Berdasarkan laporan terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Jabodetabek masih menghadapi ancaman banjir pada Dasarian II Maret 2025. Meskipun terdapat beberapa perubahan dalam tingkat risiko dibandingkan dengan Dasarian I Maret 2025, beberapa daerah tetap menjadi perhatian utama.
Sebagai upaya pencegahan, BMKG memastikan perpanjangan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) hingga pertengahan Maret 2025 untuk menekan risiko banjir di Jabodetabek dan wilayah rawan lainnya.
Baca Juga: Banjir Merendam Jabodetabek, BMKG: 160 Kota & Kecamatan Berpotensi Banjir
Wilayah Jabodetabek yang Masih Berpotensi Banjir
Jakarta
Pada Dasarian I Maret 2025, hampir seluruh wilayah Jakarta diprediksi mengalami banjir dengan risiko rendah. Namun, pada Dasarian II, terdapat peningkatan risiko menjadi menengah di Kecamatan Cipayung dan Ciracas di Jakarta Timur. Kecamatan Cipayung, yang sebelumnya berisiko rendah, kini masuk dalam kategori menengah, menunjukkan peningkatan ancaman banjir di wilayah ini.
Sementara itu, wilayah lainnya seperti Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara tetap berisiko rendah, dengan kecamatan yang sama seperti sebelumnya, termasuk Cengkareng, Gambir, Cilandak, dan Cilincing. Meskipun risiko rendah, masyarakat di wilayah ini tetap diimbau untuk waspada, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan banjir.
Bogor
Di Bogor, risiko banjir menengah masih meliputi banyak kecamatan, seperti Babakan Madang dan Bojonggede. Kecamatan-kecamatan ini termasuk dalam daerah dataran tinggi yang rentan terhadap banjir akibat curah hujan yang tinggi. Beberapa kecamatan yang sebelumnya berisiko rendah, seperti Cigudeg dan Cileungsi, tetap dalam kategori rendah.
Namun, hal ini tidak mengurangi pentingnya kesiapsiagaan masyarakat di wilayah ini. Bogor, sebagai daerah penyangga ibu kota, memiliki peran penting dalam mengendalikan aliran air ke Jakarta. Oleh karena itu, upaya mitigasi seperti perbaikan saluran air dan peningkatan kesadaran masyarakat sangat diperlukan untuk mengurangi risiko banjir.
Depok
Depok mengalami perubahan signifikan dalam kategori risiko banjir. Pada Dasarian II, beberapa kecamatan seperti Beji dan Bojongsari yang sebelumnya berisiko rendah kini masuk dalam kategori menengah. Ini menunjukkan bahwa potensi banjir di Depok semakin meningkat dan memerlukan perhatian lebih serius.
Kecamatan Cilodong dan Cipayung, yang sebelumnya berisiko menengah, tetap dalam kategori yang sama. Pemerintah daerah diharapkan untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mengatasi masalah ini.
Tangerang
Di Tangerang, sebagian besar wilayah tetap berisiko rendah, termasuk kecamatan seperti Batuceper dan Cipondoh. Namun, tidak ada perubahan signifikan dalam kategori risiko dibandingkan dengan Dasarian I, yang menunjukkan bahwa ancaman banjir di Tangerang relatif stabil.
Meskipun demikian, masyarakat di wilayah ini tetap diimbau untuk waspada, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan banjir. Upaya mitigasi seperti pembersihan saluran air dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan tetap diperlukan untuk meminimalkan risiko banjir.
Bekasi
Bekasi mengalami sedikit perubahan dalam risiko banjir. Kecamatan Bojongmanggu dan Bantar Gebang tetap berisiko menengah, sementara wilayah lainnya seperti Babelan dan Cikarang Barat tetap dalam kategori rendah.
Ini menunjukkan bahwa beberapa daerah di Bekasi masih berpotensi mengalami banjir yang lebih serius. Pemerintah daerah diharapkan untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mengatasi masalah ini, seperti melakukan normalisasi sungai dan meningkatkan kapasitas saluran air.
Modifikasi Cuaca
BMKG memutuskan untuk memperpanjang pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) hingga 10 hari kedua Maret 2025 sebagai upaya mitigasi banjir di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek. Langkah ini diambil menyusul kejadian banjir yang melanda kawasan tersebut awal Maret lalu.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa operasi ini telah dimulai sejak 5 Maret 2025, tepat setelah banjir menerjang Jabodetabek, dan akan terus berlangsung untuk mengurangi potensi hujan ekstrem penyebab genangan.
"Sudah disiapkan, ini pemerintah menyiapkan modifikasi cuaca, dilakukan secara gotong-royong oleh BNPB, BMKG, juga pemerintah daerah, jadi secara bersinergi, didukung oleh TNI, kemudian juga oleh Kementerian Perhubungan," ujar Dwikorita usai rapat koordinasi Operasi Ketupat 2025 di Jakarta Selatan, Senin (10/3/2025).
Ia menambahkan bahwa operasi ini tidak hanya fokus pada periode Dasarian II Maret, tetapi juga akan dievaluasi untuk diterapkan saat arus mudik Idulfitri 2025, terutama jika cuaca ekstrem diprediksi mengancam.
BMKG memproyeksikan fenomena La Nina lemah akan bertahan hingga Mei 2025, yang berpotensi memicu curah hujan tinggi, termasuk saat puncak musim mudik Lebaran. Sebagian wilayah Indonesia, terutama yang masih mengalami puncak musim hujan dengan intensitas 500 mm per bulan, perlu mewaspadai kondisi ini.
"Nanti untuk saat arus mudik, tanggal 21 hingga 31, itu akan kami evaluasi lebih dahulu, karena tren cuacanya semakin membaik, meskipun masih ada potensi cuaca ekstrem dalam durasi singkat," tegas Dwikorita.
Masyarakat juga diimbau untuk tetap siaga menghadapi risiko cuaca ekstrem pada April 2025, termasuk potensi badai tropis atau siklon yang dapat muncul secara mendadak. Meski demikian, Dwikorita menegaskan bahwa teknologi prediksi BMKG mampu mendeteksi gejala tersebut 5-6 hari sebelumnya, sehingga langkah antisipasi masih dapat dioptimalkan.
Dengan upaya modifikasi cuaca dan koordinasi antarlembaga, diharapkan dampak bencana hidrometeorologi, termasuk banjir di Jabodetabek, dapat diminimalisir hingga akhir periode musim hujan.
Baca Juga: Banjir Dominasi Bencana Alam Indonesia 2024
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor