Mencari pekerjaan, terutama bagi mereka yang baru saja lulus, bukanlah hal mudah. Tingginya persyaratan yang diminta perusahaan ditambah dengan ketidaksesuaian keterampilan yang dimiliki membuat banyak generasi muda masih menganggur hingga saat ini. Pasar tenaga kerja semakin kompetitif, hanya menginginkan kandidat terbaik dengan keterampilan mumpuni, membuat banyak generasi muda malah kalah dalam persaingan.
Meski mencari kerja itu sulit, nyatanya ada sebagian generasi muda, terutama gen Z, yang memiliki keinginan untuk keluar dari pekerjaannya. Menurut survei Jakpat, sebanyak 8% responden gen Z berencana untuk resign dari pekerjaannya setelah mendapat THR.
Tidak hanya itu, 10% lainnya ingin resign dalam 6 bulan ke depan, 8% berencana keluar dalam 1 tahun ke depan, dan 34% ingin resign namun belum menentukan waktu yang pasti. Menariknya, hanya 41% gen Z yang tidak memiliki rencana untuk mengundurkan diri.
Adapun gaji menjadi alasan utama gen Z memilih untuk resign dari pekerjaannya.
Ketidaksesuaian gaji merupakan alasan utama gen Z memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Gaji yang dipandang terlalu minim dibandingkan dengan beban kerja membuat gen Z merasa lebih cepat lelah dan tidak bisa menyelesaikan tanggung jawab dengan maksimal, mendorong mereka untuk mundur dari pekerjaannya.
Negosiasi gaji memang biasa dilakukan di awal sebelum adanya perjanjian kerja. Namun beban kerja yang semakin tinggi dan tanggung jawab yang meningkat membuat para pekerja memandang gaji yang diperoleh tidak seberapa.
Selain gaji, 27% responden menyatakan ingin resign karena mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik. Pekerjaan baru ini biasanya menawarkan gaji yang lebih tinggi dan jenjang karier yang lebih baik dari pekerjaan saat ini.
Lebih lanjut, 26% responden memutuskan untuk resign karena ingin mencari pekerjaan lain. Ketidaksesuaian pekerjaan dengan bidang yang diminati dapat mendorong seseorang untuk mundur. Pada akhirnya, melakukan pekerjaan yang tidak disukai dapat mendorong stres dan tekanan mental yang tidak baik bagi kesehatan.
Sebanyak 26% responden merasa tidak dihargai di tempat kerja, sehingga menginginkan untuk resign. Penghargaan berupa pujian kecil atau apresiasi dari atasan maupun rekan dapat mendorong performa seseorang menjadi semakin produktif. Mereka yang tidak dihargai di tempat kerja takkan bisa menghasilkan output yang baik.
Beban kerja yang terlalu banyak juga mendorong 26% responden gen Z untuk mundur dari pekerjaannya. Pekerja yang mengalami burnout akibat tanggung jawab yang terlalu tinggi pada akhirnya akan memutuskan untuk keluar.
Selanjutnya, 25% responden mengaku ingin keluar karena tidak ada jenjang karier yang menjanjikan. Jenjang karier yang baik menjadi visi jangka panjang setiap pekerja, yang tentu saja tidak ingin terus menerus menjadi bawahan. Tanpa adanya prospek karier yang jelas, banyak gen Z yang memilih untuk mundur.
Selain alasan-alasan di atas, mundurnya gen Z dari pekerjaan juga didorong karena kontraknya yang sudah selesai, lingkungan kerja yang tidak sehat, merasa bosan, dan tidak cocok dengan atasan.
Baca Juga: Deretan Pekerjaan dengan Gaji Tertinggi di Indonesia
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor