Bukan Uang, Ternyata Ini yang Bikin Warga Dunia Bahagia

Bukan uang, nyatanya keluarga, kesehatan mental, hingga kendali atas kehidupan, jadi sumber kebahagiaan utama warga dunia.

Bukan Uang, Ternyata Ini yang Bikin Warga Dunia Bahagia Ilustrasi Orang Bahagia | Pexels
Ukuran Fon:

Di berbagai belahan dunia, mengejar kebahagiaan seolah telah menjadi tujuan hidup saat ini. Pada akhirnya, manusia hidup untuk mencari makna, menemukan makna tersebut kadang kala bukan persoalan mudah. Makna kehidupan dapat ditemukan dalam bentuk kebahagiaan. Dengan perkembangan teknologi di mana pemanfaatan media sosial menjadi semakin masif, kebahagiaan kini menjadi tolak ukur kepuasan hidup.

Tidak jarang, timbul rasa cemburu dan iri pada orang-orang yang berhasil membagikan kebahagiaannya di media sosial, entah itu dalam bentuk pencapaian finansial, keluarga yang harmonis, pernikahan yang sejahtera, dan lain-lain. Namun, apa yang sebenarnya membuat masyarakat dunia bahagia saat ini?

Mengejar kebahagiaan berarti mengakui bahwa kehidupan yang tengah dijalani saat ini penuh kehampaan. Mereka yang mengejar kebahagiaan tidak pernah merasa cukup, dan karenanya terus berusaha memenuhi diri mereka dengan hal-hal duniawi, terutama yang dimiliki orang lain namun tidak kita miliki.

Ungkapan ‘uang tidak bisa membeli kebahagiaan’ sepertinya terbukti. Menurut survei dari Ipsos, sumber kebahagiaan masyarakat dunia saat ini bukanlah dari uang maupun material, melainkan keluarga.

Sumber kebahagiaan warga dunia | GoodStats
Sumber kebahagiaan warga dunia | GoodStats

Hubungan dengan keluarga dan anak menjadi sumber utama kebahagiaan warga dunia saat ini. Temuan ini membuktikan bahwa hubungan keluarga jauh lebih penting ketimbang pencapaian pribadi, seperti kekayaan, aset, hingga pekerjaan. Uang yang melimpah tidak menjamin kebahagiaan, pada akhirnya manusia adalah makhluk sosial yang butuh kasih sayang dari sesamanya.

Sejalan dengan itu, merasa diapresiasi dan disayang jadi sumber kebahagiaan kedua, dipilih oleh 35% responden. Bentuk apresiasi sederhana seperti ucapan terima kasih hingga senyum, bisa membawa kebahagiaan sendiri yang tak bisa dijelaskan oleh mereka yang menerimanya.

Sementara itu, 25% responden menyebutkan bahwa punya kendali dalam hidup adalah faktor yang membuatnya bahagia. Hidup di bawah kekangan dan paksaan orang lain serta tidak menjalani hidup sepenuhnya menjadi penyesalan sebagian besar orang. Paksaan dalam hal ini tidak hanya secara fisik, melainkan juga dari pandangan sosial yang menormalkan hal tertentu dan mentabukan hal lain, mendorong seseorang untuk hidup sesuai kekangan sosial yang sudah tersedia.

Lebih lanjut, masalah kesehatan mental juga jadi perhatian responden. Kesehatan mental semakin hari semakin diakui kepentingannya. Bukan hanya sekedar kesehatan fisik, mental dan kejiwaan juga perlu diperhatikan. Banyak anak muda yang mengalami tekanan hingga stres akibat kehidupan sehari-hari, menimbulkan tingginya anak muda yang terkena isu gangguan mental seperti gangguan kecemasan hingga bipolar.

Situasi finansial, turut menjadi sumber kebahagiaan bagi 24% responden. Tidak dapat dipungkiri, walau memang uang bukan sumber kebahagiaan, namun hampir semua hal di dunia ini butuh uang. Kondisi finansial yang matang dan stabil bisa membantu mengurangi kekhawatiran dan meningkatkan kebahagiaan.

Hal-hal lain seperti sahabat, kesehatan fisik, kondisi tempat tinggi, hubungan dengan pasangan, pekerjaan, kehidupan spiritual, hingga status sosial, turut mendorong kebahagiaan warga dunia.

Sementara itu, media sosial yang kini semakin digandrungi anak-anak muda, nyatanya mulai menjadi tolak ukur kebahagiaan seseorang. Media sosial kini tidak hanya menjadi ajang untuk membagikan, namun juga untuk memamerkan. Pandangan bahwa semua yang ada di media sosial harus diikuti agar bisa bahagia mulai banyak tertanam di benak generasi muda. Kebahagiaan bukan lagi sesuatu yang abstrak, melainkan hal yang bisa diukur dengan algoritma dan jangkauan.

Faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, sosial, dan politik, juga menjadi sumber kebahagiaannya, meski nilainya jauh lebih rendah ketimbang faktor lain.

Adapun survei ini dilakukan terhadap 23.765 orang dewasa di bawah usia 75 tahun di 30 negara pada 20 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025. Setiap responden diminta memilih 3 faktor dalam kehidupan yang membuatnya bahagia saat ini.

Baca Juga: Pahami 10 Hal yang Bikin Orang 'Hidup Tidak Bahagia'

Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor

Konten Terkait

70% Publik Masih Belum Tahu Pemerintah Bahas RUU KUHAP

Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengeluarkan survei terkait RUU KUHAP, 70,3% publik yang mengaku tidak mengetahui mengenai proses revisi tersebut.

Ribuan Warga RI Jadi Korban Kasus TPPO Tiap Tahunnya

Kasus TPPO marak dijumpai di Indonesia, apa yang harus dilakukan?

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook