Kekurangan Tenaga Apoteker di Indonesia, Masih Jauh dari Jumlah yang Dibutuhkan

Jumlah tenaga apoteker di Indonesia masih jauh dari kebutuhan yang seharusnya. Kekurangan mencapai 50%.

Kekurangan Tenaga Apoteker di Indonesia, Masih Jauh dari Jumlah yang Dibutuhkan Ilustrasi tenaga apoteker │ Benzoix/Freepik

Keberadaan apoteker kerap kali kurang disadari masyarakat. Hingga saat ini, tenaga kesehatan yang familiar bagi masyarakat ialah dokter dan perawat. Padahal, peran apoteker dan farmasi sangat krusial untuk bertanggung jawab terhadap penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi masyarakat.

Oleh karena itu, untuk lebih memperkenalkan peran penting para apoteker, setiap tanggal 25 September dikenal sebagai Hari Apoteker Sedunia. Kampanye Hari Apoteker Sedunia merupakan kesempatan bagi para apoteker untuk merayakan pencapaiannya dalam mendukung masyarakat, namun juga untuk memperkenalkan nilai dan potensinya dalam meningkatkan kesehatan.

Hari Apoteker Sedunia baru ditetapkan pada 25 September 2009 di Kongres Farmasi dan Ilmu Farmasi Dunia yang dilaksanakan di Istanbul, Turki. Peringatan hari tersebut ditetapkan oleh Federasi Farmasi Internasional (FIP).

Tahun 2023 ini, FIP memiliki pesan yang jelas, “Let pharmacies do more.” Inti dari pesan tersebut ialah mempromosikan peran penting apoteker dalam kesehatan dunia.

Sebagai ahli obat-obatan, banyak apoteker yang diperbolehkan meresepkan dan memulai pengobatan. Apoteker juga memiliki keterampilan untuk menangani pasien dengan kondisi jangka panjang seperti diabetes. Kemajuan dan kemajuan di semua negara dan wilayah diperlukan jika kita ingin mencapai cakupan kesehatan universal.

Kekurangan Tenaga Apoteker di Indonesia

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah poteker di Indonesia menempati posisi keempat sebagai tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak. Kementerian Kesehatan melalui BPS mengungkapkan jumlah total tenaga kesehatan Indonesia pada 2022 mencapai 1,4 juta orang. Dari total tersebut, apoteker memiliki 121 ribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sementara itu, perawat menduduki posisi tertinggi dengan jumlah tenaga terbanyak, yakni 563 ribu orang. Tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak kedua ialah bidan. Jumlah bidan di Indonesia sekitar 336 ribu orang, disusul jumlah dokter dengan jumlah tenaga sebesar 176 ribu orang.

Dengan jumlah apoteker sebanyak 121 ribu orang, 19,27%  di antaranya tersebar di Jawa Barat, 14,53% di Jawa Tengah, dan 12,66% di Jawa Timur. Artinya, persebaran apoteker di Indonesia tidak merata atau maldistribusi dan masih mendominasi di pulau Jawa. Berdasarkan data tersebut, target rasio apoteker di seluruh provinsi belum tercapai.

Selain itu, target jumlah apoteker secara nasional juga masih belum tercapai. Pada 2022, kebutuhan apoteker di Indonesia seharusnya mencapai 251 ribu orang dengan rasio 0,91 per 1000 orang penduduk. Dengan jumlah apoteker sebanyak 121 ribu orang pada 2022, artinya, kebutuhan tenaga apoteker di Indonesia tidak mencapai bahkan 50% dari seharusnya.

BPS melakukan proyeksi jumlah penduduk Indonesia 2030 mencapai 296 juta orang. Dari angka tersebut, jumlah apoteker yang dibutuhkan juga bertambah menjadi 269 ribu orang di tahun 2030. Angka tersebut sulit untuk dicapai karena fasilitas yang menunjang lahirnya apoteker kurang memadai.

Salah satu penyebab kurangnya tenaga apoteker di Indonesia ialah terbatasnya tenaga apoteker yang dihasilkan oleh institusi pendidikan melalui program studi profesi apoteker. Saat ini jumlah Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) hanya sekitar 22% dari jumlah prodi sarjana kefarmasian.

Artinya, memang sedikit program studi apoteker yang tersedia di Indonesia

Mengacu pada data Dikti tahun 2021, jumlah program studi profesi apoteker ialah 60 program dengan provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur sebagai provinsi yang memiliki program studi profesi apoteker terbanyak, yakni 9 program studi.

Dari keseluruhan jumlah program studi apoteker, beberapa kota di Indonesia masih belum memiliki program studi apoteker, sehingga berdampak kurangnya tenaga apoteker di kota-kota tersebut. Akibatnya, distribusi dan pertumbuhan tenaga apoteker skala nasional tidak sesuai dengan rasio dan kebutuhan.

Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Negara Asia Tenggara dengan Hari Libur Nasional Terbanyak 2024

Hari libur nasional Indonesia jadi yang tertinggi di Asia Tenggara, totalnya mencapai 27 hari di 2024.

Berebut Suara Mantan: Swing Voter Pasca Penetapan Paslon di Pilkada Jakarta 2024

Banyak pendukung mantan Gubernur Jakarta Anies dan Ahok yang belum memilih calon di Pilkada Jakarta 2024 nanti, memungkinkan adanya dua putaran.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook