku cetak masih tetap menjadi pilihan utama. Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh GoodStats pada Januari hingga Februari 2025, sebanyak 85,2% responden mengaku lebih suka membaca buku dalam format fisik.
Bagi sebagian pembaca, sensasi memegang dan merasakan fisik sebuah buku merupakan pengalaman yang tidak bisa digantikan dengan layar gadget atau perangkat lainnya. Buku cetak dianggap memiliki daya tarik yang lebih, memberikan kepuasan tersendiri yang tidak bisa didapatkan dari format digital. Namun, meski menjadi pilihan favorit, bukan rahasia umum jika membeli buku fisik dapat menguras kantong.
Baca Juga: Punya Perpustakaan Tertinggi di Dunia, Minat Baca di Indonesia Masih Rendah
Buku Cetak Masih Diminati
Buku cetak tetap menjadi pilihan utama bagi banyak pembaca meski kehadiran teknologi digital semakin meluas. Sebanyak 85,2% responden dalam survei menyatakan lebih sering membaca buku fisik dibandingkan dengan format lainnya. Bagi sebagian orang, sensasi memegang dan membaca buku fisik memberikan pengalaman yang tidak bisa digantikan dengan e-book atau audiobook.
Meskipun demikian, buku digital seperti e-book (43,1%) dan buku audio (7,1%) semakin digemari, terutama karena kemudahan mobilitas yang ditawarkannya dan dampaknya yang lebih ramah lingkungan. Buku fisik, e-book, dan audiobook memiliki daya tarik masing-masing, namun kelebihan dari buku cetak yang dapat langsung dirasakan saat dibaca membuatnya tetap menjadi pilihan utama banyak orang.
Harga Buku yang Tidak Ramah di Kantong
Tidak sedikit yang merasa bahwa harga buku cetak di Indonesia cenderung mahal. Biaya produksi, distribusi, dan pajak yang harus dikenakan pada buku-buku fisik menyebabkan harga buku seringkali melambung tinggi. Menurut survei tersebut, kebanyakan pembaca menghabiskan kurang dari Rp100.000 per bulan untuk membeli buku.
Namun, fakta ini tidak menghalangi minat para pembaca. Sekitar 24,6% responden ternyata masih siap mengeluarkan antara Rp100.000 hingga Rp500.000 setiap bulannya untuk membeli buku. Sebagian kecil, sekitar 4,6%, bahkan lebih banyak menghabiskan lebih dari Rp500.000 untuk koleksi buku mereka.
Faktor yang Memengaruhi Pembelian Buku
Buku cetak memang memiliki daya tarik tersendiri, namun apa yang memengaruhi seseorang dalam memutuskan untuk membeli sebuah buku? Ternyata, bukan hanya harga atau sampul yang menarik. Rekomendasi dari teman, keluarga, atau ulasan dari pembaca lain lebih berpengaruh. Survei mengungkapkan bahwa 39% responden mengandalkan rekomendasi dan ulasan positif dari pembaca lain saat memilih buku. Meskipun begitu, faktor harga dan desain sampul juga tetap memainkan peran penting.
Dengan hadirnya buku digital yang lebih ramah lingkungan dan praktis, penerbit dituntut untuk berinovasi dalam strategi pemasaran. Buku cetak tetap menjadi primadona, namun penerbit harus mampu menawarkan pengalaman yang lebih menyeluruh dan bernilai, baik dari segi konten maupun cara memasarkan buku tersebut.
Era Digital Bawa Tantangan Baru bagi Penerbit
Penerbit kini tidak hanya bersaing dalam menawarkan produk buku, tetapi juga dalam menciptakan pengalaman yang relevan dengan segmen pembaca yang semakin beragam. Strategi pemasaran digital yang kreatif dan interaktif pun menjadi kunci.
Di era digital ini, pemasaran buku tak lagi hanya berfokus pada penjualan produk, tetapi juga pada penciptaan hubungan yang bermakna dengan pembaca. Dengan adanya format digital, penerbit dihadapkan pada tantangan baru untuk memastikan bahwa pembaca dari semua kalangan tetap terhubung dengan buku fisik maupun digital.
Survei ini dilakukan menggunakan metodologi kuantitatif online survey yang melibatkan 1.000 responden dari seluruh Indonesia, yang dipilih secara tersegmentasi, dan dilengkapi dengan Focus Group Discussion (FGD) untuk memperdalam data.
Baca Juga: Survei GoodStats: Masih Gemarkah Publik Indonesia Baca Buku di Era Digital?
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor