Eksistensi TikTok di Kalangan Gen Z: Media Sosial atau E-Commerce?

TikTok Shop sempat mengalami penghapusan nasional dikarenakan takut menjadi ancaman proses jual beli nasional, tetapi data statistik mengatakan sebaliknya.

Eksistensi TikTok di Kalangan Gen Z: Media Sosial atau E-Commerce? Ilustrasi TikTok Shop yang belakangan ini ramai diperbincangkan | Foto: Forbes

Penghapusan TikTok Shop oleh pemerintah Indonesia sempat menjadi perbincangan hangat masyarakat, respon negatif dalam bentuk kontra marak dilontarkan sepanjang keputusan tersebut dicanangkan.

Setiap komentator pada media sosial mengenai keputusan tersebut memiliki satu suara bahwa dengan hadirnya aplikasi TikTok Shop menjadi suatu warna bagi kebiasan belanja masyarakat.

Para penjual yang mengasosiakan dirinya pada platform TikTok Shop memiliki perspektif bahwa keutamaan TikTok Shop sebagai ladang penjualan yaitu berdasarkan tingkat viralitas dan akses tinggi masyarakat. TikTok juga disinyalir memiliki konsep one-click pada platformnya.

Konsep one-click tersebut menjadi keutamaan bagi para penjual maupun pengguna sebagai target pasar pada TikTok Shop. Pengaplikasian konsep tersebut yaitu pengguna sebagai target pasar pada bisnis TikTok Shop dapat memperoleh ragam pengalaman berbelanja, sekaligus hiburan.

Penjual dapat meningkatkan aktivasi dan interaksi dengan para target pasarnya, suatu optimalisasi pengaplikasian teknik pemasaran 6.0.

Philip Kotler menyampaikan bahwa pemasaran 6.0 berarti suatu masa saat penyedia produk menyediakan koleksi yang menghibur sebagai penghalang bagi konsumen melarikan diri.

TikTok Shop tentunya menyediakan media tersebut bagi para pedagang melaksanakan teknik pendekatan tersebut bagi para target pasarnya. Keutamaan lain yang juga dihimpun pihak TikTok Shop bagi para pedagang sebagai klien bisnisnya tentu perihal besarnya akses pasar pada aplikasi tersebut.

Indonesia per Oktober 2023 saja sudah menduduki peringkat kedua sebagai Negara dengan tingkat pengguna TikTok terbanyak di dunia.

Kondisinya mencapai 106,518 juta sangat menjanjikan bagi masyarakat dengan status pedagang dalam jaringan pada aplikasi TikTok untuk menolak ketetapan pemerintah saat itu.

Sandiaga Uno sebagai Menteri Parekraf saat itu sempat turun tangan menghadapi konfrontasi masyarakat terhadap keputusan penghapusan TikTok Shop. Sandi menyampaikan bahwa keberadaan TikTok Shop sangat potensial mengganggu neraca jual-beli nasional.

Zulkifli Hasan dengan jabatannya sebagai Menteri Perdagangan turut menegaskan bahwa eksistensi TikTok Shop yang tidak diatur dengan baik dapat menciptakan iklim perekonomian tidak seimbang antara produk lokal dan produk asing yang bebas diperjual belikan di TikTok Shop.

Segala pernyataan terhadap eksistensi TikTok yang mengancam tersebut tetapi pada pasalnya cukup berbanding terbalik dengan temuan IDN Research Institute 2023 perihal media jual beli dalam jaringan paling diminati Gen Z.

Survei menunjukkan, Gen Z masih bertahan pada situasi jual beli yang dilakukan melalui aplikasi Shopee, atau biasa disebut masyarakat sebagai “toko oren”.

Survei pada laporan data ini menariknya telah dilaksanakan sebelum keputusan pelarangan TikTok Shop oleh pemerintah. Sehingga data ini ikut “berbicara” perihal abstraksi ketakutan atau singgungan pemerintah terhadap eksistensi TikTok Shop.

Persentase Gen Z menetap pada aplikasi Shopee sebagai platform jual belinya sangat tinggi dibandingkan jumlah persentase Gen Z yang mengakses atau melakukan pembelian pada aplikasi TikTok Shop.

Menariknya, data tersebut juga mengilustrasikan bahwa persentase berdasarkan jenis kelamin turut menjadi satu hal membedakan antara Shopee dengan TikTok Shop. Terekam pada laporan data tersebut bahwa laki-laki lebih menguasai persentase pada penggunaan TikTok Shop dibandingkan perempuan, meskipun berbeda tipis sebanyak 3%.

Hal sebaliknya terjadi pada akses Shopee sebagai platform jual beli bahwa perempuan lebih mendominasi persentase sebanyak 77% dibandingkan laki-laki mencapai 64%.

Kemudian diteruskan oleh Tokopedia hingga aplikasi jual beli lainnya dengan status sama dengan TikTok Shop, yaitu persentase laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan sebagai pembeli.

Data lainnya justru menjelaskan bahwa pandangan publik terhadap TikTok sebagai media sosial justru memang nyata adanya dan lebih relevan dengan data yang dihasilkan.

Persepsi bahwa TikTok saat ini memang telah menjadi media sosial terbesar kedua kemudian berpengaruh bagi dinamika gaya hidup maupun pola perilaku Gen Z sebagai pengguna media.

Meskipun berdasarkan data tersebut Instagram masih unggul satu peringkat dibandingkan TikTok tetapi TikTok juga tidak serta merta tertinggal jauh oleh Instagram.

Laporan data tersebut justru menegaskan bahwa perlu adanya antisipasi optimal dari pihak Instagram apabila masih ingin menjadikan aplikasinya sebagai media eksis di kalangan Gen Z melihat persentase perbandingan TikTok dengan Instagram cukup tipis, dibawah 50% yaitu 40%.

Data tersebut menegaskan bahwa faktanya sejak ditetapkannya instruksi pemerintah mengenai kepatuhan yang wajib dijalankan aplikasi TikTok Shop untuk eksis di Indonesia, masyarakat pun sejatinya sudah tidak menunjukkan persentase tinggi terhadap eksistensinya.

Namun keputusan pemerintah menjalankan instruksi dan penegasan aturan tersebut juga menjadi suatu poin positif bagi pemerintah agar menjaga stabilitas neraca jual beli masyarakat melalui filteralisasi eksistensi aplikasi jual beli asing, relevan dengan pernyataan Zulkifli Hasan.

Penulis: Andini Rizka Marietha
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Gusar dengan Potongan Upah, Driver Ojol Lakukan Demonstrasi di Depan DPR RI

Stagnan di Rp250.000 per hari, penghasilan driver ojol tak capai UMR. Para pengemudi berupaya memperjuangkan haknya di depan gedung DPR RI pada (29/08/2024).

48% Orang Gunakan Pay Later untuk Fashion, Apakah Kamu Salah Satunya?

48% memanfaatkan layanan pay later untuk kebutuhan mode dan paket internet. Apakah tren ini berdampak baik atau justru sebaliknya?

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook