Melihat Perbandingan Rata-Rata Lama Tinggal Wisatawan di Asia Tenggara

ALoS Singapura menjadi durasi terpendek di Asia Tenggara. Sementara itu, Thailand memiliki rata-rata lama tinggal wisatawan terlama.

Melihat Perbandingan Rata-Rata Lama Tinggal Wisatawan di Asia Tenggara Ilustrasi pariwisata di Thailand │ tawatchai07/Freepik

Lama tinggal atau Length of Stay (LoS) wisatawan menjadi salah satu indikator yang dapat menjelaskan keberhasilan suatu daerah dalam memanfaatkan peluang sektor wisata sebagai sumber perkembangan ekonomi. Durasi menginap (LoS) menjadi parameter utama dalam pengukuran pariwisata internasional, dengan menentukan jumlah total malam yang tamu atau pengunjung habiskan di suatu destinasi.

Analisis terhadap durasi menginap dapat memengaruhi berbagai kebijakan yang pemerintah terapkan. Durasi menginap dapat berdampak pada perolehan pendapatan dan indikator kinerja lainnya. LoS juga memengaruhi pengeluaran, penawaran layanan, serta karakter dan ketersediaan kegiatan.

Misalnya, apabila LoS pendek, kebutuhan akan infrastuktur transportasi meningkat. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan pengunjung akan mobilisasi ke beberapa destinasi cukup tinggi.

Sebagai perbandingan, wisatawan yang tinggal lebih lama mungkin akan mengunjungi lebih banyak bisnis kecil di lokasi yang lebih terpencil atau destinasi tersembunyi lainnya. Mereka juga cenderung mengembangkan gambaran destinasi yang lebih kompleks.

Ada kesepakatan umum bahwa LoS yang lebih panjang berdampak positif terhadap pengeluaran secara keseluruhan. Sementara itu, masa tinggal yang lebih singkat akan memengaruhi citra destinasi, pemasaran, evaluasi dan penilaian.

Akan tetapi, LoS tidak hanya menjadi satu-satunya parameter dalam mengukur kualitas wisata suatu daerah. Lama tinggal pengunjung suatu daerah juga dipengaruhi oleh tujuan utama kedatangan, misalnya untuk berbisnis.

Wisatawan yang tujuan utama kedatangan ke suatu daerah untuk berbisnis tentu memiliki waktu yang lebih sedikit untuk menetap dibandingkan pengunjung yang bertujuan untuk wisata. Hal ini dapat dilihat pada Singapura.

Rata-rata lama tinggal wisatawan (ALoS) Singapura menjadi durasi terpendek ALoS di wilayah Asia Tenggara, hanya 5,04 malam. Salah satu penyebabnya ialah pengunjung Singapura memiliki tujuan utama untuk berbisnis.

Selama bertahun-tahun, Singapura masuk sebagai daftar Top 20 Easiest Countries to Run a Business (negara paling mudah menyelenggarakan bisnis) dari Index World Bank's Ease of Doing Business. Singapura juga telah 18 kali berturut-turut mendapat penghargaan sebagai Top Meeting City for Asia-Pacific dari International Congress and Convention Association Global Rankings 2019. Saat ini, Singapura merupakan rumah bagi 150 organisasi internasional dan 7.000 perusahaan multinasional.

Untuk meningkatkan promosi acara bisnis dan rekreasi, Dewan Promosi Pariwisata Singapura atau Singapore Tourist Board (STB) menyediakan dana sebesar $110 juta dari $500 juta yang disisihkan untuk pemulihan pariwisata Singapura pada 2023.

Perlu diketahui, data rata-rata lama tinggal wisatawan tersebut diambil dari tahun yang berbeda-beda mengingat tidak ditemukan data ALoS pada tahun yang sama, yakni 2022 di beberapa negara.

Berbanding terbalik dengan Singapura, ALoS Thailand pada 2020, yakni 12,54 hari merupakan rata-rata durasi tinggal terlama wisatawan di wilayah Asia Tenggara.

Sebagian besar pengunjung mendatangi daerah wisata, seperti Bangkok, Phuket, Pattaya, Chiang Mai, dan Koh Samui ketika datang ke Thailand. Artinya, sebagian besar pengunjung mendatangi Thailand bertujuan untuk melakukan wisata sehingga waktu yang dimiliki cenderung lebih lama daripada pengunjung yang bertujuan untuk berbisnis.

Negara kedua dengan ALoS tertinggi ialah Vietnam. Pada 2022 rata-rata lama tinggal wisatawan di Vietnam mencapai 12 hari. Hal ini juga tidak terlepas dari sektor pariwisata yang ditawarkan negara tersebut.

Menurut laporan Google Destination Insights, Vietnam adalah negara tujuan wisata ketujuh yang paling banyak dicari dari bulan Maret hingga Juni. Selain itu, Vietnam juga menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk urutan destinasi favorit 20 besar.

Di Indonesia, ALoS wisatawan mencapai 9,88 hari pada tahun 2022. Angka ini merupakan rekor tertinggi Average Length of Stay (ALoS) selama 5 tahun berturut-turut.

Merujuk data dari BPS, jumlah wisatawan asing atau wisatawan mancanegara di Indonesia pada 2021 hanya mencapai 1,55 juta. Angka tersebut kemudian mengalami kenaikan drastis dengan jumlah wisatawan yang mencapai 5,47 juta pada 2022.  Jumlah tersebut melebihi target yang ditentukan, sebesar 3,3 juta wisatawan.

Lama wisatawan asing tinggal di Indonesia juga didukung oleh akomodasi yang semakin terjangkau. Masih berdasarkan data BPS, jumlah akomodasi hotel nonbintang di Indonesia tahun 2022 meningkat 6% persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara itu, jumlah akomodasi hotel berbintang meningkat dua kali lipat, yakni 12% dibandingkan tahun 2021.

Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Film Bajakan "Oppenheimer" Menjadi Film Bajakan dengan Pangsa Pasar Terbesar

Film-film asing sering kali menjadi incaran penonton yang penasaran namun tidak memiliki akses langsung, mendorong bertumbuhnya pasar film bajakan.

Inside Out 2 Rajai Pasar Film Pixar

Popularitas ini mencerminkan kompleksitas dari selera penonton serta kemampuan cerita untuk menghubungkan audiens di berbagai belahan dunia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook